Sepanjang 2017, RNI Bukukan Laba Konsolidasi Rp353 Miliar
A
A
A
JAKARTA - PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), sepanjang tahun 2017 mampu mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp353 miliar atau meningkat 43% dibanding laba bersih tahun 2016 yang berada di angka Rp247 miliar.
Pencapaian tersebut lebih tinggi 264% di atas target yang sudah dicanangkan pada tahun 2017, yaitu sebesar Rp96 miliar. Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) B Didik Prasetyo mengatakan, meningkatnya laba RNI secara signifikan ditopang oleh peningkatan angka penjualan konsolidasi dari keempat sektor usaha perseroan.
Pada tahun 2017, RNI mencatatkan nilai penjualan konsolidasi sebesar Rp5,15 triliun, lebih tinggi dari capaian tahun sebelumnya sebesar Rp5 triliun.
"Kontribusi penjualan terbesar dihasilkan dari sektor farmasi dan alat kesehatan (alkes) yang membukukan nilai penjualan sebesar Rp1,9 triliun atau meningkat 5% dari tahun 2016 yang berada di angka Rp1,8 triliun," katanya dalam siaran pers, Sabtu (7/4/2018).
Didik menambahkan, capaian sektor farmasi dan alkes tersebut terpaut tipis dari jumlah penjualan sektor agroindustri yang pada tahun 2017 berada di posisi Rp1,8 triliun atau meningkat 6% dari perolehan tahun 2016 sebesar Rp1,7 triliun. Dari jumlah tersebut bidang industri tebu masih menjadi andalan dengan menyumbang penjualan sebesar Rp1,5 triliun, sementara bidang perkebunan lainnya (teh, kelapa sawit, dan karet) mencatatkan penjualan Rp281 miliar.
Adapun sektor perdagangan umum serta barang dan jasa lainnya berhasil membukukan penjualan sebesar Rp1,45 triliun.
Menurut Didik, kontribusi laba terbesar RNI tahun 2017 dihasilkan dari sektor farmasi dan alkes di angka Rp165 miliar. Jumlah tersebut lebih besar Rp57 miliar atau meningkat 53% dari capaian tahun 2016 yang berada di posisi Rp108 miliar.
"Meningkatnya grafik bisnis RNI juga diimbangi oleh peningkatan nilai aset perseroan, dimana pada tahun ini menyentuh angka Rp12 triliun," ungkapnya. Aset RNI berhasil meningkat sebesar 12% dibandingkan tahun 2016 yang berada pada posisi Rp10,3 triliun. Pertumbuhan ini 7% lebih besar dari yang ditargetkan di awal tahun buku 2017, yaitu sebesar Rp11,2 triliun.
Sementara itu, dari sisi produksi, di bidang industri gula pencapaian rendemen (tingkat kandungan gula dalam tebu) tebu RNI tahun 2017 tercatat lebih tinggi 23% dari tahun 2016. Dari tiga anak perusahaan yang bergerak dalam industri gula secara rata-rata diperoleh rendemen sebesar 7,7 atau meningkat dari tahun 2016 yang berada pada posisi 6,3. Peningkatan ini disebabkan oleh pembenahan yang terus dilakukan khususnya dari sisi on farm.
Selain itu, daya dukung alam dan lingkungan serta infrastruktur menjadi faktor yang tidak dapat dilepaskan sehingga mampu memperlancar suplai bahan baku tebu giling.
Didik mengatakan, keberhasilan tersebut melengkapi capaian positif RNI dalam tiga tahun terakhir. Hal tersebut menjadi modal utama RNI untuk mulai lebih fokus mengembangkan sayap bisnis ke kancah global sesuai dengan visi dan target yang sudah dicanangkan. Sebelumnya, produk farmasi dan agroindustri RNI telah merambah pasar global di beberapa Negara ASEAN Asia, dan Afrika, namun pada tahun ini manajemen menargetkan untuk membuka pasar baru di beberapa Negara.
