Tawi, Pelaku UMKM Pasar BSD Sukses Bawa Tempe ke Mancanegara
A
A
A
TEMPE merupakan makanan khas bagi masyarakat Indonesia yang terbuat dari kedelai dan banyak digemari berbagai kalangan, dari kalangan atas hingga terbawah sekalipun. Tempe juga bisa dijadikan sebagai kudapan sehari-hari.
Selain itu, tempe bisa dimasak dengan berbagai rasa dan jenis makanan. Mulai dari tempe penyet, kering, gorengan, dan lain sebagainya. Makanan yang terbuat dari proses pembusukan kedelai itu memang sampai saat ini tak pernah ada matinya dan mungkin akan selalu digemari selagi manusia masih ada.
Dewasa ini, tempe tidak hanya beredar di Indonesia, negara-negara Asia mulai mengenal tempe. Tempe, makanan rakyat khas Indonesia ini ternyata sudah menembus dunia. Cita rasanya yang sederhana membuat warga dunia jatuh cinta.
Salah satu yang berhasil mengenalkan tempe hingga ke Taiwan dan Hongkong adalah Tawi. Pengusaha tempe asal Pekalongan ini telah menembus pasar internasional.
Berawal dari keberaniannya untuk membuka kios tempe di Pasar Tradisional Modern BSD City (Pasmod BSD) pada 2004, Tawi kini mulai mengekspor tempe-tempe buatannya ke sejumlah negara di Asia.
Sebelum sukses seperti saat ini, pria yang memiliki tiga anak tersebut sempat mengalami kegetiran hidup. Pria kelahiran 1970 sempat melakoni menjadi pengumpul kayu dengan upah sebesar Rp2.000 sampai Rp3.000 per hari di Jakarta.
Berbekal kegigihan laki-laki berkulit sawo matang ini, Tawi memutar otak untuk membuka usaha lain yang dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Tempe, makanan yang menjadi ciri khas orang Jawa ini, menjadi pilihan Tawi sebagai usaha barunya.
Modal yang dimiliki Tawi untuk memulai usaha tempe sebesar Rp1.000.000, itupun tidak mecukupinya. Karena itu, dia sempat berutang untuk membeli kedelai dan bahan baku lainnya.
Dengan kesungguhan hati, Tawi pun merintis usaha kecilnya mulai dari menjual tempe keliling, bermodal sepeda ontel dan beberapa batang tempe, Tawi menjajakan tempenya dari Petukangan ke Ciputat hingga BSD City. Tiba suatu hari, tanpa sengaja Tawi melintasi sebuah pasar yang ada di BSD City.
Tawi tertarik dengan konsep yang ditawarkan Pasmod BSD yaitu pasar dengan model transaksi tradisional (proses tawar-menawar). Namun, menawarkan kenyamanan modern, sehingga pembeli tidak perlu kesulitan mencari parkir untuk kendaraannya, kepanasan ataupun berbecek-becekan untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Tawi pun akhirnya memberanikan diri untuk membuka kios tempe di Pasmod BSD. Tempe merupakan makanan yang tidak mengenal zaman, bisa dinikmati semua kalangan, sehingga tempe mudah terjual karena harganya yang sangat terjangkau. Tempe-tempe yang di produksi dan dijual Tawi sering ludes diborong pembeli.
Seiring dengan semakin berkembangnya pembangunan dan jumlah penduduk di kawasan BSD City dan terjaganya kenyamanan dan kebersihan pasar, sehingga menyebabkan Pasmod BSD pun semakin ramai dikunjungi warga untuk berbelanja.
Hal ini tentu berimplikasi positif juga terhadap para pedagang tak terkecuali Tawi. Tidak lagi hanya menjual Tempe ke warga sekitar BSD, sejak 2013 Tawi dalam sepekan dapat mengekspor tempe-tempe buatannya sebanyak 70.000 ons atau sekitar 10.000 batang ke Taiwan.
