Menggali Ide dari Level Terbawah
A
A
A
INDUSTRI properti di Tanah Air diyakini akan terus berkembang dengan bermunculannya sejumlah proyek baru, terutama di wilayah penyangga Jakarta. Kondisi ini mendorong para pengembang untuk membangun properti terbaik demi memberikan kenyamanan pada konsumennya.
PTPP Properti Tbk, sebagai salah satu pengembang properti di Indonesia, tidak mau ketinggalan. Sejumlah proyeknya dikembangkan untuk menyasar konsumen hampir di semua segmen. Di antara sejumlah proyek terbarunya, The Ayoma Apartment menjadi andalan anak usaha PT PP (persero) Tbk itu.
Berlokasi di kawasan BSD City, apartemen yang kini dalam tahap pembangunan itu menawarkan sejumlah keunggulan untuk memanjakan konsumen. Guna mengetahui lebih jauh tentang The Ayoma Apartment, berikut petikan wawancara dengan Project Director The Ayoma Achmad Soekarno di BSD City, Tangerang Selatan, Banten, belum lama ini:
Bagaimana pandangan Anda melihat industri properti secara umum di Indonesia tahun ini?Secara umum, industri properti di Indonesia masih bergairah. Ini karena kebutuhan hunian di Indonesia masih cukup tinggi. Apalagi, tren gaya hidup yang semakin modern dan berkembang. Di kota besar, masalah hunian masih ditemukan, seperti banyaknya perumahan kurang layak karena berada di pinggiran sungai. Ini yang kini dibenahi pemerintah agar menjadi lebih memadai. Dari sisi makro, pasar perumahan memang sedang slow down, tetapi harus diingat bahwa kebutuhannya tetap tinggi. Faktor ekonomi ini tidak lepas dari pengaruh kondisi global.
Meski kondisi pasar terbilang tidak sebagus dua atau tiga tahun lalu, para pengembang tetap membangun properti untuk berbagai kelas. Mulai segmen menengah bawah (lower-middle), menengah tengah (mid-middle), hingga menengah atas (upper-middle). Semua dikembangkan. Bahkan di beberapa kota juga sedang dikembangkan smart city sehingga peluangnya tetap besar.
Lalu bagaimana dengan kawasan Serpong?Di kawasan Serpong, Tangerang Selatan, ini termasuk wilayah yang banyak diminati untuk properti. Banyak pengembang besar membangun di sini, mulai pengembang lokal hingga pengembang luar dengan brand global. Nah, kami The Ayoma ingin tampil beda dari segi konsep. Sekarang ini kan banyak dikembangkan oleh para developer dengan menawarkan konsep berbau luar negeri. Di sini, kita justru ingin menawarkan taste lokal. Kita juga tidak bersaing dengan harga. Artinya, konsumen yang kita sasar memang yang sesuai dengan target kita.
Jadi konsumennya siapa?Tadi saya sebutkan, kita menyasar pasar yang sesuai dengan target kita. Ayoma menawarkan konsep yang berbeda di wilayah ini. Kita lebih menawarkan brand PP Properti yang sudah eksis sejak lama. Kami tidak sekadar mementingkan lokasi semata, kami dikenal dengan ketepatan dalam membangun dan ketepatan juga dalam serah-terima.
Kapan mulai serah-terima?Mulai September 2019. Selanjutnya bertahap untuk tower-tower selanjutnya. Begitu tower satu selesai akan lanjut dengan tower berikutnya.
Bagaimana respons konsumen terhadap The Ayoma?Sesuai market yang dituju, sambutannya cukup baik, masih banyak yang peduli dengan kualitas dan lainnya. Progres pemasaran pun cukup baik. Banyak public figure yang sudah pesan unit kami. Untuk tower satu yang unitnya 300-an lebih, sudah terjual 85%. Tower dua belum launching, akan menyusul sambil menunggu momentum yang tepat. Untuk tower duanya sekitar 300 unit juga.
