Industri Pelayaran Tahun Depan Diyakini Tumbuh Moderat
A
A
A
JAKARTA - Industri pelayaran nasional memandang optimistis prospek bisnis tahun depan yang diyakini akan cerah. Alasannya, asumsi makro yang dipatok tumbuh moderat yakni di angka 5,4%.
Ketua Umum Indonesia National Shipowner Association (INSA) Carmelita Hartoto mengatakan, meski industri pelayaran nasional tidak akan mengalami pertumbuhan signifikan pada angkutan domestik. Namun, beberapa sektor pelayaran nasional yang melayani kegiatan ekapor-impor justru mengalami pertumbuhan lebih baik.
"Terutama di awal kuartal II tahun depan. Sektor ekspor-impor ini akan lebih membaik. Hal itu didorong oleh membaiknya harga CPO global pada beberapa waktu belakangan ini," kata Carmelita di Jakarta, Kamis (21/12/2017).
Faktor lain yakni dampak dari paket kebijakan ekonomi XV yang berkaitan dengan daya saing penyedia jasa logistik nasional dan Permendag No 82/2017 tentang ketentuan penggunaan angkutan laut dan asuransi nasional untuk ekapor-impor barang barang tertentu.
Permendag No 82/2017 mewajibkan ekspor-impor menggunakan kapal laut nasional untuk komoditas batu bara, CPO dan beras. Aturan ini diyakini mampu menekan defisit neraca perdagangan jasa Indonesia yang disahkan sejak Oktober kemarin dan aktif berlaku pada Mei 2018.
"Melihat Permendag tersebut, kami optimis sektor pelayaran nasional diprediksikan tumbuh bertahap terutama pada sektor angkutan curah, tongkang atau tuh and badge serta kargo kontainer," jelas Carmelita.
Sementara Wakil Ketua Umum III DPP INSA Darmansyah Tanamas mengatakan, kebutuhan tongkang untuk angkutan curah domestik saat ini juga cukup tinggi. Hal itu sebagai dampak dari gencarnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah.
"Banyak kapal tongkang yang melayani pengangkutan material infrastruktur seperti semen, batu dan pasir untuk pembangunan infrastruktur di wilayah timur Indonesia," imbuhnya.
Beroperasinya beberapa pembangkit listrik di 2018, diprediksi juga akan menambah volume angkutan laut domestik, baik untuk kapal curah maupun kapal tongkang. INSA juga mengapresaisi pemerintah yang telah melibatkan pelayaran swasta nasional dalam Program Tol Laut pada 2017.
INSA mengusulkan optimalisasi sinergi antara pelayaran BUMN dan swasta nasional dengan pemanfaatan ruang muat pelayaran swasta nasional. Pemanfaatan space liner tersebut untuk kapal swasta nasional yang sudah rutin melakukan pelayanan di wilayah timur Indonesia berkonsep pengumpul dan pengumpan.
Selain itu, kapal-kapal tol laut milik BUMN tidak perlu mengambil muatan bahan pokok dari origin port seperti Tanjung Priok dan Tanjung Perak. "Semoga usulan ini bisa diterima pemerintah, karena ini akan menghemat anggaran pemerintah," tuturnya.
Ketua Umum Indonesia National Shipowner Association (INSA) Carmelita Hartoto mengatakan, meski industri pelayaran nasional tidak akan mengalami pertumbuhan signifikan pada angkutan domestik. Namun, beberapa sektor pelayaran nasional yang melayani kegiatan ekapor-impor justru mengalami pertumbuhan lebih baik.
"Terutama di awal kuartal II tahun depan. Sektor ekspor-impor ini akan lebih membaik. Hal itu didorong oleh membaiknya harga CPO global pada beberapa waktu belakangan ini," kata Carmelita di Jakarta, Kamis (21/12/2017).
Faktor lain yakni dampak dari paket kebijakan ekonomi XV yang berkaitan dengan daya saing penyedia jasa logistik nasional dan Permendag No 82/2017 tentang ketentuan penggunaan angkutan laut dan asuransi nasional untuk ekapor-impor barang barang tertentu.
Permendag No 82/2017 mewajibkan ekspor-impor menggunakan kapal laut nasional untuk komoditas batu bara, CPO dan beras. Aturan ini diyakini mampu menekan defisit neraca perdagangan jasa Indonesia yang disahkan sejak Oktober kemarin dan aktif berlaku pada Mei 2018.
"Melihat Permendag tersebut, kami optimis sektor pelayaran nasional diprediksikan tumbuh bertahap terutama pada sektor angkutan curah, tongkang atau tuh and badge serta kargo kontainer," jelas Carmelita.
Sementara Wakil Ketua Umum III DPP INSA Darmansyah Tanamas mengatakan, kebutuhan tongkang untuk angkutan curah domestik saat ini juga cukup tinggi. Hal itu sebagai dampak dari gencarnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah.
"Banyak kapal tongkang yang melayani pengangkutan material infrastruktur seperti semen, batu dan pasir untuk pembangunan infrastruktur di wilayah timur Indonesia," imbuhnya.
Beroperasinya beberapa pembangkit listrik di 2018, diprediksi juga akan menambah volume angkutan laut domestik, baik untuk kapal curah maupun kapal tongkang. INSA juga mengapresaisi pemerintah yang telah melibatkan pelayaran swasta nasional dalam Program Tol Laut pada 2017.
INSA mengusulkan optimalisasi sinergi antara pelayaran BUMN dan swasta nasional dengan pemanfaatan ruang muat pelayaran swasta nasional. Pemanfaatan space liner tersebut untuk kapal swasta nasional yang sudah rutin melakukan pelayanan di wilayah timur Indonesia berkonsep pengumpul dan pengumpan.
Selain itu, kapal-kapal tol laut milik BUMN tidak perlu mengambil muatan bahan pokok dari origin port seperti Tanjung Priok dan Tanjung Perak. "Semoga usulan ini bisa diterima pemerintah, karena ini akan menghemat anggaran pemerintah," tuturnya.
(izz)