Profesor Jerman: Indonesia Jadi Empat Besar Ekonomi Dunia di 2050

Sabtu, 05 Mei 2018 - 21:14 WIB
Profesor Jerman: Indonesia Jadi Empat Besar Ekonomi Dunia di 2050
Profesor Jerman: Indonesia Jadi Empat Besar Ekonomi Dunia di 2050
A A A
JAKARTA - Saat ini, industri di dunia bergerak menuju generasi ke empat atau lazim disebut industri 4.0. Indonesia pun sudah menyiapkan diri lepas landas menjadi negara industri terkemuka dengan membuat roadmap bertajuk Making Indonesia 4.0 yang diresmikan Presiden Joko Widodo.

Industri 4.0 identik dengan digitalisasi, dimana embrionya sudah dimulai dengan penemuan internet di era 1990-an. Ketika internet baru muncul, orang belum tahu efeknya akan sebesar hari ini.

Kini, seluruh negara di dunia akan melihat efek dari internet of things. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Jerman. Negara Adolf Hitler itu pula yang mengglobalkan istilah industri 4.0.

Untuk menerapkan industri 4.0 di dalam negeri, Kementerian Perindustrian menggandeng lembaga riset asal Jerman: The Fraunhofer Institute for Production Systems and Design Technology IPK.

Dalam kunjungannya ke Berlin, Jerman, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berdiskusi dengan Prof. Dr. Ing Holger Kohl dari Universitas Berlin. Kohl merupakan ahli bidang sistem produksi dan desain teknologi di lembaga riset Jerman tersebut.

Kohl menyatakan, Indonesia adalah sebuah negara yang prospektif di era pengembangan industri digital saat ini. Dalam presentasinya, Kohl juga memproyeksi dalam waktu 32 tahun mendatang, Indonesia bisa masuk empat besar negara ekonomi dunia. "Artinya pada 2050, Indonesia akan menjadi negara kuat secara ekonomi," ungkap Kohl seperti dalam rilis di Jakarta, Sabtu (5/5/2018).

Proyeksi Kohl bukan pemanis buat sang tamu. Namun berdasarkan riset yang telah dilakukan. Berdasarkan kurun 15 tahun ke depan, Indonesia menikmati masa bonus demografi, di mana penduduknya akan didominasi oleh usia produktif. Masalah angkatan muda produktif ini justru menjadi kendala bagi Jepang, dimana tingkat fertilitas rendah dan angkatan tua yang semakin banyak.

Sekadar informasi, Amerika Serikat bisa menjadi negara industri didorong oleh gerenasi Baby Boomers (generasi yang lahir pasca Perang Dunia II). Nah, bonus demografi Indonesia menjadi momentum untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Beberapa negara di Asia yang sudah memasuki masa bonus demografi, seperti Jepang, China, Singapura, dan Thailand, mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat. “Saya kira, Indonesia juga seperti itu,” tutur Kohl.

Kajian Kohl semakin menambah optimisme Menteri Airlangga tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya. “Bahkan, Kohl mengatakan kepada kami, penerapan industri 4.0 di Jerman sama sekali tidak mengurangi lapangan pekerjaan. Justru malah banyak menyerap tenaga kerja, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara,” ucap Airlangga.

Untuk itu, menurut Airlangga, pemerintah Indonesia bertekad memacu kompetensi generasi muda agar memanfaatkan peluang di era digital. Untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkuaitas, Indonesia perlu berkaca pada Jerman yang menjadi pionir dalam implementasi industri 4.0.

"Maka, kami bekerja sama dengan Fraunhofer untuk menyiapkan SDM terampil sesuai kebutuhan dunia industri saat ini sehingga akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja lokal," tuturnya.

Lebih lanjut, kata Airlangga, peningkatan kegiatan litbang di Indonesia, juga merupakan faktor penting untuk menerapkan teknologi manufaktur terkini sehigga menghasilkan inovasi produk yang kompetitif.

Di Jerman, Menperin bersama rombongan juga bertemu dengan Deutsche Messe AG, salah satu pemain besar untuk bisnis pameran berskala internasional. Rencananya, Kemenperin akan melakukan kerja sama dengan perusahaan ekshibisi yang berbasis di Hannover tersebut. "Deutsche Messe ini bisa sebagai sarana penting untuk peningkatan ekspor dan investasi," ucapnya.

Airlangga menuturkan, pameran yang diselenggarakan Deutsche Messe AG di Jerman memiliki peran strategis memperluas akser pasar ekspor bagi produk-produk industri nasional, terutama ke negara-negara di kawasan Eropa. Termasuk untuk promosi produk yang dihasilkan IKM nasional.

Selama ini, beberapa komoditas dari Tanah Air yang sudah sejak lama diekspor ke Jerman, yakni minyak kelapa sawit, furnitur, alas kaki, kakao, udang, tekstil dan pakaian, kopi, karet, serta komponen otomotif dan elektronik.

"Kami berharap, adanya kerja sama nanti, selain dapat menguatkan hubungan bilateral, juga untuk saling melengkapi dan meningkatkan volume perdagangan Indonesia-Jerman," tandasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4782 seconds (0.1#10.140)