Tahun ini banyak kalangan bilang saatnya investasi di properti?Bagi masyarakat yang punya dana, ini memang saatnya beli untuk investasi. Properti itu kan sebenarnya yang lesu itu penjualannya, karena daya beli melemah. Padahal, sesungguhnya kebutuhan terhadap properti itu tetap tinggi. Ini dimanfaatkan oleh investor yang mampu untuk membeli properti. Tahun 2015-2016 itu pertumbuhan cukup baik. Tahun ini saja yang agak melemah. Beruntung di PP Properti penjualan di dua tahun terakhir cukup baik.
BI sudah menurunkan suku bunga acuan, seberapa pengaruhnya ke properti?Ya , tentu ada harapan dari turunnya suku bunga acuan ini, tetapi itu bergantung pada bank yang bekerja sama dengan kita. Ada misalnya bank yang menawarkan bunga KPA (Kredit Pemilikan Apartemen) 8% flat selama tiga tahun, selanjutnya ikutin bunga pasar. Tenornya rata-rata 10-15 tahun. Kita saat ini bermitra dengan beberapa bank seperti Bank Mandiri, BTN, BNI, Maybank, dan yang lainnya. Masing-masing bank menawarkan skema berbeda sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dari 85% unit yang terjual itu melalui skema KPA, lalu cash ada yang sampai 24 kali, 48 kali, atau 60 kali. Semua saluran pembiayaan kami pakai, tergantung penawaran perbankan.Sejak kapan Anda berkarier di properti?Saya masuk di PT PP (persero) Tbk sejak 2005, waktu itu saya di bagian konstruksi. Lalu sejak pertengahan 2015, saya masuk di PP Properti (anak usaha PT PP) menggarap Grand Kemala Lagoon di Bekasi.Apa yang paling menantang dari dunia properti?Tantangan di properti ini lebih kompleks, mulai dari sosial, pembangunannya, hingga strategi marketing. Sebagai project director, saya bertanggung jawab sepenuhnya pada segala aktivitas di proyek The Ayoma ini. Tentu dengan koordinasi dengan PP Properti Pusat.
Bagaimana pendekatan terhadap karyawan, mengingat di proyek kan ada banyak orang yang terlibat?Kita harus tahu satu sama lain dulu tentunya. Saya biasanya masuk tanpa harus mereka tahu siapa saya. Kita pelajari satu per satu setiap divisi termasuk bagaimana setiap divisi itu cara kerjanya seperti apa. Jadi perlakuannya tidak sama, misalnya soal waktu kerja tidak semua harus masuk pukul 7 pagi. Kita juga harus mengetahui kendala apa saja yang dihadapi setiap divisi. Yang cukup menarik di bagian marketing karena setiap dari mereka yang di bagian sales akan saling bersaing satu sama lain. Yang harus diingat, persaingan itu harus ada tetapi tetap sehat untuk mencapai tujuan bersama perusahaan.
Marketing itu sangat dinamis, bagaimana mengarahkan staf Anda agar hasilnya berkelanjutan?Untuk menerapkan ide-ide pemasaran yang bisa diterapkan, saya selalu memberikan kesempatan kepada para tenaga marketing dari level terbawah untuk menyampaikan ide yang kira-kira bisa diterapkan di sini. Banyak ide yang muncul dan hebat-hebat. Tapi memang belum bisa diimplementasikan semuanya. Kita selalu berintegrasi dan sinergi dengan divisi lain.
Misalnya, ada ide bagaimana kalau misalnya konsumen yang membeli unit di Ayoma dapat unit gratis dari apartemen lain yang ada di Gunung Putri. Hanya, usulan ini belum ketemu rumusnya. Yang di Gunung Putri ini kan sangat potensial kalau disewakan, karena daerah industri dan ada puluhan ribu karyawan di sana. Ada juga ide yang sudah diterapkan yakni test living. Ini adalah strategi kita untuk lebih mendekatkan diri kepada konsumen.
Ide ini datang dari konsep yang biasa dilakukan oleh para produsen mobil yang kerap menawarkan test drive kepada konsumen sebelum membeli mobilnya. Lalu, kita berpikir kenapa tidak diterapkan di sektor properti apartemen. Calon pembeli bisa mencoba menginap di unit kami sebelum mereka membeli. Itu kan sesuatu yang belum kita pikirkan sebelumnya. Kita ingin konsumen merasakan layanan kami, kebetulan kan PT PP (induk usaha) punya manajemen hotel, Park Hotel.
