Kenaikan BI-7 Reverse Repo Rate Sudah Dinanti Pasar
A
A
A
JAKARTA - Kenaikan suku bunga acuan BI-7 days Reverse Repo Rate sebesar 25 bps ke level 4,5% menurut Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam, memang sudah ditunggu pasar. Hal ini di tengah kuatnya capital outflows yang ditandai oleh penurunan IHSG, kenaikan yield SBN serta pelemahan rupiah.
Menurut dia, tujuan kenaikan suku bunga acuan ini yakni stabilisasi dengan tetap menjaga besarnya interest rate differential setelah the fed menaikkan suku bunga acuan pada maret yang lalu diikuti kenaikan suku bunga di banyak negara.
"Kenaikan suku bunga ini diperkirakan tidak sekali ini saja selama tahun ini karena the fed akan melanjutkan kebijakan normalisasi dengan menaikkan suku bunga 2-3 kali lagi," jelasnya saat dihubungi SINDO.
Lebih lanjut dia menuturkan, dengan kenaikan 25 bps ini, maka BI masih mempunyai ruang untuk kenaikan lebih lanjut mengikuti kenaikan suku bunga the fed. Terpisah, Pengamat Ekonomi ADB Institute Eric Alexander Sugandi memandang, pertimbangan utama kenaikan suku bunga ini untuk memberikan sinyal ke pelaku pasar finansial bahwa BI siap mengambil langkah-langkah untuk mempertahankan rupiah.
Seperti diketahui rupiah tengah mengalami pelemahan saat capital outflows karena faktor eksternal (terutama kenaikan suku bunga AS dan yield US Treasury). "Kenaikan BI 7 day repo rate ini dimungkinkan karena inflasi relatif terkendali. Selain itu, kenaikan sebesar 25 bps juga tidak ganggu pertumbuhan ekonomi karena magnitudenya kecil," paparnya.
Menurut dia, tujuan kenaikan suku bunga acuan ini yakni stabilisasi dengan tetap menjaga besarnya interest rate differential setelah the fed menaikkan suku bunga acuan pada maret yang lalu diikuti kenaikan suku bunga di banyak negara.
"Kenaikan suku bunga ini diperkirakan tidak sekali ini saja selama tahun ini karena the fed akan melanjutkan kebijakan normalisasi dengan menaikkan suku bunga 2-3 kali lagi," jelasnya saat dihubungi SINDO.
Lebih lanjut dia menuturkan, dengan kenaikan 25 bps ini, maka BI masih mempunyai ruang untuk kenaikan lebih lanjut mengikuti kenaikan suku bunga the fed. Terpisah, Pengamat Ekonomi ADB Institute Eric Alexander Sugandi memandang, pertimbangan utama kenaikan suku bunga ini untuk memberikan sinyal ke pelaku pasar finansial bahwa BI siap mengambil langkah-langkah untuk mempertahankan rupiah.
Seperti diketahui rupiah tengah mengalami pelemahan saat capital outflows karena faktor eksternal (terutama kenaikan suku bunga AS dan yield US Treasury). "Kenaikan BI 7 day repo rate ini dimungkinkan karena inflasi relatif terkendali. Selain itu, kenaikan sebesar 25 bps juga tidak ganggu pertumbuhan ekonomi karena magnitudenya kecil," paparnya.
(akr)