IHSG Turun 1,20 Poin, Pasar Asia Variatif Imbas Pasar China
A
A
A
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Senin (30/10/2017) ditutup turun 1,20 poin atau 0,02% ke level 5.974,08. Pagi tadi, IHSG dibuka menguat 14,91 poin atau 0,25% di level 5.990,19. Senin ini, indeks diperdagangkan di kisaran 5.969,21-6.008,63.
Realisasi investasi pada kuartal III 2017 yang naik 13,7% menjadi Rp176,6 triliun, gagal mengangkat pasar. Lima dari 10 sektor saham utama terpantau memerah sehingga menyeret indeks ke zona negatif. Saham konsumer terkoreksi hingga 1,01% seiring ramainya industri ritel yang tutup gerai.
Dari 477 saham yang diperdagangkan, 170 tertekan, 137 stagnan, dan 170 menguat. Nilai transaksi saham sebesar Rp7,13 triliun dari 8,37 miliar lot saham. Transaksi bersih asing Rp1,03 triliun, dimana aksi beli asing Rp2,85 triliun berbanding aksi jual asing Rp1,82 triliun.
Selain itu, menurunnya indeks karena bursa regional Asia yang ditutup variatif akibat tersandungnya saham China, seiring indeks manufaktur China bulan Oktober yang diprediksi melambat. Saham Asia agak buram karena investor mencerna hasil kuartalan dan korporasi regional.
Melansir dari CNBC, indeks Nikkei 225 Jepang ditutup nyaris mendatar alias naik tipis 0,01% di level 22.011,67, karena menurunnya saham perdagangan, keuangan, dan teknologi dimana Yahoo Jepang ditutup turun 4,7%.
Melintasi Selat Korea, Kospi naik 0,21% berada di 2.501,93 berkat menguatnya saham teknologi seperti SK Hynix yang naik 1,79%, Samsung Electronics bertambah 1,81%, dan menguatnya saham perusahaan kilang minyak S-Oil sebesar 0,39%.
Indeks ASX 200 Australia mengambil untung 0,27% ke level 5.919,07 setelah menguatnya saham energi, dengan Santos melonjak 3,68% dan Woodside ditutup naik 1,34%. Kabar ini memupus masalah politik dalam negeri setelah Wakil Perdana Menteri Australia didiskualifikasi karena status kewarganegaraan ganda.
Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,11%, dan pasar daratan tergelincir dimana indeks Shanghai turun 0,77% menjadi 3.390,58. Shenzhen turun 1,73% menjadi 1.988,48. Para ahli menyalahkan jatuhnya pasar saham karena penurunan di pasar obligasi China serta konsolidasi pada bagian pedagang saham.
Realisasi investasi pada kuartal III 2017 yang naik 13,7% menjadi Rp176,6 triliun, gagal mengangkat pasar. Lima dari 10 sektor saham utama terpantau memerah sehingga menyeret indeks ke zona negatif. Saham konsumer terkoreksi hingga 1,01% seiring ramainya industri ritel yang tutup gerai.
Dari 477 saham yang diperdagangkan, 170 tertekan, 137 stagnan, dan 170 menguat. Nilai transaksi saham sebesar Rp7,13 triliun dari 8,37 miliar lot saham. Transaksi bersih asing Rp1,03 triliun, dimana aksi beli asing Rp2,85 triliun berbanding aksi jual asing Rp1,82 triliun.
Selain itu, menurunnya indeks karena bursa regional Asia yang ditutup variatif akibat tersandungnya saham China, seiring indeks manufaktur China bulan Oktober yang diprediksi melambat. Saham Asia agak buram karena investor mencerna hasil kuartalan dan korporasi regional.
Melansir dari CNBC, indeks Nikkei 225 Jepang ditutup nyaris mendatar alias naik tipis 0,01% di level 22.011,67, karena menurunnya saham perdagangan, keuangan, dan teknologi dimana Yahoo Jepang ditutup turun 4,7%.
Melintasi Selat Korea, Kospi naik 0,21% berada di 2.501,93 berkat menguatnya saham teknologi seperti SK Hynix yang naik 1,79%, Samsung Electronics bertambah 1,81%, dan menguatnya saham perusahaan kilang minyak S-Oil sebesar 0,39%.
Indeks ASX 200 Australia mengambil untung 0,27% ke level 5.919,07 setelah menguatnya saham energi, dengan Santos melonjak 3,68% dan Woodside ditutup naik 1,34%. Kabar ini memupus masalah politik dalam negeri setelah Wakil Perdana Menteri Australia didiskualifikasi karena status kewarganegaraan ganda.
Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,11%, dan pasar daratan tergelincir dimana indeks Shanghai turun 0,77% menjadi 3.390,58. Shenzhen turun 1,73% menjadi 1.988,48. Para ahli menyalahkan jatuhnya pasar saham karena penurunan di pasar obligasi China serta konsolidasi pada bagian pedagang saham.
(ven)