PTPP Properti Tbk, sebagai salah satu pengembang properti di Indonesia, tidak mau ketinggalan. Sejumlah proyeknya dikembangkan untuk menyasar konsumen hampir di semua segmen. Di antara sejumlah proyek terbarunya, The Ayoma Apartment menjadi andalan anak usaha PT PP (persero) Tbk itu.
Berlokasi di kawasan BSD City, apartemen yang kini dalam tahap pembangunan itu menawarkan sejumlah keunggulan untuk memanjakan konsumen. Guna mengetahui lebih jauh tentang The Ayoma Apartment, berikut petikan wawancara dengan Project Director The Ayoma Achmad Soekarno di BSD City, Tangerang Selatan, Banten, belum lama ini:
Bagaimana pandangan Anda melihat industri properti secara umum di Indonesia tahun ini?Secara umum, industri properti di Indonesia masih bergairah. Ini karena kebutuhan hunian di Indonesia masih cukup tinggi. Apalagi, tren gaya hidup yang semakin modern dan berkembang. Di kota besar, masalah hunian masih ditemukan, seperti banyaknya perumahan kurang layak karena berada di pinggiran sungai. Ini yang kini dibenahi pemerintah agar menjadi lebih memadai. Dari sisi makro, pasar perumahan memang sedang slow down, tetapi harus diingat bahwa kebutuhannya tetap tinggi. Faktor ekonomi ini tidak lepas dari pengaruh kondisi global.
Meski kondisi pasar terbilang tidak sebagus dua atau tiga tahun lalu, para pengembang tetap membangun properti untuk berbagai kelas. Mulai segmen menengah bawah (lower-middle), menengah tengah (mid-middle), hingga menengah atas (upper-middle). Semua dikembangkan. Bahkan di beberapa kota juga sedang dikembangkan smart city sehingga peluangnya tetap besar.
Lalu bagaimana dengan kawasan Serpong?Di kawasan Serpong, Tangerang Selatan, ini termasuk wilayah yang banyak diminati untuk properti. Banyak pengembang besar membangun di sini, mulai pengembang lokal hingga pengembang luar dengan brand global. Nah, kami The Ayoma ingin tampil beda dari segi konsep. Sekarang ini kan banyak dikembangkan oleh para developer dengan menawarkan konsep berbau luar negeri. Di sini, kita justru ingin menawarkan taste lokal. Kita juga tidak bersaing dengan harga. Artinya, konsumen yang kita sasar memang yang sesuai dengan target kita.
Jadi konsumennya siapa?Tadi saya sebutkan, kita menyasar pasar yang sesuai dengan target kita. Ayoma menawarkan konsep yang berbeda di wilayah ini. Kita lebih menawarkan brand PP Properti yang sudah eksis sejak lama. Kami tidak sekadar mementingkan lokasi semata, kami dikenal dengan ketepatan dalam membangun dan ketepatan juga dalam serah-terima.
Kapan mulai serah-terima?Mulai September 2019. Selanjutnya bertahap untuk tower-tower selanjutnya. Begitu tower satu selesai akan lanjut dengan tower berikutnya.
Bagaimana respons konsumen terhadap The Ayoma?Sesuai market yang dituju, sambutannya cukup baik, masih banyak yang peduli dengan kualitas dan lainnya. Progres pemasaran pun cukup baik. Banyak public figure yang sudah pesan unit kami. Untuk tower satu yang unitnya 300-an lebih, sudah terjual 85%. Tower dua belum launching, akan menyusul sambil menunggu momentum yang tepat. Untuk tower duanya sekitar 300 unit juga.
Tahun ini banyak kalangan bilang saatnya investasi di properti?Bagi masyarakat yang punya dana, ini memang saatnya beli untuk investasi. Properti itu kan sebenarnya yang lesu itu penjualannya, karena daya beli melemah. Padahal, sesungguhnya kebutuhan terhadap properti itu tetap tinggi. Ini dimanfaatkan oleh investor yang mampu untuk membeli properti. Tahun 2015-2016 itu pertumbuhan cukup baik. Tahun ini saja yang agak melemah. Beruntung di PP Properti penjualan di dua tahun terakhir cukup baik.
