OPEC Disemprot Trump Saat Harga Minyak Makin Mahal
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melayangkan kririk terhadap Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) ketika harga minyak mentah dunia berada dalam tren peningkatan sangat tinggi. Lewat akun resmi Twitter miliknya, Trump berkicau kondisi makin mahalnya harga minyak tidak bagus dan tidak dapat diterima.
Seperti dilansir BBC, setelah kicauan Trump, harga minyak mentah acuan utama yakni Brent dan West Texas Intermediate (WTI) yang sempat menanjak naik langsung turun sekitar 1% pada akhir pekan kemarin. Seperti diketahui harga minyak dunia telah meningkat selama beberapa bulan terakhir hingga pada hari Kamis, lalu mencapai level tertingginya sejak November 2014.
OPEC bersama beberapa negara penghasil minyak lain sebenarnya telah membatasi produksi minyak mereka dalam upaya untuk menaikkan harga. Pengekangan produksi dimulai pada awal tahun 2017 dan saat ini ditetapkan akan berakhir pada akhir 2018, meskipun kebijakan tersebut masih berpeluang diperpanjang saat anggota OPEC menggelar pertemuan berikutnya pada Juni, mendatang.
Dalam tweetnya, Trump mengatakan: "Sepertinya OPEC melakukannya lagi. Dengan rekor produksi minyak di seluruh tempat, termasuk kapal-kapal penuh di laut, harga minyak secara artifisial Sangat Tinggi! Tidak bagus dan tidak dapat diterima! "
Tweet Presiden Trump mengguncang pasar dengan minyak mentah Brent dan WTI jatuh sekitar 1% pada akhir pekan kemarin. Ledakan produksi minyak dari ladang AS, dimulai pada awal dekade, peningkatan pasokan minyak global dan awal 2016, harga telah menurun hingga di bawah USD30 per barel.
Tercatat pada bulan Desember 2016, 14 negara anggota OPEC dan beberapa negara non-OPEC, seperti Rusia, setuju untuk mengendalikan produksi minyak mereka dengan harapan menaikkan harga. Pasokan dikendalikan untuk membuat harga minyak global berangsur telah pulih - minggu ini minyak mentah Brent mencapai posisi tertinggi tiga tahun hampir USD75 per barel-.
Serangan Trump pada produsen minyak dunia (OPEC) diyakini sebagai upaya untuk menegaskan kembali kekuatan Amerika dalam perdagangan global. Sebelumnya pemerintah AS telah mengenakan tarif tinggi impor baja dan aluminium, higga menuntut perubahan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (Nafta) dan menarik Amerika Serikat dari Perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik. Semua kebijakan tersebut pertama kali diumumkan oleh pemimpin AS lewat media sosial.
Seperti dilansir BBC, setelah kicauan Trump, harga minyak mentah acuan utama yakni Brent dan West Texas Intermediate (WTI) yang sempat menanjak naik langsung turun sekitar 1% pada akhir pekan kemarin. Seperti diketahui harga minyak dunia telah meningkat selama beberapa bulan terakhir hingga pada hari Kamis, lalu mencapai level tertingginya sejak November 2014.
OPEC bersama beberapa negara penghasil minyak lain sebenarnya telah membatasi produksi minyak mereka dalam upaya untuk menaikkan harga. Pengekangan produksi dimulai pada awal tahun 2017 dan saat ini ditetapkan akan berakhir pada akhir 2018, meskipun kebijakan tersebut masih berpeluang diperpanjang saat anggota OPEC menggelar pertemuan berikutnya pada Juni, mendatang.
Dalam tweetnya, Trump mengatakan: "Sepertinya OPEC melakukannya lagi. Dengan rekor produksi minyak di seluruh tempat, termasuk kapal-kapal penuh di laut, harga minyak secara artifisial Sangat Tinggi! Tidak bagus dan tidak dapat diterima! "
Tweet Presiden Trump mengguncang pasar dengan minyak mentah Brent dan WTI jatuh sekitar 1% pada akhir pekan kemarin. Ledakan produksi minyak dari ladang AS, dimulai pada awal dekade, peningkatan pasokan minyak global dan awal 2016, harga telah menurun hingga di bawah USD30 per barel.
Tercatat pada bulan Desember 2016, 14 negara anggota OPEC dan beberapa negara non-OPEC, seperti Rusia, setuju untuk mengendalikan produksi minyak mereka dengan harapan menaikkan harga. Pasokan dikendalikan untuk membuat harga minyak global berangsur telah pulih - minggu ini minyak mentah Brent mencapai posisi tertinggi tiga tahun hampir USD75 per barel-.
Serangan Trump pada produsen minyak dunia (OPEC) diyakini sebagai upaya untuk menegaskan kembali kekuatan Amerika dalam perdagangan global. Sebelumnya pemerintah AS telah mengenakan tarif tinggi impor baja dan aluminium, higga menuntut perubahan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (Nafta) dan menarik Amerika Serikat dari Perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik. Semua kebijakan tersebut pertama kali diumumkan oleh pemimpin AS lewat media sosial.
(akr)