Sri Mulyani Optimis Defisit APBN Tetap Terjaga
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani masih optimis defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di tahun ini berada di angka 2,19% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Hal ini karena adanya kenaikan harga minyak dunia dan diiringi dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
"Defisit APBN tetap kami targetkan 2,19% sesuai Undang-undang APBN atau bisa lebih kecil karena nilai tukar rupiah dan harga minyak (yang menguat)," ujar Sri Mulyani di Gedung Bank Indonesia, Senin (30/4/2018).
Meski demikian, kenaikan harga minyak dan pelemahan nilai tukar tetap bisa berdampak pada belanja. Anggaran subsidi bagi Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga listrik mungkin bisa bertambah.
Dia pun akan memantau pergerakan dua asumsi APBN tersebut. Selain itu, ia juga optimistis perubahan kedua faktor tersebut tidak akan mengganggu alokasi belanja APBN, lantaran penerimaan pajak semakin membaik hingga Maret tahun ini.
"Tren perpajakan sudah membaik dari segi Pajak Penghasilan (PPh) badan maupun Pajak Pertambahan Nilai. Kalau pun tidak bisa lebih rendah, saya yakin defisit APBN di tahun ini setidaknya bisa sesuai target yakni 2,19% dari PDB," katanya.
Kementerian Keuangan menunjukkan, penerimaan pajak telah mencapai Rp244,5 triliun atau 17,17% dari target tahun ini yaitu Rp1.424 triliun. Angka ini bertumbuh 9,9% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sedangkan, posisi defisit APBN per akhir 2017 tercatat 2,49% dari PDB. Sementara itu, posisi defisit APBN per Maret 2018 mencapai Rp85,78 triliun atau 0,58% dari PDB.
Hal ini karena adanya kenaikan harga minyak dunia dan diiringi dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
"Defisit APBN tetap kami targetkan 2,19% sesuai Undang-undang APBN atau bisa lebih kecil karena nilai tukar rupiah dan harga minyak (yang menguat)," ujar Sri Mulyani di Gedung Bank Indonesia, Senin (30/4/2018).
Meski demikian, kenaikan harga minyak dan pelemahan nilai tukar tetap bisa berdampak pada belanja. Anggaran subsidi bagi Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga listrik mungkin bisa bertambah.
Dia pun akan memantau pergerakan dua asumsi APBN tersebut. Selain itu, ia juga optimistis perubahan kedua faktor tersebut tidak akan mengganggu alokasi belanja APBN, lantaran penerimaan pajak semakin membaik hingga Maret tahun ini.
"Tren perpajakan sudah membaik dari segi Pajak Penghasilan (PPh) badan maupun Pajak Pertambahan Nilai. Kalau pun tidak bisa lebih rendah, saya yakin defisit APBN di tahun ini setidaknya bisa sesuai target yakni 2,19% dari PDB," katanya.
Kementerian Keuangan menunjukkan, penerimaan pajak telah mencapai Rp244,5 triliun atau 17,17% dari target tahun ini yaitu Rp1.424 triliun. Angka ini bertumbuh 9,9% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sedangkan, posisi defisit APBN per akhir 2017 tercatat 2,49% dari PDB. Sementara itu, posisi defisit APBN per Maret 2018 mencapai Rp85,78 triliun atau 0,58% dari PDB.
(ven)