BI sudah menurunkan suku bunga acuan, seberapa pengaruhnya ke properti?Ya , tentu ada harapan dari turunnya suku bunga acuan ini, tetapi itu bergantung pada bank yang bekerja sama dengan kita. Ada misalnya bank yang menawarkan bunga KPA (Kredit Pemilikan Apartemen) 8% flat selama tiga tahun, selanjutnya ikutin bunga pasar. Tenornya rata-rata 10-15 tahun. Kita saat ini bermitra dengan beberapa bank seperti Bank Mandiri, BTN, BNI, Maybank, dan yang lainnya. Masing-masing bank menawarkan skema berbeda sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dari 85% unit yang terjual itu melalui skema KPA, lalu cash ada yang sampai 24 kali, 48 kali, atau 60 kali. Semua saluran pembiayaan kami pakai, tergantung penawaran perbankan.Sejak kapan Anda berkarier di properti?Saya masuk di PT PP (persero) Tbk sejak 2005, waktu itu saya di bagian konstruksi. Lalu sejak pertengahan 2015, saya masuk di PP Properti (anak usaha PT PP) menggarap Grand Kemala Lagoon di Bekasi.Apa yang paling menantang dari dunia properti?Tantangan di properti ini lebih kompleks, mulai dari sosial, pembangunannya, hingga strategi marketing. Sebagai project director, saya bertanggung jawab sepenuhnya pada segala aktivitas di proyek The Ayoma ini. Tentu dengan koordinasi dengan PP Properti Pusat.
Bagaimana pendekatan terhadap karyawan, mengingat di proyek kan ada banyak orang yang terlibat?Kita harus tahu satu sama lain dulu tentunya. Saya biasanya masuk tanpa harus mereka tahu siapa saya. Kita pelajari satu per satu setiap divisi termasuk bagaimana setiap divisi itu cara kerjanya seperti apa. Jadi perlakuannya tidak sama, misalnya soal waktu kerja tidak semua harus masuk pukul 7 pagi. Kita juga harus mengetahui kendala apa saja yang dihadapi setiap divisi. Yang cukup menarik di bagian marketing karena setiap dari mereka yang di bagian sales akan saling bersaing satu sama lain. Yang harus diingat, persaingan itu harus ada tetapi tetap sehat untuk mencapai tujuan bersama perusahaan.
Marketing itu sangat dinamis, bagaimana mengarahkan staf Anda agar hasilnya berkelanjutan?Untuk menerapkan ide-ide pemasaran yang bisa diterapkan, saya selalu memberikan kesempatan kepada para tenaga marketing dari level terbawah untuk menyampaikan ide yang kira-kira bisa diterapkan di sini. Banyak ide yang muncul dan hebat-hebat. Tapi memang belum bisa diimplementasikan semuanya. Kita selalu berintegrasi dan sinergi dengan divisi lain.
Misalnya, ada ide bagaimana kalau misalnya konsumen yang membeli unit di Ayoma dapat unit gratis dari apartemen lain yang ada di Gunung Putri. Hanya, usulan ini belum ketemu rumusnya. Yang di Gunung Putri ini kan sangat potensial kalau disewakan, karena daerah industri dan ada puluhan ribu karyawan di sana. Ada juga ide yang sudah diterapkan yakni test living. Ini adalah strategi kita untuk lebih mendekatkan diri kepada konsumen.
Ide ini datang dari konsep yang biasa dilakukan oleh para produsen mobil yang kerap menawarkan test drive kepada konsumen sebelum membeli mobilnya. Lalu, kita berpikir kenapa tidak diterapkan di sektor properti apartemen. Calon pembeli bisa mencoba menginap di unit kami sebelum mereka membeli. Itu kan sesuatu yang belum kita pikirkan sebelumnya. Kita ingin konsumen merasakan layanan kami, kebetulan kan PT PP (induk usaha) punya manajemen hotel, Park Hotel.
(amm)