Isu-isu Kunci dalam Negosiasi Ulang Perjanjian Dagang NAFTA

Sabtu, 02 September 2017 - 20:13 WIB
Isu-isu Kunci dalam Negosiasi Ulang Perjanjian Dagang NAFTA
Isu-isu Kunci dalam Negosiasi Ulang Perjanjian Dagang NAFTA
A A A
WASHINGTON - Negosiator dari Kanada, Meksiko dan Amerika Serikat (AS) bertemu kembali dalam putaran kedua negosiasi perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara atau yang dikenal dengan sebutan NAFTA (North American Free Trade Agreement). Negosiasi tersebut muncul di tengah ancaman Presiden AS Donald Trump yang akan menarik keluar dari kesepakatan.

NAFTA pertama kali diimplementasikan pada tahun 1994, untuk menghilangkan sebagian tarif perdagangan antara Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko. Namun para penolak perjanjian dagang tersebut mengatakan NAFTA telah mengambil pekerjaan dari AS dan Kanada untuk berpindah ke Meksiko, dimana pekerja mereka bisa dibayar lebih murah.

Sementara para pendukung mengatakan bahwa NAFTA telah membuka banyak lowongan pekerjaan baru di Negeri Paman Sam -juluan AS-. Sementara terkait hilangnya beberapa sektor manufaktur di AS, diterangkan lebih berkaitkan dengan China dibandingkan Meksiko sendiri. Sedangkan Trump sendiri pernah menyebutkan perjanjian dagang tersebut menjadi yang terburuk bagi negaranya. Berikut isu-isu terkait negosiasi perjanjian dagang NAFTA.

Aturan Asal

NAFTA mengatakan, untuk menghasilkan perdagangan bebas bea masuk yang baik untuk ketiga negara, maka harus mengandung persentase tertentu dari konten Amerika Utara, yang berbeda untuk berbagai produk. Aturan awal yang paling diperdebatkan berada dalam industri otomotif, dimana mobil sekurang-kurang harus 62,5% berisikan konten Amerika, Kanada atau Meksiko.

Amerika Serikat sendiri ingin meningkatkan ambang konten untuk barang-barang NAFTA, dalam upaya untuk mengembalikan pekerjaan manufaktur ke Paman Sam. Industri otomotif sendiri mengakui bahwa aturan-aturan tersebut memang harus diperbarui untuk komponen otomotif. Kanada mengaku siap membahas penguatan di sektor auto, namun perubahan harus berlaku sama untuk semua negara dan Meksiko mempunyai catatan bahwa ada kemungkinan membuat beberapa daerah kurang kompetitif.

Penyelesaian Sengketa

Amerika Serikat telah berupaya untuk merubah beberapa aturan, ketika mendengar keluhan tentang subsidi ilegal dan dumping. Hubungan dagang antara Amerika Serikat dan mitra dagang terbesar keduanya, Kanada, telah memburuk sejak Departemen Perdagangan pada akhir April memberlakukan kewajiban anti-subsidi awal rata-rata 20% untuk impor kayu lunak Kanada.

Perselisihan yang telah berlangsung lama itu berpusat pada tuduhan pabrik kayu Amerika Serikat bahwa pesaingnya dari Kanada yang lebih murah diuntungkan oleh subsidi pemerintah yang tidak adil karena kebanyakan kayu Kanada tumbuh di lahan publik. Washington berpendapat ada aturan dalam perdagangan yang melanggar kedaulatan undang-undang domestik.

Kanada mengatakan bab 19 dapat diperbarui, tetapi mengatakan mekanisme penyelesaian sengketa digarisbawahi harus menjadi bagian dari setiap NAFTA. Meksiko juga mengatakan mekanisme penyelesaian sengketa adalah bagian penting dari kesepakatan untuk memberikan investor keamanan. Sistem dalam perjanjian NAFTA yang lama, terdapat pada Bab 19 di mana penyelesaian sengketa dagang diselesaikan dalam panel binasional.

Namun, Washington dalam hal ini enggan untuk memasukkan mekanisme tersebut dalam pakta perdagangan yang baru nantinya. Sementara itu, Kanada dan Meksiko dalam renegosiasi tersebut sempat bersikeras meminta agar mekanisme penyelesaian perselisihan dalam perdagangan ketiga negara tetap ada secara utuh alam kesepakatan yang baru.

Proteksi Pertanian

Negosiator AS menghendaki bahwa sistem penyelesaian sengketa perdagangan dalam pakta terbaru NAFTA dihapus. Pasalnya, AS dalam hal ini ingin menerapkan sistem anti-dumping atas produk dari Kanada dan Meksiko untuk melindungi industri dalam negeri. Diterangkan komoditas buah-buahan dan sayuran di Tenggara Amerika Serikat mendapatkan tekanan dari arus deras impor Meksiko.

Namun pengecer AS dan industri makanan berpendapat bahwa produsen Amerika bisa dibiarkan terbuka misalnya, terhadap alpukat, tomat dan lain-lain yang diimpor dari Meksiko.

Manajemen Pasokan

Kuota adalah fitur dalam NAFTA yang juga dibahas dalam negosiasi ketika di beberapa komoditas pertanian termasuk susu dan gula. Akan tetapi Washington berusaha untuk menghilangkan hambatan bebas-tarif untuk ekspor pertanian AS. Paling menonjol, Presiden AS Donald Trump telah menyebutkan pembatasan Kanada pada impor susu adalah sebuah aib.

Manipulasi Mata Uang

Amerika Serikat berniat membuat ketentuan untuk mencegah manipulasi mata uang. Washington ingin suatu mekanisme agaras memastikan negara-negara NAFTA menghindari untuk bermain-main dengan nilai tukar sehingga memperoleh keunggulan kompetitif. Kanada maupun Meksiko diyakini oleh AS telah memanipulasi mata uang.

Pengadaan Pemerintah

AS mendorong pemerintah Kanada dan Meksiko untuk membuka proses tender bagi produk buatan, tetapi pada saat yang sama membela undang-undang pengadaan yang ada "Buy American". Ketentuan Amerika Buy telah memblokir penggunaan baja Kanada dalam pembangunan jembatan di AS, dan Kanada mendorong AGAR pasar lebih bebas terkait pengadaan pemerintah.

Sebagai informasi negosiasi ini bermula ketika AS mengungkapkan bahwa pakta perdagangan bebas yang telah berusia 23 tahun tersebut terus memberikan kerugian pada AS, terutama di sektor industri. Hal itu membuat lapangan kerja bagi penduduk AS terus tergerus. Diklaim, AS telah kehilangan 700.000 lapangan pekerjaan di sektor manufaktu sejak pakta tersebut mulai berlaku pada 1994.

Di sisi lain Meksiko ingin mempertahankan akses istimewa untuk barang dan layanannya ke Amerika Serikat dan Kanada, di mana hampir 85% ekspornya dikirim ke negara-negara tersebut. Prioritas utama Meskiko yang lain terkait perjanjian NAFTA yang baru adalah mencakup integrasi pasar tenaga kerja antara negara anggota yang lebih besar.

Seperti diketahui, nilai perdagangan antara AS, Kanada dan Meksiko telah meningkat empat kali lipat sejak NAFTA mulai berlaku pada tahun 1994. Pada 2015 nilai perdagangan yang melibatkan ketiga negara tersebut telah melampaui USD1 triliun.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7060 seconds (0.1#10.140)