5 Anak Muda Indonesia yang Pulang Kampung Membangun Negeri
A
A
A
JAKARTA - Iming-iming sukses berkarier di perusahaan elite dunia tidak membuat lima orang ini tertarik. Bermodalkan pendidikan di universitas ternama di luar negeri ditambah dengan segudang prestasi membuat jalan karier mereka harusnya lancar.
Namun, mereka lebih memilih pulang kampung untuk menerapkan ilmu mereka di Indonesia. Tujuannya tidak lain untuk memberikan kontribusi nyata dalam memajukan Indonesia agar tidak kalah bersaing dengan negara lain.
Berikut lima nama yang pulang kampung dan sukses membangun karier di dalam negeri:
1. SVP Business Intelligence Go-Jek, Crystal Widjaja
Perempuan berusia 26 tahun ini lahir dan besar di Texas, Amerika Serikat. Ketika usianya menginjak 24, dia mantap melangkahkan kaki ke Indonesia untuk bergabung dengan perusahaan aplikasi on-demand terbesar di Indonesia, Go-Jek.
Kini, Crystal diberikan tanggung jawab memimpin divisi business intelligence. Lulusan University of California, Berkeley jurusan Metode Empiris ini sebelumnya sempat bekerja di beberapa startup di California.
Dia juga sempat terlibat riset tentang ekosistem modal ventura, merger dan akuisisi dalam ekosistem startup. Pengalaman-pengalaman inilah yang memberikan banyak pelajaran baginya mengenai seluk beluk startup.
2. Co-Head of Marketplace Tokopedia, Garri Juanda
Garri sempat memutuskan untuk tidak kembali ke Boston untuk melanjutkan kuliah S2-nya jurusan administrasi bsinis di Harvard Business School pada tahun 2016, lantaran ingin memberikan kontribusi lebih di Tokopedia.
Pekerjaan yang dilakoni dalam periode singkat tiga bulan tersebut, membuat Garri terpacu untuk dapat terus membantu lebih banyak pelaku UMKM Indonesia maju dan sukses dengan cara berjualan online.
Sebelumnya, Garri sempat merintis karier di perusahaan e-commerce Jepang, Rakuten selama empat tahun. Dalam masa dua tahun pertama, kariernya melesat cepat. Garri yang sebelumnya diberikan tanggung jawab sebagai product manager kemudian dipromosikan sebagai lead corporate planning.
3. Head of Business Development Kioson, Brian Limiardi
Brian Limiardi memutuskan untuk kembali ke Indonesia untuk kemudian bergabung dengan Kioson, startup Online to Offline (O2O) e-commerce yang berkomitmen sebagai penjembatan antara underserved market dengan dunia digital.
Salah satu lulusan terbaik University of Illinois at Urbana-Champaign jurusan Computer Engineering ini, merasa memiliki kesamaan misi dengan Kioson, yakni ingin merangkul lebih banyak masyarakat untuk mengenal dunia digital yang selama ini masih dirasa sulit bagi masyarakat di kota lapis kedua di Indonesia.
Sebelum bergabung dengan Kioson, Brian telah berkarier di Goldman Sachs New York City selama dua tahun sebagai Derivative Technology Analyst. Pehobi karting ini kemudian sempat menjalani masa studi MBA selama 1,5 tahun di Yale School of Management.
4. VP Product Bukalapak, Zakka Fauzan Muhammad
Alumni dari Freie Universitat Bozen, Italia, ini merupakan karyawan ke-17 yang bergabung dengan Bukalapak pada tahun 2013. Ketika memutuskan untuk bergabung dengan perusahaan rintisan yang dibangun oleh teman satu angkatannya sewaktu di Institut Teknik Bandung (ITB) ini, Bukalapak masih dalam tahap awal pengembangan.
Zakka diberikan kepercayaan untuk memegang tanggung jawab dalam hal product expansion yang kemudian membawa peningkatan pesat bagi Bukalapak yang di tahun 2017 lalu telah mencapai angka 11,2 juta pengguna dan lebih dari 1,3 juta penjual di akhir tahun 2016.
Sebelum bergabung dengan Bukalapak, Zakka banyak memiliki pengalaman dalam bidang pengembangan proyek dan system analyst/software developer di Bandung. Pergeseran kariernya tersebut rupanya menjadi tantangan tersendiri bagi pria yang juga rajin menulis blog ini.
5. CEO dan Co-Founder Moka, Haryanto Tanjo
Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) seringkali mengalami hambatan dalam pengelolaan penjualan karena mereka masih menerapkan cara manual. Hal ini dirasakan pula oleh Haryanto Tanjo ketika menjalankan bisnis e-commerce di San Fransisco, California, Amerika Serikat.
Berangkat dari pengalamannya tersebut, Haryanto tercetus ide untuk membuat suatu solusi pembayaran terintegrasi dengan POS mobile yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang usaha, utamanya pelaku UMKM dengan biaya yang terjangkau.
