BI Sebut Pelemahan Rupiah Dipicu Faktor Eksternal
A
A
A
JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah terjadi karena pengaruh eksternal. Karena mulai membaiknya USD beberapa hari terakhir terhadap beberapa mata uang dunia dan statment dari pejabat di Amerika Serikat yang relatif lebih dovish.
"Pertanyananya bagaimana pertumbuhan Amerika apa tetap tinggi atau sebaliknya? Cuman data inflasi Amerika yang mulai meningkat. Indikasi itu menunjukkan Amerika sudah siap kebijakan berikutnya untuk kenaikan suku bunga," kata Deputi Bank Indonesia Dody Budi Waluya, Jakarta, Jumat (15/9/2017).
Menurutnya, hal tersebut sebagai gambaran dari risiko pelambatan ekonomi AS masih ada. Bahkan, juga belum menjadi pertimbangam di negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Untuk rupiah sebenarnya tetap menjaga level yang kompetitif. Kompetitif itu salah satu indikatornya adalah dari efektif real. Itu yang kita ukur dengan suatu ukuran yang jatuh atau yang tidak merugikan daya ekspor kita. Juga tidak meningkatkan impor secara berlebihan, itulah daya saing," terang dia.
Sementara, terkait fundamental masih ada dalam perhitungan BI. Di mana, fundamental sudah menjadi operasional kegiatan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
"Masih bisa menguat tergantung fundamental yang kita miliki. Kita tidak punya target dan level. Tetapi dalam operasional kita terus jaga di level tertentu," jelasnya.
"Pertanyananya bagaimana pertumbuhan Amerika apa tetap tinggi atau sebaliknya? Cuman data inflasi Amerika yang mulai meningkat. Indikasi itu menunjukkan Amerika sudah siap kebijakan berikutnya untuk kenaikan suku bunga," kata Deputi Bank Indonesia Dody Budi Waluya, Jakarta, Jumat (15/9/2017).
Menurutnya, hal tersebut sebagai gambaran dari risiko pelambatan ekonomi AS masih ada. Bahkan, juga belum menjadi pertimbangam di negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Untuk rupiah sebenarnya tetap menjaga level yang kompetitif. Kompetitif itu salah satu indikatornya adalah dari efektif real. Itu yang kita ukur dengan suatu ukuran yang jatuh atau yang tidak merugikan daya ekspor kita. Juga tidak meningkatkan impor secara berlebihan, itulah daya saing," terang dia.
Sementara, terkait fundamental masih ada dalam perhitungan BI. Di mana, fundamental sudah menjadi operasional kegiatan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
"Masih bisa menguat tergantung fundamental yang kita miliki. Kita tidak punya target dan level. Tetapi dalam operasional kita terus jaga di level tertentu," jelasnya.
(izz)