Harga Minyak Melandai, OPEC Diprediksi Tahan Kuota Produksi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak mentah turun pada perdagangan hari ini. Ini berkebalikan dengan kenaikan pada sesi sebelumnya menjelang pertemuan OPEC+ di tengah kekhawatiran perlambatan pertumbuhan global yang memukul permintaan bahan bakar dan dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat.
Data perdagangan hingga pukul 10:43 WIB di Intercontinental Exchange (ICE) menunjukkan minyak mentah brent kontrak Oktober turun 0,30% di USD100,24 per barel.
Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) mencatat untuk pengiriman September tertekan 0,26% menjadi USD94,17 per barel.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu pada hari Rabu.
Kelompok tersebut kemungkinan masih akan mempertahankan produksi minyak dengan kuota yang tidak berubah pada bulan September.
Analis memperkirakan tidak ada perubahan yang cukup berarti dalam pertemuan OPEC+, mengingat prospek permintaan yang lemah karena tumbuhnya kekhawatiran resesi.
Sebagai salah satu anggota OPEC, Arab Saudi ada kemungkinan enggan untuk meningkatkan produksi. Menjelang pertemuan, OPEC+ memangkas perkiraannya menjadi 800.000 barel per hari (bph),
"Kemungkinan mereka akan mengumumkan peningkatan dengan output yang tetap rendah di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini dan sinyal melemahnya permintaan," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan, dilansir Reuters, Rabu (3/8/2022).
Lebih jauh, pasar minyak juga masih terbebani oleh sejumlah katalis termasuk meningkatnya kekhawatiran kemerosotan ekonomi di AS dan Eropa, tekanan utang di negara-negara berkembang, dan kebijakan China yang membatasi aktivitas di importir minyak utama dunia. Demikian analisa Vivek Dhar, seorang pengamat Commonwealth Bank.
"Kami melihat ada risiko penurunan harga minyak di kuartal keempat 2022 karena kekhawatiran permintaan global terus tumbuh," ujarnya dalam sebuah catatan.
Selain itu, lonjakan dolar yang kuat, didukung oleh komentar pejabat The Fed yang mengisyaratkan akan ada lebih banyak kenaikan suku bunga, turut membebani harga minyak. Pasalnya, penguatan greenback akan membuat minyak menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Data perdagangan hingga pukul 10:43 WIB di Intercontinental Exchange (ICE) menunjukkan minyak mentah brent kontrak Oktober turun 0,30% di USD100,24 per barel.
Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) mencatat untuk pengiriman September tertekan 0,26% menjadi USD94,17 per barel.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu pada hari Rabu.
Kelompok tersebut kemungkinan masih akan mempertahankan produksi minyak dengan kuota yang tidak berubah pada bulan September.
Analis memperkirakan tidak ada perubahan yang cukup berarti dalam pertemuan OPEC+, mengingat prospek permintaan yang lemah karena tumbuhnya kekhawatiran resesi.
Sebagai salah satu anggota OPEC, Arab Saudi ada kemungkinan enggan untuk meningkatkan produksi. Menjelang pertemuan, OPEC+ memangkas perkiraannya menjadi 800.000 barel per hari (bph),
"Kemungkinan mereka akan mengumumkan peningkatan dengan output yang tetap rendah di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini dan sinyal melemahnya permintaan," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan, dilansir Reuters, Rabu (3/8/2022).
Lebih jauh, pasar minyak juga masih terbebani oleh sejumlah katalis termasuk meningkatnya kekhawatiran kemerosotan ekonomi di AS dan Eropa, tekanan utang di negara-negara berkembang, dan kebijakan China yang membatasi aktivitas di importir minyak utama dunia. Demikian analisa Vivek Dhar, seorang pengamat Commonwealth Bank.
"Kami melihat ada risiko penurunan harga minyak di kuartal keempat 2022 karena kekhawatiran permintaan global terus tumbuh," ujarnya dalam sebuah catatan.
Selain itu, lonjakan dolar yang kuat, didukung oleh komentar pejabat The Fed yang mengisyaratkan akan ada lebih banyak kenaikan suku bunga, turut membebani harga minyak. Pasalnya, penguatan greenback akan membuat minyak menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
(ind)