Tertekan Harga Gas, Pupuk Indonesia Tahan Produksi Urea

Senin, 16 Oktober 2017 - 18:28 WIB
Tertekan Harga Gas, Pupuk Indonesia Tahan Produksi Urea
Tertekan Harga Gas, Pupuk Indonesia Tahan Produksi Urea
A A A
JAKARTA - PT Pupuk Indonesia (Persero) mengaku pihaknya tidak akan memproduksi pupuk urea lagi, jika ke depan harga gas untuk industri masih sangat tinggi. Saat ini, harga gas yang sudah ditetapkan sebesar USD6 per MMBTU dianggap masih terlalu mahal.

Direktur Utama Pupuk Indonesia, Aas Asikin Idat menyatakan, produksi utama Pupuk Indonesia saat ini untuk kepentingan dalam negeri khususnya pangan. Namun, jika harga gas masih tinggi maka perseroan tidak akan memproduksinya lagi.

"Pupuk Indonesia utamanya untuk memproduksi pupuk kepentingan dalam negeri dan pangan. Kedepannya, kita tidak akan di pupuk lagi kalau kedepannya masih seperti ini. Jadi kita akan banting setir, termasuk turunannya di petrokemikal," katanya di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (16/10/2017).

Nantinya, perseroan akan memperbesar produksi pupuk nitogen, fosfor, dan kalium (NPK). Bahkan, rencananya perseroan akan menambah kapasitas pabrik NPK menjadi 1,4 juta ton hingga 2021 dan 3,4 juta ton di masa yang akan datang.

"Urea yang ada, kami jadikan bahan baku untuk membuat NPK. Kami akan memperbesar NPK dan dalam waktu dekat akan program penambahan pabrik untuk NPK itu 1,4 juta sampai 3,4 juta ton untuk pupuknya," imbuh dia.

Selain itu, perseroan juga akan mengembangkan pabrik pupuk NPK di Lhokseumawe, Aceh. Ditambah lagi, perseroan juga mendapatkan tugas dari Kementerian BUMN untuk membuat pabrik metanol di Bintuni, Papua Barat.

"Yang kami rencanakan itu pengembangan pabrik pupuk di Lhokseumawe akan dibangun pabrik NPK sekitar 1 juta ton. Di Pusri, di Kujang juga akan dibangun pabrik NPK, Kaltim juga akan dibangun pabrik NPK. Terus ada tugas dari Kementerian BUMN untuk di Bintuni membuat metanol," tandasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7350 seconds (0.1#10.140)