Bos BEI Usulkan Auditor Harus Berlisensi IAI

Sabtu, 14 Oktober 2017 - 18:17 WIB
Bos BEI Usulkan Auditor Harus Berlisensi IAI
Bos BEI Usulkan Auditor Harus Berlisensi IAI
A A A
JAKARTA - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengusulkan agar auditor laporan keuangan memiliki lisensi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) atau Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Pasalnya, hal itu demi memperkuat pasar modal.

"Pertahanan pasar modal itu bagian sangat penting. Sebab, di pasar modal orang melihat laporan keuangan. Namun, auditor kerap kurang jeli melihat independensi pembuat laporan keuangan dari suatu perusahaan," ungkapnya di Jakarta, Sabtu (14/10/2017).

Supaya independensinya kuat, Tito mempunyai pemikiran, bila mungkinkah auditor mempunyai lisensi AIA atau BPKP. Sehingga independensinya tidak diragukan lagi.

Tito mengakui, selain meningkatkan pertahanan pasar modal, juga menambah jumlah emiten berkualitas, dan investor bisa ditambah terus, sebagai bagian memperkuat pasar modal. Di mana, IAI mempunyai peran sangat penting terkait hal tersebut.

"Memang pasar modal berkembang sangat pesat sekali. Dalam dua tahun kita mencapai high ever market capitalisasi baik indeks harian maupun jumlah transaksi. Makanya, betul frekuensi kita empat kali Singapura dan dua kali Malaysia, tetapi value kita sangat kecil," jelasnya.

Selain itu, lanjut Tito, pasar modal Indonesia selalu menarik. Pada 2004, rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit ratio cuma 40% dan harga commodity meningkat. Bahkan, dari 2004 sampai 2014 ada dana Rp3.600 triliun masuk ke pasar.

Dia menjelaskan, pada 2014 loan to deposit ratio mencapai 90% dan harga komoditi turun. Mau tidak mau dana masyarakat untuk investasi berkurang. Makanya, tidak ada pilihan selain memobilisasi dana dari pasar.

Dalam kesempatan tersebut, Tito juga mengungkapkan bahwa cadangan devisa negara terbesar saat ini mencapai Rp1.700 triliun. Indeks juga besar, termasuk market cap di angka Rp6.500 triliun namun, dana di Amerika jauh lebih besar.

"Makanya kita tidak boleh langsung bangga APBN kita mencapai Rp2.200 triliun sebab satu perusahaan di Amerika kekayaannya mencapai Rp65 ribu triliun," ungkap dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8411 seconds (0.1#10.140)