Sektor Pariwisata dan Lifestyle Indonesia Paling Diminati Investor
A
A
A
JAKARTA - Dijadikannya pariwisata sebagai leading sector 2018 oleh Presiden Joko Widodo, turut memicu investor untuk datang. Alhasil, sektor pariwisata dan lifestyle alias gaya hidup menjadi paling diminati investor.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengatakan pertumbuhan sektor pariwisata menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Karena mengalami peningkatan pesat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Pariwisata di Indonesia termasuk sektor yang tumbuh paling pesat di dunia. Investasi sektor pariwisata tahun 2017 juga menunjukkan kenaikan dengan capaian 102% dari target yang dicanangkan oleh pemerintah," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (14/3/2018).
Dan hasil paling menggembirakan, lanjut Arief, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang masuk di Indonesia naik 22% tahun 2017. Untuk itu, Kementerian Pariwisata menargetkan 17 juta kunjungan wisatawan mancanegara di tahun 2018. 10 Destinasi pariwisata prioritas atau 10 Bali baru, tetap akan menjadi prioritas untuk didorong perkembangannya.
Sebagai dua sektor investasi utama, pariwisata dan lifestyle lantas ditampilkan dalam perhelatan Regional Investment Forum 2018 (RIF). Kegiatan ini diprakarsai oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal yang bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan didukung oleh Badan Ekonomi Kreatif, Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
RIF 2018 akan diikuti 350 partisipan, termasuk 71 perusahaan asing. Tepatnya asal Korea Selatan, Timur Tengah, Jepang, Singapura, Taiwan, Malaysia, Australia, China, Inggris, India, Rusia dan Amerika Serikat. Selain itu, RIF 2018 juga akan diikuti 62 perusahaan dalam negeri dari berbagai sektor juga akan hadir dalam kegiatan tersebut.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Trikasih Lembong, menambahkan Presiden Jokowi telah menyampaikan bahwa saat ini dunia sedang memasuki era lifestyle. "Ini sangat dipengaruhi oleh jutaan orang di dunia yang naik kelas menjadi kelas menengah, sehingga mempengaruhi pola konsumsi dari belanja barang-barang menjadi belanja hiburan," ujarnya.
Menurut Thomas, tren belanja barang-barang branded yang biasa dilakukan oleh kelas menengah sudah berubah. Hal itu digantikan dengan selfie, wefie, atau vlog, dengan latar belakang objek pariwisata atau scenery wisata. "Ini menjadi peluang utama bagi dua sektor yang saling berkaitan ini, lifestyle yang menyangkut kuliner, fashion, hiburan serta sektor pariwisata," lanjutnya.
Fenomena ini dibuktikan dengan bagaimana tiap tahun performa industri pariwisata di Indonesia terus meningkat. Bahkan pertumbuhannya sangat kontras bila dibandingkan kinerja industri berbasis komoditas. Seperti minyak, gas, batu bara, serta kelapa sawit yang terus merosot.
Berdasarkan data World Bank, setidaknya 52 juta orang di Indonesia masuk dalam kelas menengah. Dan mereka berkontribusi pada 43% dari total PDB Indonesia. BKPM sendiri mencatat realisasi investasi di bidang industri pariwisata. Dalam catatan itu, selama lima tahun terakhir (2013-2017) rata-rata tumbuh sebesar 20% per tahun. Dan khusus tahun 2017, tercatat peningkatannya mencapai 31% mencapai angka USD 1,7 miliar.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengatakan pertumbuhan sektor pariwisata menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Karena mengalami peningkatan pesat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Pariwisata di Indonesia termasuk sektor yang tumbuh paling pesat di dunia. Investasi sektor pariwisata tahun 2017 juga menunjukkan kenaikan dengan capaian 102% dari target yang dicanangkan oleh pemerintah," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (14/3/2018).
Dan hasil paling menggembirakan, lanjut Arief, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang masuk di Indonesia naik 22% tahun 2017. Untuk itu, Kementerian Pariwisata menargetkan 17 juta kunjungan wisatawan mancanegara di tahun 2018. 10 Destinasi pariwisata prioritas atau 10 Bali baru, tetap akan menjadi prioritas untuk didorong perkembangannya.
Sebagai dua sektor investasi utama, pariwisata dan lifestyle lantas ditampilkan dalam perhelatan Regional Investment Forum 2018 (RIF). Kegiatan ini diprakarsai oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal yang bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan didukung oleh Badan Ekonomi Kreatif, Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
RIF 2018 akan diikuti 350 partisipan, termasuk 71 perusahaan asing. Tepatnya asal Korea Selatan, Timur Tengah, Jepang, Singapura, Taiwan, Malaysia, Australia, China, Inggris, India, Rusia dan Amerika Serikat. Selain itu, RIF 2018 juga akan diikuti 62 perusahaan dalam negeri dari berbagai sektor juga akan hadir dalam kegiatan tersebut.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Trikasih Lembong, menambahkan Presiden Jokowi telah menyampaikan bahwa saat ini dunia sedang memasuki era lifestyle. "Ini sangat dipengaruhi oleh jutaan orang di dunia yang naik kelas menjadi kelas menengah, sehingga mempengaruhi pola konsumsi dari belanja barang-barang menjadi belanja hiburan," ujarnya.
Menurut Thomas, tren belanja barang-barang branded yang biasa dilakukan oleh kelas menengah sudah berubah. Hal itu digantikan dengan selfie, wefie, atau vlog, dengan latar belakang objek pariwisata atau scenery wisata. "Ini menjadi peluang utama bagi dua sektor yang saling berkaitan ini, lifestyle yang menyangkut kuliner, fashion, hiburan serta sektor pariwisata," lanjutnya.
Fenomena ini dibuktikan dengan bagaimana tiap tahun performa industri pariwisata di Indonesia terus meningkat. Bahkan pertumbuhannya sangat kontras bila dibandingkan kinerja industri berbasis komoditas. Seperti minyak, gas, batu bara, serta kelapa sawit yang terus merosot.
Berdasarkan data World Bank, setidaknya 52 juta orang di Indonesia masuk dalam kelas menengah. Dan mereka berkontribusi pada 43% dari total PDB Indonesia. BKPM sendiri mencatat realisasi investasi di bidang industri pariwisata. Dalam catatan itu, selama lima tahun terakhir (2013-2017) rata-rata tumbuh sebesar 20% per tahun. Dan khusus tahun 2017, tercatat peningkatannya mencapai 31% mencapai angka USD 1,7 miliar.
(ven)