Menakar Peluang Ekspor Produk Teh ke Mancanegara
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus berupaya mendiversifikasi produk teh Indonesia agar semakin bernilai tambah dan berdaya saing untuk memperkuat pasar ekspor komoditas teh. Upaya ini salah satunya dilakukan melalui seminar bertajuk Klinik Produk Ekspor 'Peluang Ekspor Produk Teh ke Mancanegara' di Bandung, Jawa Barat.
“Kemendag berharap Klinik Produk Ekspor Teh ini dapat membantu membangkitkan kejayaan teh di antara eksistensi produk-produk agro Indonesia lainnya di pasar global, seperti kopi dan kelapa sawit, yang saat ini tengah tumbuh baik secara nilai maupun volume ekspor ke mancanegara,” jelas Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Arlinda seperti dikutip dalam laman resmi Kemendag.
Indonesia sendiri mencatatkan ekspor teh Indonesia ke dunia tahun 2017 sebesar USD 117,96 juta, atau meningkat 1,04% dibanding tahun 2016 yang sebesar USD 116,75 juta. Data ini menunjukkan industri teh di Indonesia berpotensi masih tumbuh lantaran kecenderungan pola konsumsi masyarakat dunia, khususnya menengah ke atas, meningkat seiring perbaikan pertumbuhan ekonomi global.
Selama periode tahun 2012–2016, nilai ekspor teh Indonesia turun dengan tren sebesar 8,08%. Beberapa penyebabnya adalah penurunan daya beli masyarakat global dan tren penyusutan areal perkebunan teh nasional akibat konversi lahan.
Di tahun 2016, Indonesia menduduki peringkat ke-14 negara eksportir teh dunia dengan pangsa pasar 1,38% dari total ekspor teh dunia. Dengan kapasitas produksi sekitar 150.000 ton per tahun pada 2016, pasar teh Indonesia berpotensi untuk terus dikembangkan. Tiap tahun, Indonesia mengekspor sekitar 50.000 sampai 70.000 ton teh ke seluruh dunia.
“Target yang Kemendag harapkan adalah adanya peningkatan pada grafik ekspor teh Indonesia yang meski pun perlahan tapi pasti. Di pasar ekspor, Indonesia memiliki teh berkualitas baik dan aroma khas yang disukai oleh masyarakat global. Untuk lebih memanfaatkan potensi pasar ekspor teh Indonesia, para pelaku usaha harus mampu mempersiapkan manajemen yang efektif untuk penciptaan nilai tambah hingga inovasi produk,” pungkas Ari Satria.
“Kemendag berharap Klinik Produk Ekspor Teh ini dapat membantu membangkitkan kejayaan teh di antara eksistensi produk-produk agro Indonesia lainnya di pasar global, seperti kopi dan kelapa sawit, yang saat ini tengah tumbuh baik secara nilai maupun volume ekspor ke mancanegara,” jelas Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Arlinda seperti dikutip dalam laman resmi Kemendag.
Indonesia sendiri mencatatkan ekspor teh Indonesia ke dunia tahun 2017 sebesar USD 117,96 juta, atau meningkat 1,04% dibanding tahun 2016 yang sebesar USD 116,75 juta. Data ini menunjukkan industri teh di Indonesia berpotensi masih tumbuh lantaran kecenderungan pola konsumsi masyarakat dunia, khususnya menengah ke atas, meningkat seiring perbaikan pertumbuhan ekonomi global.
Selama periode tahun 2012–2016, nilai ekspor teh Indonesia turun dengan tren sebesar 8,08%. Beberapa penyebabnya adalah penurunan daya beli masyarakat global dan tren penyusutan areal perkebunan teh nasional akibat konversi lahan.
Di tahun 2016, Indonesia menduduki peringkat ke-14 negara eksportir teh dunia dengan pangsa pasar 1,38% dari total ekspor teh dunia. Dengan kapasitas produksi sekitar 150.000 ton per tahun pada 2016, pasar teh Indonesia berpotensi untuk terus dikembangkan. Tiap tahun, Indonesia mengekspor sekitar 50.000 sampai 70.000 ton teh ke seluruh dunia.
“Target yang Kemendag harapkan adalah adanya peningkatan pada grafik ekspor teh Indonesia yang meski pun perlahan tapi pasti. Di pasar ekspor, Indonesia memiliki teh berkualitas baik dan aroma khas yang disukai oleh masyarakat global. Untuk lebih memanfaatkan potensi pasar ekspor teh Indonesia, para pelaku usaha harus mampu mempersiapkan manajemen yang efektif untuk penciptaan nilai tambah hingga inovasi produk,” pungkas Ari Satria.
(akr)