Harga Minyak Terus Menguat Karena OPEC Memperketat Pasar
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah terus menguat pada Jumat (3/11/2017) karena OPEC terus melancarkan pengetatan pasar. Bahkan beberapa meminta agar OPEC terus memperpanjang pemangkasan produksi untuk melawan meningkatnya produktivitas minyak Amerika Serikat.
Mengutip dari Reuters, kontrak berjangka Brent International naik 25 sen atau 0,4% menjadi USD60,87 per barel pada pukul 00:13 GMT. Harga minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) naik 37 sen atau 0,7% menjadi USD54,91 per barel.
Sentimen pasar bullish didorong oleh usaha Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia untuk memotong produksi sebanyak 1,8 juta barel per hari (bph) sejak awal tahun 2017.
Perjanjian untuk memotong produksi minyak akan selesai pada Maret 2018. Namun ada usulan untuk memperpanjang kesepakatan hingga akhir 2018, demi meningkatkan kembali harga si emas hitam. Tanpa perpanjangan pemotongan, maka kelebihan pasokan seperti tahun 2014-2016 kembali terjadi karena meningkatnya produksi minyak AS.
Pasalnya, Energy Information Administration (EIA) mengatakan angka ekspor minyak mentah AS saat ini telah mencapai rekor 2,1 juta bph. "Dengan surplus minyak AS yang semakin banyak dari Basin Atlantik akan mengisi pasar OPEC di Asia. Sehingga kemungkinan Brent sulit untuk mempertahankan level USD60 per barel pada 2018," kata BNP Paribas.
Bank asal Prancis ini mengatakan, pihaknya memperkirakan harga WTI dan Brent rata-rata USD50 per barel dan USD55 per barel pada tahun 2018.
Mengutip dari Reuters, kontrak berjangka Brent International naik 25 sen atau 0,4% menjadi USD60,87 per barel pada pukul 00:13 GMT. Harga minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) naik 37 sen atau 0,7% menjadi USD54,91 per barel.
Sentimen pasar bullish didorong oleh usaha Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia untuk memotong produksi sebanyak 1,8 juta barel per hari (bph) sejak awal tahun 2017.
Perjanjian untuk memotong produksi minyak akan selesai pada Maret 2018. Namun ada usulan untuk memperpanjang kesepakatan hingga akhir 2018, demi meningkatkan kembali harga si emas hitam. Tanpa perpanjangan pemotongan, maka kelebihan pasokan seperti tahun 2014-2016 kembali terjadi karena meningkatnya produksi minyak AS.
Pasalnya, Energy Information Administration (EIA) mengatakan angka ekspor minyak mentah AS saat ini telah mencapai rekor 2,1 juta bph. "Dengan surplus minyak AS yang semakin banyak dari Basin Atlantik akan mengisi pasar OPEC di Asia. Sehingga kemungkinan Brent sulit untuk mempertahankan level USD60 per barel pada 2018," kata BNP Paribas.
Bank asal Prancis ini mengatakan, pihaknya memperkirakan harga WTI dan Brent rata-rata USD50 per barel dan USD55 per barel pada tahun 2018.
(ven)