Pengusaha Ritel Akui Konsumen Lebih Pilih Toko Online
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan, performa industri ritel turun sejak dua setengah tahun lalu. Saat itu, toko online atau e-commerce mulai bermunculan dan menarik perhatian konsumen.
Tidak hanya menarik perhatian, konsumen juga mulai mengubah kebiasaan belanja menjadi lewat aplikasi online. Kebetulannya lagi, masyarakat sedang menikmati kenaikan pendapatan yang cukup besar, sehingga uangnya dialihkan ke e-commerce.
"Pada saat terjadi puncak ketika kita punya pendapatan per kapita di atas USD3.000/kapita, pola hidup konsumen berubah, internet of things. Bermunculan e-commerce saat itu, saat itu pendapatan masyarakat juga tumbuh signifikan," ujar Ketua Umum Aprindo Roy Mandey di Jakarta, Rabu (1/11/2017).
Berkembangnya era digital ini dijelaskan Roy membuat konsumen latah dengan langsung mengikuti tren yang ada. Mereka belanja tidak lagi langsung ke toko dan hanya membeli seperlunya sesuai kebutuhan lewat aplikasi online.
"Apa yang terjadi dengan yang pendapatan USD3.000/kapita? Dengan internet berkembang, mereka terbiasa ikuti kata orang, internet, sosmed membuat kalangan menengah atas berbelanja bukan kebutuhan pokok lagi kecuali makanan dan minuman, lebih dari itu bukan syarat mereka," katanya.
Roy menambahkan, munculnya e-commerce sebenarnya ketika ritel sedang jaya-jayanya. Pada 2012 lalu, pertumbuhan sektor ini mencapai lebih dari dua digit.
"Kami dari pelaku usaha memang akui terjadi perubahan perilaku konsumen, pertanyaannya kenapa bisa terjadi? Karena memang sudah dimulai sejak puncak ritel pada 2012-2013 yang tumbuh 15%," imbuh dia.
Tidak hanya menarik perhatian, konsumen juga mulai mengubah kebiasaan belanja menjadi lewat aplikasi online. Kebetulannya lagi, masyarakat sedang menikmati kenaikan pendapatan yang cukup besar, sehingga uangnya dialihkan ke e-commerce.
"Pada saat terjadi puncak ketika kita punya pendapatan per kapita di atas USD3.000/kapita, pola hidup konsumen berubah, internet of things. Bermunculan e-commerce saat itu, saat itu pendapatan masyarakat juga tumbuh signifikan," ujar Ketua Umum Aprindo Roy Mandey di Jakarta, Rabu (1/11/2017).
Berkembangnya era digital ini dijelaskan Roy membuat konsumen latah dengan langsung mengikuti tren yang ada. Mereka belanja tidak lagi langsung ke toko dan hanya membeli seperlunya sesuai kebutuhan lewat aplikasi online.
"Apa yang terjadi dengan yang pendapatan USD3.000/kapita? Dengan internet berkembang, mereka terbiasa ikuti kata orang, internet, sosmed membuat kalangan menengah atas berbelanja bukan kebutuhan pokok lagi kecuali makanan dan minuman, lebih dari itu bukan syarat mereka," katanya.
Roy menambahkan, munculnya e-commerce sebenarnya ketika ritel sedang jaya-jayanya. Pada 2012 lalu, pertumbuhan sektor ini mencapai lebih dari dua digit.
"Kami dari pelaku usaha memang akui terjadi perubahan perilaku konsumen, pertanyaannya kenapa bisa terjadi? Karena memang sudah dimulai sejak puncak ritel pada 2012-2013 yang tumbuh 15%," imbuh dia.
(izz)