Tidak Ingin Inflasi Naik, BI Jabar Kumpulkan Ratusan Ulama
A
A
A
BANDUNG - Bank Indonesia (BI) mengumpulkan sekitar 500 ulama, pimpinan ormas, dan pondok pesantren, untuk ikut membantu menjaga stabilitas inflasi di Jawa Barat jelang Ramadan dan Lebaran.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Doni Joewono mengatakan, melalui pertemuan ini, diharapkan para ulama dalam berbagai kesempatan berdakwah dapat mengingatkan masyarakat untuk mengalokasikan pengeluarannya dengan lebih bijak atau bijak belanja.
Pesan itu, lanjut dia, juga diharapkan bisa disampaikan kepada para pedagang agar menjual barang secara jujur. Salah satunya hanya menjual barang yang masih layak dijual. Serta tidak menimbun dan mempermainkan harga yang mengakibatkan gejolak harga.
"Kita tahu inflasi Jabar termasuk paling tinggi. Sampai Maret sudah di atas 1,49%. Jelang Lebaran ini, kami waspadai jangan sampai di atas 0,5%. Karena biasanya Ramadan bisa mencapai 0,64%. Jabar sendiri normalnya 0,2%. Jadi, kita harus upayakan dengan segala macam cara agar harga stabil," kata Doni pada acara silaturahmi ulama di Kantor Perwakilan BI Jabar, Rabu (2/5/2018).
Menurut dia, kendati pasokan untuk Jabar saat Ramadan dipastikan aman, namun pihaknya terus berupaya agar tidak ada penimbunan atau tersendatnya distribusi. Beberapa komoditas yang menjadi perhatian adalah beras, bawang merah, cabai, daging sapi, dan ayam.
Untuk komiditi beras, kata dia, Jabar sudah melewati masa paceklik. Saat ini suplai beras sudah mengalir ke masyarakat, sehingga menimbulkan deflasi untuk laporan inflasi April 2018.
"Kami khawatir suplai ayam, beras, cabai, bawang merah tidak lancar, sehingga menaikkan inflasi. Tetapi untuk bawang merah, kami akan cari pasokan ke Tegal. Kami juga ke Sukabumi agar mereka bantu suplai bibit. Nanti kalau distribusi kurang lancar, kami laporan ke satgas pangan. Polisi sudah siap," katanya.
Melalui acara seperti ini, dia berharap ulama ikut mendorong masyarakat agar mengkonsumsi bijak. Dia berharap upaya mencapai kestabilan harga didukung oleh semua kalangan, termasuk para ulama.
Menurut dia, kestabilan harga tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan barang maupun penawaran dan permintaan saja, juga ditentukan faktor-faktor lain seperti biaya produksi, biaya distribusi, bahkan spekulasi dan persepsi konsumen.
Oleh sebab itu, peran ulama menjadi strategis karena dapat langsung memberikan imbauan moral kepada masyarakat. Ulama, kata dia, bisa mempengaruhi persepsi dan ekspektasi masyarakat, agar tercipta kestabilan harga.
Dalam kesempatan tersebut, para ulama menyepakati akan membantu upaya TPID Jabar dalam pengendalian inflasi. Salah satunya melalui berbagai media dakwah yaitu ceramah, khutbah, pengajian, maupun media dakwah lainnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Doni Joewono mengatakan, melalui pertemuan ini, diharapkan para ulama dalam berbagai kesempatan berdakwah dapat mengingatkan masyarakat untuk mengalokasikan pengeluarannya dengan lebih bijak atau bijak belanja.
Pesan itu, lanjut dia, juga diharapkan bisa disampaikan kepada para pedagang agar menjual barang secara jujur. Salah satunya hanya menjual barang yang masih layak dijual. Serta tidak menimbun dan mempermainkan harga yang mengakibatkan gejolak harga.
"Kita tahu inflasi Jabar termasuk paling tinggi. Sampai Maret sudah di atas 1,49%. Jelang Lebaran ini, kami waspadai jangan sampai di atas 0,5%. Karena biasanya Ramadan bisa mencapai 0,64%. Jabar sendiri normalnya 0,2%. Jadi, kita harus upayakan dengan segala macam cara agar harga stabil," kata Doni pada acara silaturahmi ulama di Kantor Perwakilan BI Jabar, Rabu (2/5/2018).
Menurut dia, kendati pasokan untuk Jabar saat Ramadan dipastikan aman, namun pihaknya terus berupaya agar tidak ada penimbunan atau tersendatnya distribusi. Beberapa komoditas yang menjadi perhatian adalah beras, bawang merah, cabai, daging sapi, dan ayam.
Untuk komiditi beras, kata dia, Jabar sudah melewati masa paceklik. Saat ini suplai beras sudah mengalir ke masyarakat, sehingga menimbulkan deflasi untuk laporan inflasi April 2018.
"Kami khawatir suplai ayam, beras, cabai, bawang merah tidak lancar, sehingga menaikkan inflasi. Tetapi untuk bawang merah, kami akan cari pasokan ke Tegal. Kami juga ke Sukabumi agar mereka bantu suplai bibit. Nanti kalau distribusi kurang lancar, kami laporan ke satgas pangan. Polisi sudah siap," katanya.
Melalui acara seperti ini, dia berharap ulama ikut mendorong masyarakat agar mengkonsumsi bijak. Dia berharap upaya mencapai kestabilan harga didukung oleh semua kalangan, termasuk para ulama.
Menurut dia, kestabilan harga tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan barang maupun penawaran dan permintaan saja, juga ditentukan faktor-faktor lain seperti biaya produksi, biaya distribusi, bahkan spekulasi dan persepsi konsumen.
Oleh sebab itu, peran ulama menjadi strategis karena dapat langsung memberikan imbauan moral kepada masyarakat. Ulama, kata dia, bisa mempengaruhi persepsi dan ekspektasi masyarakat, agar tercipta kestabilan harga.
Dalam kesempatan tersebut, para ulama menyepakati akan membantu upaya TPID Jabar dalam pengendalian inflasi. Salah satunya melalui berbagai media dakwah yaitu ceramah, khutbah, pengajian, maupun media dakwah lainnya.
(ven)