"RNI menargetkan terus membuka pasar baru bagi produk-produk RNI, beberapa Negara menjadi prioritas di antaranya Myanmar, Korea, India, dan Polandia. Responsif terhadap perubahan global dan membuka wawasan menjadi salah satu kuncinya," tandas Didik.
Pencapaian tersebut lebih tinggi 264% di atas target yang sudah dicanangkan pada tahun 2017, yaitu sebesar Rp96 miliar. Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) B Didik Prasetyo mengatakan, meningkatnya laba RNI secara signifikan ditopang oleh peningkatan angka penjualan konsolidasi dari keempat sektor usaha perseroan.
Pada tahun 2017, RNI mencatatkan nilai penjualan konsolidasi sebesar Rp5,15 triliun, lebih tinggi dari capaian tahun sebelumnya sebesar Rp5 triliun.
"Kontribusi penjualan terbesar dihasilkan dari sektor farmasi dan alat kesehatan (alkes) yang membukukan nilai penjualan sebesar Rp1,9 triliun atau meningkat 5% dari tahun 2016 yang berada di angka Rp1,8 triliun," katanya dalam siaran pers, Sabtu (7/4/2018).
Didik menambahkan, capaian sektor farmasi dan alkes tersebut terpaut tipis dari jumlah penjualan sektor agroindustri yang pada tahun 2017 berada di posisi Rp1,8 triliun atau meningkat 6% dari perolehan tahun 2016 sebesar Rp1,7 triliun. Dari jumlah tersebut bidang industri tebu masih menjadi andalan dengan menyumbang penjualan sebesar Rp1,5 triliun, sementara bidang perkebunan lainnya (teh, kelapa sawit, dan karet) mencatatkan penjualan Rp281 miliar.
Adapun sektor perdagangan umum serta barang dan jasa lainnya berhasil membukukan penjualan sebesar Rp1,45 triliun.
Menurut Didik, kontribusi laba terbesar RNI tahun 2017 dihasilkan dari sektor farmasi dan alkes di angka Rp165 miliar. Jumlah tersebut lebih besar Rp57 miliar atau meningkat 53% dari capaian tahun 2016 yang berada di posisi Rp108 miliar.
"Meningkatnya grafik bisnis RNI juga diimbangi oleh peningkatan nilai aset perseroan, dimana pada tahun ini menyentuh angka Rp12 triliun," ungkapnya. Aset RNI berhasil meningkat sebesar 12% dibandingkan tahun 2016 yang berada pada posisi Rp10,3 triliun. Pertumbuhan ini 7% lebih besar dari yang ditargetkan di awal tahun buku 2017, yaitu sebesar Rp11,2 triliun.
Sementara itu, dari sisi produksi, di bidang industri gula pencapaian rendemen (tingkat kandungan gula dalam tebu) tebu RNI tahun 2017 tercatat lebih tinggi 23% dari tahun 2016. Dari tiga anak perusahaan yang bergerak dalam industri gula secara rata-rata diperoleh rendemen sebesar 7,7 atau meningkat dari tahun 2016 yang berada pada posisi 6,3. Peningkatan ini disebabkan oleh pembenahan yang terus dilakukan khususnya dari sisi on farm.
Selain itu, daya dukung alam dan lingkungan serta infrastruktur menjadi faktor yang tidak dapat dilepaskan sehingga mampu memperlancar suplai bahan baku tebu giling.
Didik mengatakan, keberhasilan tersebut melengkapi capaian positif RNI dalam tiga tahun terakhir. Hal tersebut menjadi modal utama RNI untuk mulai lebih fokus mengembangkan sayap bisnis ke kancah global sesuai dengan visi dan target yang sudah dicanangkan. Sebelumnya, produk farmasi dan agroindustri RNI telah merambah pasar global di beberapa Negara ASEAN Asia, dan Afrika, namun pada tahun ini manajemen menargetkan untuk membuka pasar baru di beberapa Negara.
"RNI menargetkan terus membuka pasar baru bagi produk-produk RNI, beberapa Negara menjadi prioritas di antaranya Myanmar, Korea, India, dan Polandia. Responsif terhadap perubahan global dan membuka wawasan menjadi salah satu kuncinya," tandas Didik.
(fjo)