ADHI Garap Proyek Loop Line, KRL Layang di Jakarta
A
A
A
JAKARTA - PT Adhi Karya Tbk (ADHI) menggarap proyek loop line, jalur kereta rel listrik (KRL) layang di Jakarta dengan membentuk konsorsium bersama PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Jaya Konstruksi selaku BUMD DKI Jakarta. Lintasan seluas 26 kilometer itu menghabiskan investasi Rp15 triliun yang dibagi rata ke tiga perusahaan.
Direktur Operasi II Adhi Karya Pundjung Setya Brata mengatakan, proyek loopline ini dibangun melayang di atas jalur KRL yang sudah ada, seperti Stasiun Jatinegara, Manggarai, Bukit Duri dan Tanah Abang.
"Itu konsep integrasi beberapa moda di luar Jakarta. Misal dari Bekasi berhenti di Jatinegara atau Manggarai, dari Bogor masuk di Manggarai, dari Tangerang masuk di Duri, dari Serpong masuk Tanah Abang," ujarnya di Jakarta, Selasa (15/5/2018).
Pundjung menjelaskan, dari beberapa titik itu lalu dihubungkan jalur kereta berbentuk jalan lingkar, sehingga setiap stasiun tersebut jadi terhubung dalam satu lintasan.
"Jaringan kereta api di Jakarta lebih terintegrasi. Permintaannya sendiri sekitar 1,5 juta sampai 2 juta penumpang tiap tahun," katanya.
Dia menerangkan, loop line lebih sejenis kereta MRT, bukan LRT karena kapasitas yang besar dengan pembangunan ditargetkan selesai dalam empat tahun setelah proses feasibility study.
"Feasibility study dulu satu tahun. Jadi, lima tahun, ini skema pendanaan masih akan kita susun," pungkasnya.
Direktur Operasi II Adhi Karya Pundjung Setya Brata mengatakan, proyek loopline ini dibangun melayang di atas jalur KRL yang sudah ada, seperti Stasiun Jatinegara, Manggarai, Bukit Duri dan Tanah Abang.
"Itu konsep integrasi beberapa moda di luar Jakarta. Misal dari Bekasi berhenti di Jatinegara atau Manggarai, dari Bogor masuk di Manggarai, dari Tangerang masuk di Duri, dari Serpong masuk Tanah Abang," ujarnya di Jakarta, Selasa (15/5/2018).
Pundjung menjelaskan, dari beberapa titik itu lalu dihubungkan jalur kereta berbentuk jalan lingkar, sehingga setiap stasiun tersebut jadi terhubung dalam satu lintasan.
"Jaringan kereta api di Jakarta lebih terintegrasi. Permintaannya sendiri sekitar 1,5 juta sampai 2 juta penumpang tiap tahun," katanya.
Dia menerangkan, loop line lebih sejenis kereta MRT, bukan LRT karena kapasitas yang besar dengan pembangunan ditargetkan selesai dalam empat tahun setelah proses feasibility study.
"Feasibility study dulu satu tahun. Jadi, lima tahun, ini skema pendanaan masih akan kita susun," pungkasnya.
(ven)