Lemahnya Dolar AS Membawa Berkah, Harga Komoditas Menguat

Kamis, 01 Februari 2018 - 19:44 WIB
Lemahnya Dolar AS Membawa...
Lemahnya Dolar AS Membawa Berkah, Harga Komoditas Menguat
A A A
NEW YORK - Tahun 2018 menjadi kabar baik bagi harga komoditas, seperti logam mulia, batu bara, minyak, dan gas. Karena dari kalkulasi para analis, harga komoditas akan semakin menguat di tahun ini seiring nilai dolar Amerika Serikat yang semakin turun.

Melansir dari CNBC, Kamis (1/2/2018), CEO DoubleLine Capital, Jeffrey Gundlach mengatakan harga komoditas akan mengungguli harga saham pada tahun ini. Hal ini berkorelasi dengan melemahnya dolar yang pada pekan lalu, mencapai level terendah dalam lebih dari tiga tahun. “Biasanya, bila dolar mengalami tahun yang buruk, itu bisa berlaku hingga satu atau dua tahun,” katanya.

Para analis mencatat bahwa kenaikan mata uang euro dan pertumbuhan ekonomi global akan berdampak pada melonjaknya harga komoditas di tahun ini.

Kepala Penelitian bidang Komoditas di Bank of America Merrill Lynch, Sabine Schels mengatakan sejak akhir 2017 kemarin, korelasi antara naiknya harga komoditas dan melemahnya dolar sudah terasa. “Melemahnya dolar menjadi pendorong sangat besar ke harga komoditas,” tukasnya.

Harga minyak lantas menguat ke jalur kenaikan seperti akhir 2014. Saat ini, harga minyak sudah mendekati level USD70 per barel. Selain itu, harga tembaga, paladium-jenis logam mirip platina-dan emas, harganya menguat tiga bulan terakhir menyusul melemahnya dolar AS.

Kenaikan harga komoditas ini sangat melegakan bagi negara-negara eksportir komdoitas, terutama negara-negara di Amerika Selatan dan Afrika yang bergantung pada sumber daya alam. Tingkat ekonomi mereka terganggu ketika harga komoditas anjlok pada tahun 2015.

Bank Dunia dalam outlook soal pasar komoditas, mengatakan harga komoditas energi seperti minyak, gas alam, dan batu bara diperkirakan naik 4% pada 2018, setelah melompat 28% pada tahun lalu.

Arah dolar akan menjadi kunci bagi harga komoditas. Karena dolar AS adalah tolok ukur untuk harga jual dan beli komoditas. Jika dolar lemah berarti komoditas menjadi lebih mahal. Sebaliknya, dolar yang kuat sering menurunkan harga komoditas.

Dan menurut Schels, dolar akan melemah menjadi 1,10 melawan euro pada kuartal I 2018, sebagian imbas dari reformasi pajak di AS. Karena pasar mengambil pandangan yang berlawanan terhadap kesepakatan pajak sehingga menjadi negatif pada ekonomi AS di jangka panjang.

Schels menilai jika euro terus menguat, maka akan menjadi penggerak positif bagi semua harga komoditas. "Ini jadi sangat menarik, karena tidak hanya minyak yang reli, juga logam sangat diuntungkan dari lemahnya pergerakan dolar, bahkan emas telah meresponsnya," ujar dia.

Harga emas rebound sejak dolar tergelincir, menjadi USD1.347 per ons. Harga tembaga juga menguat lebih dari 1% berkat kekhawatiran dolar menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6693 seconds (0.1#10.140)