Pertumbuhan Upah Tahunan AS Meningkat Tajam Sejak 2009
A
A
A
WASHINGTON - Pertumbuhan tenaga kerja di Amerika Serikat melonjak pada Januari 2018 dan disertai dengan peningkatan upah yang signifikan. Melansir dari Reuters, Jumat (2/2/2018), pertumbuhan upah tahunan di Negeri Paman Sam meningkat besar sejak tahun 2009. Menguatnya pasar tenaga kerja dan upah membuat ekspektasi bahwa inflasi akan naik pada tahun ini.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Jumat ini, bahwa data nonfarm payrolls melonjak 200.00 tenaga kerja pada Januari, meningkat dari 160.000 tenaga kerja pada Desember 2017. Tingkat pengangguran menjadi 4,1%, level terendah selama 17 tahun.
Sementara itu, upah per jam rata-rata naik 0,3% pada Januari 2018 menjadi USD26,74. Hal ini membuat kenaikan rata-rata upah tahunan per jam year to year menjadi 2,9%, kenaikan terbesar sejak Juni 2009. Adapun masa lama kerja rata-rata turun menjadi 34,3 jam, terpendek dalam empat bulan. Pada Desember lalu, masa lama kerja rata-rata adalah 34,5 jam.
Laporan ketenagakerjaan yang kuat menjadi momentum kuat dalam ekonomi, sehingga memungkinkan Federal Reserve bisa sedikit lebih agresif dalam menaikkan suku bunga tahun ini. "Ini membuat The Fed akan melakukan tiga kali kenaikan suku bunga pada tahun ini," ujar Luke Bartholomew, ahli strategi investasi di Aberdeen Standard Investments.
Seiring dengan kenaikan pekerja dan upah, pejabat The Fed pada Rabu lalu menyatakan optimistis, bahwa inflasi tahun ini akan naik menuju targetnya. Pembuat kebijakan lainnya memilih untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah agar pasar tenaga kerja terus menguat dan aktivitas ekonomi meningkat pada level yang solid.
Sementara itu, pasar keuangan AS memperkirakan kenaikan suku bunga akan terjadi di Maret 2018. Seiring dengan membaiknya dolar AS terhadap sekeranjang mata uang. Harga untuk obligasi Pemerintah AS turun, dengan imbal hasil 10 tahun naik ke level tertinggi empat tahun.
Adapun para ekonom mengatakan kenaikan gaji didorong oleh permintaan domestik dan global yang melonjak. Para ekonom juga melihat pertumbuhan lapangan kerja berkat kebijakan paket pemotongan pajak oleh Trump sebesar USD1,5 miliar yang disahkan pada Desember lalu. Merupakan reformasi pajak terbesar dalam jangka 30 tahun.
Presiden AS Donald Trump telah melakukan stimulus fiskal, dengan mengurangi tarif pajak penghasilan badan dari sebelumnya 35% menjadi 21%, demi menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Berkat kebijakan tersebut, lembaga Challenger, Gray & Christmas melaporkan ada tujuh perusahaan, termasuk Apple yang telah mengumumkan rencana menambah kira-kira 37.000 pekerja baru sebagai pengganti pemotongan pajak sampai akhir Januari.
Penambahan jumlah tenaga kerja ini melampaui perkiraan ekonom yang disurvei oleh Reuters, dimana mereka memperkirakan jumlah tenaga kerja meningkat 180.000 pada Januari lalu. Perekonomian AS sendiri perlu menciptakan 75.000 sampai 100.000 pekerjaan baru per bulan untuk memenuhi peningkatan populasi angkatan kerja.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Jumat ini, bahwa data nonfarm payrolls melonjak 200.00 tenaga kerja pada Januari, meningkat dari 160.000 tenaga kerja pada Desember 2017. Tingkat pengangguran menjadi 4,1%, level terendah selama 17 tahun.
Sementara itu, upah per jam rata-rata naik 0,3% pada Januari 2018 menjadi USD26,74. Hal ini membuat kenaikan rata-rata upah tahunan per jam year to year menjadi 2,9%, kenaikan terbesar sejak Juni 2009. Adapun masa lama kerja rata-rata turun menjadi 34,3 jam, terpendek dalam empat bulan. Pada Desember lalu, masa lama kerja rata-rata adalah 34,5 jam.
Laporan ketenagakerjaan yang kuat menjadi momentum kuat dalam ekonomi, sehingga memungkinkan Federal Reserve bisa sedikit lebih agresif dalam menaikkan suku bunga tahun ini. "Ini membuat The Fed akan melakukan tiga kali kenaikan suku bunga pada tahun ini," ujar Luke Bartholomew, ahli strategi investasi di Aberdeen Standard Investments.
Seiring dengan kenaikan pekerja dan upah, pejabat The Fed pada Rabu lalu menyatakan optimistis, bahwa inflasi tahun ini akan naik menuju targetnya. Pembuat kebijakan lainnya memilih untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah agar pasar tenaga kerja terus menguat dan aktivitas ekonomi meningkat pada level yang solid.
Sementara itu, pasar keuangan AS memperkirakan kenaikan suku bunga akan terjadi di Maret 2018. Seiring dengan membaiknya dolar AS terhadap sekeranjang mata uang. Harga untuk obligasi Pemerintah AS turun, dengan imbal hasil 10 tahun naik ke level tertinggi empat tahun.
Adapun para ekonom mengatakan kenaikan gaji didorong oleh permintaan domestik dan global yang melonjak. Para ekonom juga melihat pertumbuhan lapangan kerja berkat kebijakan paket pemotongan pajak oleh Trump sebesar USD1,5 miliar yang disahkan pada Desember lalu. Merupakan reformasi pajak terbesar dalam jangka 30 tahun.
Presiden AS Donald Trump telah melakukan stimulus fiskal, dengan mengurangi tarif pajak penghasilan badan dari sebelumnya 35% menjadi 21%, demi menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Berkat kebijakan tersebut, lembaga Challenger, Gray & Christmas melaporkan ada tujuh perusahaan, termasuk Apple yang telah mengumumkan rencana menambah kira-kira 37.000 pekerja baru sebagai pengganti pemotongan pajak sampai akhir Januari.
Penambahan jumlah tenaga kerja ini melampaui perkiraan ekonom yang disurvei oleh Reuters, dimana mereka memperkirakan jumlah tenaga kerja meningkat 180.000 pada Januari lalu. Perekonomian AS sendiri perlu menciptakan 75.000 sampai 100.000 pekerjaan baru per bulan untuk memenuhi peningkatan populasi angkatan kerja.
(ven)