Pemerintah Siapkan Lima Prioritas untuk Revolusi Industri 4.0
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah tengah mempersiapkan diri untuk memasuki revolusi industri 4.0. Setidaknya, ada lima sektor industri yang akan menjadi prioritas pemerintah untuk dikembangkan demi menyukseskan revolusi industri generasi keempat tersebut.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan, lima sektor tersebut adalah industri makanan dan minuman (mamin), industri tekstil dan busana, industri otomotif, industri elektronik, dan industri kimia. Menurutnya, lima sektor tersebut memiliki permintaan yang paling tinggi di dunia.
"Sehingga Indonesia melakukan prioritas terhadap lima sektor. Diharapkan lima sektor ini sudah mengkombinasi dari pada industri yang mempunyai struktur dalam," katanya di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (29/3/2018).
Untuk industri makanan dan minuman, kata politikus Partai Golkar ini, Indonesia memiliki daya saing yang kuat dan diyakini akan bisa merajai ASEAN. Sementara industri elektronik, Indonesia juga memiliki pasar domestik yang besar sehingga akan didorong untuk menembus pasar ASEAN dan dunia.
"Kemudian, industri otomotif demikian pula, kita akan siapkan industri otomotif ini menjadi basis produksi dunia antara lain nanti pada bulan April akan ada ekspansi ke yang lain. Sehingga ekspor kita akan meningkat. Apalagi kalau ditambah kebijakan terkait fiskal bisa direalisasikan maka segera kita bisa mengincar pasar lain, sepertu pasar Australia. Nah kesempatan yang banyak ini harus dilakukan," imbuh dia.
Airlangga melanjutkan, industri petrokimia dipilih menjadi prioritas karena Indonesia ingin mengejar ketertinggalan, dan dalam jangka panjang dapat mengungguli negara lain. Hal ini mengingat, Indonesia memiliki bahan baku yang dibutuhkan untuk industri tersebut.
"Kalau industri petrokimia di negara lain kan tidak punya bahan baku. Kita sebetulnya punya bahan baku, baik itu gas ataupun coal gasifikasi. Sekarang kan, ada ahli ketemu pak Presiden dan sudah mengatakan akan investasi sekitar USD5 miliar untuk meningkatkan kapasitas aromatic centre kita, dari 1,2 menjadi 2,5. Kemudian ada investor lain yang berminat mengembangkan industri kimia. Tentu basisnya beda, mungkin di sana aromatic, di sini methanol base di Bintuni. Tentu kalau ini semua berjalan, kita bisa mengembangkan kapasitas, baik untuk dalam negeri maupun ekspor," tuturnya.
Ditambahkannya, untuk industri tekstil, pemerintah berencana melakukan harmonisasi terhadap pasar ekspor. "Oleh karena itu, kementerian lain perlu menunjang pengembangan aplikasi industri 4.0 ini agar pasarnya terbuka," tandasnya.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan, lima sektor tersebut adalah industri makanan dan minuman (mamin), industri tekstil dan busana, industri otomotif, industri elektronik, dan industri kimia. Menurutnya, lima sektor tersebut memiliki permintaan yang paling tinggi di dunia.
"Sehingga Indonesia melakukan prioritas terhadap lima sektor. Diharapkan lima sektor ini sudah mengkombinasi dari pada industri yang mempunyai struktur dalam," katanya di Gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (29/3/2018).
Untuk industri makanan dan minuman, kata politikus Partai Golkar ini, Indonesia memiliki daya saing yang kuat dan diyakini akan bisa merajai ASEAN. Sementara industri elektronik, Indonesia juga memiliki pasar domestik yang besar sehingga akan didorong untuk menembus pasar ASEAN dan dunia.
"Kemudian, industri otomotif demikian pula, kita akan siapkan industri otomotif ini menjadi basis produksi dunia antara lain nanti pada bulan April akan ada ekspansi ke yang lain. Sehingga ekspor kita akan meningkat. Apalagi kalau ditambah kebijakan terkait fiskal bisa direalisasikan maka segera kita bisa mengincar pasar lain, sepertu pasar Australia. Nah kesempatan yang banyak ini harus dilakukan," imbuh dia.
Airlangga melanjutkan, industri petrokimia dipilih menjadi prioritas karena Indonesia ingin mengejar ketertinggalan, dan dalam jangka panjang dapat mengungguli negara lain. Hal ini mengingat, Indonesia memiliki bahan baku yang dibutuhkan untuk industri tersebut.
"Kalau industri petrokimia di negara lain kan tidak punya bahan baku. Kita sebetulnya punya bahan baku, baik itu gas ataupun coal gasifikasi. Sekarang kan, ada ahli ketemu pak Presiden dan sudah mengatakan akan investasi sekitar USD5 miliar untuk meningkatkan kapasitas aromatic centre kita, dari 1,2 menjadi 2,5. Kemudian ada investor lain yang berminat mengembangkan industri kimia. Tentu basisnya beda, mungkin di sana aromatic, di sini methanol base di Bintuni. Tentu kalau ini semua berjalan, kita bisa mengembangkan kapasitas, baik untuk dalam negeri maupun ekspor," tuturnya.
Ditambahkannya, untuk industri tekstil, pemerintah berencana melakukan harmonisasi terhadap pasar ekspor. "Oleh karena itu, kementerian lain perlu menunjang pengembangan aplikasi industri 4.0 ini agar pasarnya terbuka," tandasnya.
(ven)