BI Tekankan Stabilitas Makroekonomi Terjaga
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan, stabilitas makroekonomi terjaga sejalan dengan inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Hal tersebut sejalan dengan menurunnya risiko di sistem keuangan global serta risiko perekonomian di domestik pada semester II 2017.
Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengatakan, pada semester II 2017, stabilitas sistem keuangan menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan periode sebelumnya meskipun intermediasi perbankan masih tumbuh secara terbatas. Kondisi yang stabil tersebut ditunjukkan oleh pergerakan Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) yang terjaga di zona normal.
"Perkembangan positif tersebut tidak terlepas dari pengaruh menurunnya risiko sistem keuangan global. Hal ini sejalan dengan perekonomian dunia yang membaik dan ketidakpastian di pasar keuangan yang menurun," kata Agus di Jakarta, Jumat (18/5/2018).
Akan tetapi, di tengah membaiknya stabilitas sistem keuangan masih terdapat beberapa kerentanan yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan keuangan antara lain pergerakan pertumbuhan kredit perbankan yang cenderung prosiklikal dengan pertumbuhan PDB, sehingga siklus keuangan masih berada pada fase kontraksi.
Lalu cukup tingginya posisi Utang Luar Negeri (ULN) korporasi nonbank, serta tingginya kepemilikan nonresiden di pasar keuangan domestik. Agus memaparkan, ULN Indonesia meningkat pada akhir semester II 2017 disebabkan oleh tingginya kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan infrakstruktur dan kegiatan produktif lainnya, baik yang berasal dari pemerintah maupun swasta.
Secara keseluruhan, risiko yang berasal dari porsi ULN korporasi nonbank yang cukup tinggi tersebut masih terjaga dengan didukung oleh struktur ULN yang mayoritas berjangka panjang. "Namun demikian, potensi risiko ULN korporasi nonbank sebagai sumber kerentanan tetap harus diwaspadai mengingat pertumbuhan ULN korporasi nonbank selama 2017 sebagian besar disebabkan oleh peningkatan ULN jangka pendek," ungkap dia.
Seiring dengan membaiknya stabilitas sistem keuangan Indonesia, lanjut Agus, stabilitas di pasar keuangan domestik pada semester II 2017 relatif terjaga. Hal tersebut didukung oleh kenaikan credit rating Indonesia dan stabilnya kondisi makroekonomi, pemanfaatan pembiayaan dari pasar modal terutama melalui initial public offering (IPO) dan right issue di pasar saham, serta penerbitan obligasi dan sukuk korporasi cenderung yang menurun jika dibandingkan dengan semester sebelumnya.
Akan tetapi, menurut Agus, berbagai indikator di pasar modal dan pasar uang secara umum menunjukkan penurunan risiko jika dibandingkan dengan semester sebelumnya. Sementara itu, memasuki tahun 2018 di tengah optimisme pertumbuhan ekonomi baik di tingkat global maupun nasional, sistem keuangan Indonesia masih akan dihadapkan pada sejumlah tantangan baik dari sisi eksternal maupun internal.
Meski begitu, perbaikan perekonomian domestik yang ditunjang oleh konsolidasi korporasi dan perbankan, serta adanya persepsi positif di mata investor menjadi modal untuk meningkatkan kinerja pasar keuangan dan perbankan di tahun 2018. "Oleh karena itu, stabilitas sistem keuangan Indonesia di tahun 2018 diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya," kata Agus.
Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengatakan, pada semester II 2017, stabilitas sistem keuangan menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan periode sebelumnya meskipun intermediasi perbankan masih tumbuh secara terbatas. Kondisi yang stabil tersebut ditunjukkan oleh pergerakan Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) yang terjaga di zona normal.
"Perkembangan positif tersebut tidak terlepas dari pengaruh menurunnya risiko sistem keuangan global. Hal ini sejalan dengan perekonomian dunia yang membaik dan ketidakpastian di pasar keuangan yang menurun," kata Agus di Jakarta, Jumat (18/5/2018).
Akan tetapi, di tengah membaiknya stabilitas sistem keuangan masih terdapat beberapa kerentanan yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan keuangan antara lain pergerakan pertumbuhan kredit perbankan yang cenderung prosiklikal dengan pertumbuhan PDB, sehingga siklus keuangan masih berada pada fase kontraksi.
Lalu cukup tingginya posisi Utang Luar Negeri (ULN) korporasi nonbank, serta tingginya kepemilikan nonresiden di pasar keuangan domestik. Agus memaparkan, ULN Indonesia meningkat pada akhir semester II 2017 disebabkan oleh tingginya kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan infrakstruktur dan kegiatan produktif lainnya, baik yang berasal dari pemerintah maupun swasta.
Secara keseluruhan, risiko yang berasal dari porsi ULN korporasi nonbank yang cukup tinggi tersebut masih terjaga dengan didukung oleh struktur ULN yang mayoritas berjangka panjang. "Namun demikian, potensi risiko ULN korporasi nonbank sebagai sumber kerentanan tetap harus diwaspadai mengingat pertumbuhan ULN korporasi nonbank selama 2017 sebagian besar disebabkan oleh peningkatan ULN jangka pendek," ungkap dia.
Seiring dengan membaiknya stabilitas sistem keuangan Indonesia, lanjut Agus, stabilitas di pasar keuangan domestik pada semester II 2017 relatif terjaga. Hal tersebut didukung oleh kenaikan credit rating Indonesia dan stabilnya kondisi makroekonomi, pemanfaatan pembiayaan dari pasar modal terutama melalui initial public offering (IPO) dan right issue di pasar saham, serta penerbitan obligasi dan sukuk korporasi cenderung yang menurun jika dibandingkan dengan semester sebelumnya.
Akan tetapi, menurut Agus, berbagai indikator di pasar modal dan pasar uang secara umum menunjukkan penurunan risiko jika dibandingkan dengan semester sebelumnya. Sementara itu, memasuki tahun 2018 di tengah optimisme pertumbuhan ekonomi baik di tingkat global maupun nasional, sistem keuangan Indonesia masih akan dihadapkan pada sejumlah tantangan baik dari sisi eksternal maupun internal.
Meski begitu, perbaikan perekonomian domestik yang ditunjang oleh konsolidasi korporasi dan perbankan, serta adanya persepsi positif di mata investor menjadi modal untuk meningkatkan kinerja pasar keuangan dan perbankan di tahun 2018. "Oleh karena itu, stabilitas sistem keuangan Indonesia di tahun 2018 diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya," kata Agus.
(akr)