Tidak hanya di Taiwan, Tawi pun mengekspor tempenya hingga ke Hong Kong. Permintaan tempe di dua negara tesebut sangat tinggi, tak jarang Tawi pun kewalahan menerima pesanan tersebut.
Berkat perjuangan yang tidak kenal lelah untuk menghidupi keluarga, dirinya dapat mengantongi omzet bersih Rp3.800.000 per hari hanya dari lapaknya di Pasmod BSD.
Pasmod BSD dinilai berjasa baginya, dari pasar tersebut tempe-tempenya mulai dikenal masyarakat luas. Tawi kerap kali kedatangan tamu, dari kalangan mahasiswa yang melakukan riset pembuatan tempe dengan kualitas yang baik.
Dalam satu hari, Tawi dapat memproduksi tempe hingga 2-4 kuintal. Perlahan bisnis yang dia tekuni ini telah menghasilkan omzet yang luar biasa.
"Saya merasa beruntung menemukan tempat berjualan yang mendukung usaha saya ini, pengunjung kelas menengah atas selalu ramai datang ke Pasmod BSD, terima kasih kepada pengelola BSD yang memperhatikan nasib pedagang kecil seperti kami ini," imbuh-nya di Pasmod BSD, Kamis (28/12/2017).
Selain itu, Tawi juga berterima kasih kepada pengelola Pasmod BSD yang kini juga telah memberikan pelatihan bagi para pedagang melalui program Pasar Rakyat School mengenai beberapa hal yang dapat meningkatkan pengetahuan. Misalnya, perilaku hidup bersih dan sehat di pasar dengan menghadirkan narasumber dari Unilever serta perencanaan keuangan sederhana dengan narasumber dari Bank Sinarmas.
Tawi merupakan salah satu pelaku UMKM Pasar BSD City yang sukses dengan bisnis tempenya. Berkat kegigihan dan keuletannya, kini kios tempenya menjadi tujuan berbelanja favorit para pembeli.
Kini, tidak hanya di kios tempe di Pasmod BSD saja, dia juga telah memiliki beberapa kios di pasar lainnya. Prinsip hidupnya yang kini membawa Tawi menuju kesuksesan, dia menerapkan pada dirinya bahwa kerja keras akan membuahkan hasil yang manis kedepannya.
Selain itu, tempe bisa dimasak dengan berbagai rasa dan jenis makanan. Mulai dari tempe penyet, kering, gorengan, dan lain sebagainya. Makanan yang terbuat dari proses pembusukan kedelai itu memang sampai saat ini tak pernah ada matinya dan mungkin akan selalu digemari selagi manusia masih ada.
Dewasa ini, tempe tidak hanya beredar di Indonesia, negara-negara Asia mulai mengenal tempe. Tempe, makanan rakyat khas Indonesia ini ternyata sudah menembus dunia. Cita rasanya yang sederhana membuat warga dunia jatuh cinta.
Salah satu yang berhasil mengenalkan tempe hingga ke Taiwan dan Hongkong adalah Tawi. Pengusaha tempe asal Pekalongan ini telah menembus pasar internasional.
Berawal dari keberaniannya untuk membuka kios tempe di Pasar Tradisional Modern BSD City (Pasmod BSD) pada 2004, Tawi kini mulai mengekspor tempe-tempe buatannya ke sejumlah negara di Asia.
Sebelum sukses seperti saat ini, pria yang memiliki tiga anak tersebut sempat mengalami kegetiran hidup. Pria kelahiran 1970 sempat melakoni menjadi pengumpul kayu dengan upah sebesar Rp2.000 sampai Rp3.000 per hari di Jakarta.
Berbekal kegigihan laki-laki berkulit sawo matang ini, Tawi memutar otak untuk membuka usaha lain yang dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Tempe, makanan yang menjadi ciri khas orang Jawa ini, menjadi pilihan Tawi sebagai usaha barunya.
Modal yang dimiliki Tawi untuk memulai usaha tempe sebesar Rp1.000.000, itupun tidak mecukupinya. Karena itu, dia sempat berutang untuk membeli kedelai dan bahan baku lainnya.