Ide ini dirasa sangat pas dengan kondisi pasar di Indonesia. Alumni UCLA Anderson ini kemudian meluncurkan Moka, startup point-of-sales mobile (mPOS) yang memberikan solusi bagi UMKM yang tidak memiliki modal atau investasi untuk sistem finansial digital.
Namun, mereka lebih memilih pulang kampung untuk menerapkan ilmu mereka di Indonesia. Tujuannya tidak lain untuk memberikan kontribusi nyata dalam memajukan Indonesia agar tidak kalah bersaing dengan negara lain.
Berikut lima nama yang pulang kampung dan sukses membangun karier di dalam negeri:
1. SVP Business Intelligence Go-Jek, Crystal Widjaja
Perempuan berusia 26 tahun ini lahir dan besar di Texas, Amerika Serikat. Ketika usianya menginjak 24, dia mantap melangkahkan kaki ke Indonesia untuk bergabung dengan perusahaan aplikasi on-demand terbesar di Indonesia, Go-Jek.
Kini, Crystal diberikan tanggung jawab memimpin divisi business intelligence. Lulusan University of California, Berkeley jurusan Metode Empiris ini sebelumnya sempat bekerja di beberapa startup di California.
Dia juga sempat terlibat riset tentang ekosistem modal ventura, merger dan akuisisi dalam ekosistem startup. Pengalaman-pengalaman inilah yang memberikan banyak pelajaran baginya mengenai seluk beluk startup.
2. Co-Head of Marketplace Tokopedia, Garri Juanda
Garri sempat memutuskan untuk tidak kembali ke Boston untuk melanjutkan kuliah S2-nya jurusan administrasi bsinis di Harvard Business School pada tahun 2016, lantaran ingin memberikan kontribusi lebih di Tokopedia.
Pekerjaan yang dilakoni dalam periode singkat tiga bulan tersebut, membuat Garri terpacu untuk dapat terus membantu lebih banyak pelaku UMKM Indonesia maju dan sukses dengan cara berjualan online.
Sebelumnya, Garri sempat merintis karier di perusahaan e-commerce Jepang, Rakuten selama empat tahun. Dalam masa dua tahun pertama, kariernya melesat cepat. Garri yang sebelumnya diberikan tanggung jawab sebagai product manager kemudian dipromosikan sebagai lead corporate planning.
3. Head of Business Development Kioson, Brian Limiardi
Brian Limiardi memutuskan untuk kembali ke Indonesia untuk kemudian bergabung dengan Kioson, startup Online to Offline (O2O) e-commerce yang berkomitmen sebagai penjembatan antara underserved market dengan dunia digital.
Salah satu lulusan terbaik University of Illinois at Urbana-Champaign jurusan Computer Engineering ini, merasa memiliki kesamaan misi dengan Kioson, yakni ingin merangkul lebih banyak masyarakat untuk mengenal dunia digital yang selama ini masih dirasa sulit bagi masyarakat di kota lapis kedua di Indonesia.
Sebelum bergabung dengan Kioson, Brian telah berkarier di Goldman Sachs New York City selama dua tahun sebagai Derivative Technology Analyst. Pehobi karting ini kemudian sempat menjalani masa studi MBA selama 1,5 tahun di Yale School of Management.
4. VP Product Bukalapak, Zakka Fauzan Muhammad
Alumni dari Freie Universitat Bozen, Italia, ini merupakan karyawan ke-17 yang bergabung dengan Bukalapak pada tahun 2013. Ketika memutuskan untuk bergabung dengan perusahaan rintisan yang dibangun oleh teman satu angkatannya sewaktu di Institut Teknik Bandung (ITB) ini, Bukalapak masih dalam tahap awal pengembangan.
Zakka diberikan kepercayaan untuk memegang tanggung jawab dalam hal product expansion yang kemudian membawa peningkatan pesat bagi Bukalapak yang di tahun 2017 lalu telah mencapai angka 11,2 juta pengguna dan lebih dari 1,3 juta penjual di akhir tahun 2016.
Sebelum bergabung dengan Bukalapak, Zakka banyak memiliki pengalaman dalam bidang pengembangan proyek dan system analyst/software developer di Bandung. Pergeseran kariernya tersebut rupanya menjadi tantangan tersendiri bagi pria yang juga rajin menulis blog ini.
5. CEO dan Co-Founder Moka, Haryanto Tanjo
Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) seringkali mengalami hambatan dalam pengelolaan penjualan karena mereka masih menerapkan cara manual. Hal ini dirasakan pula oleh Haryanto Tanjo ketika menjalankan bisnis e-commerce di San Fransisco, California, Amerika Serikat.
Berangkat dari pengalamannya tersebut, Haryanto tercetus ide untuk membuat suatu solusi pembayaran terintegrasi dengan POS mobile yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang usaha, utamanya pelaku UMKM dengan biaya yang terjangkau.
Ide ini dirasa sangat pas dengan kondisi pasar di Indonesia. Alumni UCLA Anderson ini kemudian meluncurkan Moka, startup point-of-sales mobile (mPOS) yang memberikan solusi bagi UMKM yang tidak memiliki modal atau investasi untuk sistem finansial digital.
(ven)