Pemprov Jatim Terus Dorong Pembangunan Kawasan Industri
A
A
A
SURABAYA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) berencana membangun sejumlah kawasan industri baru, di antaranya di Jombang, Lamongan dan Banyuwangi. Keberadaan kawasan industri ini diharapkan mampu mendongkrak sektor manufaktur.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim Ardi Prasetiawan mengatakan, rencana pembangunan kawasan industri ini masih dikaji secara matang. Khususnya, dari sisi infrastruktur penunjang kawasan seperti pasokan gas, listrik, dan air. Kawasan industri ini juga diharapkan bisa menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja, terutama tenaga kerja lokal.
“Saat ini kami sudah ada tujuh kawasan industri. Kawasan ini sebagian besar terintegrasi dengan pelabuhan,” katanya di Surabaya, Senin (16/10/2017).
Beberapa kawasan industri yang sudah berdiri adalah PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) Surabaya seluas 245 hektare (ha), PT Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) di Pasuruan seluas 563 ha, PT Sidoarjo Industrial Estate Brebek (SIEB) di Sidoarjo seluas 87 ha, PT Ngoro Industrial Park (NIP) di Mojokerto seluas 450 ha, PT Maspion Industrial Estate (MIE) seluas 341 ha di Gresik, PT Kawasan Industri Gresik (KIG) di Gresik seluas 140 ha dan PT Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) di Gresik seluas 2.993 ha.
Menurut Ardi, total luasan kawasan industri di Jatim mencapai 4.819,5 ha dan menjadi kawasan industri terluas keempat di Indonesia. Pada 2016, kawasan industri di Jatim menyumbang pertumbuhan industri pengolahan nasional sebesar 21,08%. Namun begitu, kata dia, jumlah kawasan industri sebetulnya masih jauh dari potensi yang ada.
Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI) Jatim Tony Hermanto mengatakan, selain pertumbuhan ekononomi, Jatim pun unggul dengan pertumbuhan manufaktur. Dari sisi tenaga kerja, sambung dia, Jatim juga memiliki daya saing yang cukup baik jika dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa. Karena itu, pertumbuhan industri di Jatim yang sudah bagus perlu diimbangi dengan pertumbuhan kawasan industri.
“Banyak industri yang mau masuk membangun pabrik di Jatim. Tapi kawasan industri yang sudah ada belum cukup menampung sehingga mereka menyasar lahan di luar kawasan industri,” tuturnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim Ardi Prasetiawan mengatakan, rencana pembangunan kawasan industri ini masih dikaji secara matang. Khususnya, dari sisi infrastruktur penunjang kawasan seperti pasokan gas, listrik, dan air. Kawasan industri ini juga diharapkan bisa menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja, terutama tenaga kerja lokal.
“Saat ini kami sudah ada tujuh kawasan industri. Kawasan ini sebagian besar terintegrasi dengan pelabuhan,” katanya di Surabaya, Senin (16/10/2017).
Beberapa kawasan industri yang sudah berdiri adalah PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) Surabaya seluas 245 hektare (ha), PT Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) di Pasuruan seluas 563 ha, PT Sidoarjo Industrial Estate Brebek (SIEB) di Sidoarjo seluas 87 ha, PT Ngoro Industrial Park (NIP) di Mojokerto seluas 450 ha, PT Maspion Industrial Estate (MIE) seluas 341 ha di Gresik, PT Kawasan Industri Gresik (KIG) di Gresik seluas 140 ha dan PT Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) di Gresik seluas 2.993 ha.
Menurut Ardi, total luasan kawasan industri di Jatim mencapai 4.819,5 ha dan menjadi kawasan industri terluas keempat di Indonesia. Pada 2016, kawasan industri di Jatim menyumbang pertumbuhan industri pengolahan nasional sebesar 21,08%. Namun begitu, kata dia, jumlah kawasan industri sebetulnya masih jauh dari potensi yang ada.
Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI) Jatim Tony Hermanto mengatakan, selain pertumbuhan ekononomi, Jatim pun unggul dengan pertumbuhan manufaktur. Dari sisi tenaga kerja, sambung dia, Jatim juga memiliki daya saing yang cukup baik jika dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa. Karena itu, pertumbuhan industri di Jatim yang sudah bagus perlu diimbangi dengan pertumbuhan kawasan industri.
“Banyak industri yang mau masuk membangun pabrik di Jatim. Tapi kawasan industri yang sudah ada belum cukup menampung sehingga mereka menyasar lahan di luar kawasan industri,” tuturnya.
(fjo)