Dibangun Zaman Belanda, 91 Wesel Rel KA di Stasiun Bandung Sudah Tak Layak

Kamis, 08 Februari 2018 - 04:04 WIB
Dibangun Zaman Belanda, 91 Wesel Rel KA di Stasiun Bandung Sudah Tak Layak
Dibangun Zaman Belanda, 91 Wesel Rel KA di Stasiun Bandung Sudah Tak Layak
A A A
BANDUNG - PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop II Bandung mengaku, rel kereta api di Jawa Barat perlu peremajaan. Penggantian rel dan prasarana lainnya yang sudah tua untuk mengantisipasi timbulnya kecelakaan.

Executive Vice President PT KAI Daop II Bandung, Saridal mengatakan, prasarana jalur kereta api seperti rel, wesel, motor wesel, dan lainnya perlu peremajaan. Prasarana tersebut mayoritas dibangun pada zaman Belanda dan belum pernah diganti hingga saat ini.

"Usianya ada yang lebih dari 70 tahun. Kalau barang mungkin bisa disebut kedaluarsa. Selama ini, untuk menjaga rel dan wesel tetap bisa digunakan, kami melakukan perawatan dan perbaikan. Tetapi daya tahanya tidak akan lama," jelas Saridal di kawasan Stasiun Bandung, Rabu (7/2/2018).

Menurut dia, panjang rel kereta api aktif di wilayah Daop II mencapai 386 kilometer. Selain itu, ada sekitar 556 Km yang tidak terpakai. Selain rel, juga terdapat 91 wesel yang perlu peremajaan atau diganti.

Sayangnya, kata dia, Dirjen Perkeretaapian dalam tiga tahun terakhir dinilai kurang memperhatikan jalur kereta di wilayah selatan. Pemerintah hanya terfokus di jalur utara.

"Tiga tahun terakhir tidak ada penggantian di selatan. Padahal kami membayar TAC paling besar, mencapai Rp13 miliar per triwulan. Setiap hari ada 100 KA yang melintasi jalur selatan. Kami berharap, pemerintah pusat memperhatikan ini," jelas dia.

Selain rel, kondisi wesel juga sudah tidak layak. Wesel itu mayoritas sudah aus, sehingga selalu dilakukan perbaikan. Wesel sendiri berfungsi untuk mengalihkan pergerakan roda kereta api.

Di Stasiun Bandung, lanjut dia, ada 69 wesel yang mengarahkan arah kereta. Sayangnya, wesel-wesel itu sebagian besar sudah aus. Daop II terpaksa melakukan pemeliharaan dengan mengelas agar jarak rentang pijak roda kereta masih dalam batas toleransi.

"Kami menemukan ada yang sudah melebar sampai 3 centimeter. Ini kan membahayakan. Makanya cepat-cepat kami lakukan perbaikan dengan di las. Ya ini untuk sementara, karena daya tahannya hanya satu tahunan. Harusnya memang sudah diganti," pungkas Saridal.

Kejadian KA Argo Parahyangan anjlok beberapa pekan lalu, lanjut dia, disebabkan wesel yang sudah aus. Untungnya tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Namun anjloknya kereta api membuat penumpang syok.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6850 seconds (0.1#10.140)