Dengan kesungguhan hati, Tawi pun merintis usaha kecilnya mulai dari menjual tempe keliling, bermodal sepeda ontel dan beberapa batang tempe, Tawi menjajakan tempenya dari Petukangan ke Ciputat hingga BSD City. Tiba suatu hari, tanpa sengaja Tawi melintasi sebuah pasar yang ada di BSD City.
Tawi tertarik dengan konsep yang ditawarkan Pasmod BSD yaitu pasar dengan model transaksi tradisional (proses tawar-menawar). Namun, menawarkan kenyamanan modern, sehingga pembeli tidak perlu kesulitan mencari parkir untuk kendaraannya, kepanasan ataupun berbecek-becekan untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Tawi pun akhirnya memberanikan diri untuk membuka kios tempe di Pasmod BSD. Tempe merupakan makanan yang tidak mengenal zaman, bisa dinikmati semua kalangan, sehingga tempe mudah terjual karena harganya yang sangat terjangkau. Tempe-tempe yang di produksi dan dijual Tawi sering ludes diborong pembeli.
Seiring dengan semakin berkembangnya pembangunan dan jumlah penduduk di kawasan BSD City dan terjaganya kenyamanan dan kebersihan pasar, sehingga menyebabkan Pasmod BSD pun semakin ramai dikunjungi warga untuk berbelanja.
Hal ini tentu berimplikasi positif juga terhadap para pedagang tak terkecuali Tawi. Tidak lagi hanya menjual Tempe ke warga sekitar BSD, sejak 2013 Tawi dalam sepekan dapat mengekspor tempe-tempe buatannya sebanyak 70.000 ons atau sekitar 10.000 batang ke Taiwan.
Tidak hanya di Taiwan, Tawi pun mengekspor tempenya hingga ke Hong Kong. Permintaan tempe di dua negara tesebut sangat tinggi, tak jarang Tawi pun kewalahan menerima pesanan tersebut.
Berkat perjuangan yang tidak kenal lelah untuk menghidupi keluarga, dirinya dapat mengantongi omzet bersih Rp3.800.000 per hari hanya dari lapaknya di Pasmod BSD.
Pasmod BSD dinilai berjasa baginya, dari pasar tersebut tempe-tempenya mulai dikenal masyarakat luas. Tawi kerap kali kedatangan tamu, dari kalangan mahasiswa yang melakukan riset pembuatan tempe dengan kualitas yang baik.
Dalam satu hari, Tawi dapat memproduksi tempe hingga 2-4 kuintal. Perlahan bisnis yang dia tekuni ini telah menghasilkan omzet yang luar biasa.
"Saya merasa beruntung menemukan tempat berjualan yang mendukung usaha saya ini, pengunjung kelas menengah atas selalu ramai datang ke Pasmod BSD, terima kasih kepada pengelola BSD yang memperhatikan nasib pedagang kecil seperti kami ini," imbuh-nya di Pasmod BSD, Kamis (28/12/2017).
Selain itu, Tawi juga berterima kasih kepada pengelola Pasmod BSD yang kini juga telah memberikan pelatihan bagi para pedagang melalui program Pasar Rakyat School mengenai beberapa hal yang dapat meningkatkan pengetahuan. Misalnya, perilaku hidup bersih dan sehat di pasar dengan menghadirkan narasumber dari Unilever serta perencanaan keuangan sederhana dengan narasumber dari Bank Sinarmas.
Tawi merupakan salah satu pelaku UMKM Pasar BSD City yang sukses dengan bisnis tempenya. Berkat kegigihan dan keuletannya, kini kios tempenya menjadi tujuan berbelanja favorit para pembeli.
Kini, tidak hanya di kios tempe di Pasmod BSD saja, dia juga telah memiliki beberapa kios di pasar lainnya. Prinsip hidupnya yang kini membawa Tawi menuju kesuksesan, dia menerapkan pada dirinya bahwa kerja keras akan membuahkan hasil yang manis kedepannya.
(izz)