Mendag: Jangan Ganggu Kelapa Sawit Indonesia

Jum'at, 03 November 2017 - 11:51 WIB
Mendag: Jangan Ganggu Kelapa Sawit Indonesia
Mendag: Jangan Ganggu Kelapa Sawit Indonesia
A A A
NUSA DUA - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menegaskan, pemerintah memberi dukungan yang sangat kuat terhadap industri kelapa sawit. Bahkan, dalam menghadapi persaingan dagang minyak nabati global.

"Eropa ganggu palm oil, kita bisa ganggu bubuk susu mereka. Karena itu juga mengganggu peternak susu sapi kita," katanya saat menghadiri 13th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2018 Price Outlook di Nusa Dua Bali, Jumat (3/11/2017).

Mendag bahkan menyangsikan kekuatan Eropa bila menghadapi perlawanan Indonesia dalam hal perdagangan global. "Apa jadinya mereka jika kita tak ekspor sawit. Kalau kita stop ekspor minyak sawit sebulan saja, apa jadinya Eropa pada musim dingin? Kalau kita ditekan terus, lebih baik kita stop," tegas dia.

Pemerintah Indonesia, kata Enggar, melakukan pembelaan terhadap industri sawit di kancah internasional ada dasarnya. Menurutnya, industri kelapa sawit Indonesia paling taat aturan, karena di setiap perkebunan sawit milik perusahaan selalu dilengkapi dengan peralatan kebakaran.

Sawit juga merupakan industri yang melakukan kerja sama antara inti dengan plasma yang paling taat, dibanding sektor industri lain. Di samping itu, sawit juga telah berkembang dari skala kecil menjadi komoditas paling berkontribusi pada perekonomian Indonesia.

Peran strategis sawit dalam perekonomian Indonesia antara lain ditunjukkan melalui fakta-fakta bahwa sawit merupakan sumber pendapatan ekspor terbesar di Indonesia. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, hingga Agustus tahun ini ekspor minyak sawit dan produk turunnya telah mencapai USD15 juta.

Demikian juga dengan kontribusi sawit terhadap pembukaan lapangan pekerjaan. Data Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan menyatakan, terdapat sekitar 8,5 juta orang terserap langsungng pada industri perkebunan kelapa sawit.

Enggar berharap semua pihak memperkuat kolaborasi dalam menghadapi kampanye negatif. Pemerintah, akan terus melakukan mediasi dengan negara-negara lain agar kelapa sawit dapat diterima dan diperlakukan secara adil di pasar internasional.

Dalam sambutan yang disampaikan pada konferensi tahunan IPOC 2017 yang kali ini mengambil tema 'Growth throug Productivity: Partnership with Smallholder' tersebut, Menteri Perdagangan juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi yang kuat guna mendukung industri kelapa sawit.

Dalam kaitan ini, pemerintah RI telah melakukan langkah guna membangun sawit berkelanjutan antara lain melalui penguatan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan kerja sama dengan Malaysia, sesama negara penghasil utama sawit di dunia.

Isu-isu sosial disikapi dengan menjamin upah minimum bagi pekerja sawit dan peningkatan fasilitas bagi pekerja di perkebunan kelapa sawit.

"Yang kita butuhkan adalah kolaborasi kuat di antara berbagai pemangku kepentingan untuk mengatasi isu-isu seputar kelapa sawit," ujar Enggar.

Mendag mengistilahkan kepedulian tersebut dengan kalimat 'a sense of palm oil incorporated'. Dalam rangka mendapatkan pengakuan terkait dengan aspek cost-effective sawit, Mendag menyampaikan bahwa para konsumen, pelaku usaha dan berbagai pemangku kepentingan lain yang terkait perlu mengembangkan suatu 'early warning system' (sistem peringatan dini).

Sehingga, lanjut Mendag, segera dapat diambil langkah tepat bilamana sawit mendapatkan perlakuan diskriminatif di pasar ekspor.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4655 seconds (0.1#10.140)