Perang Diskon E-commerce Rebut Berkah Lebaran
A
A
A
JAKARTA - Ramadan selalu menjadi waktu favorit bagi masyarakat berbelanja aneka barang keperluan, kebutuhan, dan keinginan menjelang Lebaran. Momen ini benar-benar dimanfaatkan para pemain pasar e-commerce untuk meningkatkan penjualan dengan menghadirkan berbagai penawaran menarik dan program promo.
Bukalapak, situs layanan jual beli online customer to customer (C2C), menawarkan cashback hingga 20% kepada masyarakat yang berbelanja kebutuhan Ramadan dan Lebaran dengan kode voucher khusus "BUKAYANGBAIK". Cashback diperoleh apabila konsumen melakukan transaksi minimal Rp150.000. Pembeli juga bisa mendapatkan cashback 5% dari minimum transaksi Rp500.000 dengan kode voucher "MAKINBAIK". Promo ini berlaku untuk pembelian beragam kebutuhan rumah tangga, perlengkapan dapur, hingga paket data murah dan berlangsung selama 55 hari mulai dari 7 Mei hingga 30 Juni 2018.
Bukalapak juga menjanjikan beragam hadiah istimewa kepada para konsumennya seperti mobil, smartphone, dan 100 voucher Bukalapak masing-masing senilai Rp1 juta. Tak hanya itu, perusahaan yang didirikan Achmad Zaky ini juga menggelar program gratis ongkos kirim sejak 14 Mei hingga 12 Juni 2018. Untuk program ini, Bukalapak bekerja sama dengan perusahaan logistik JNE.
"Program ini bisa dinikmati oleh konsumen yang melakukan transaksi minimum Rp80.000. Potongan ongkos kirim paling besar Rp15.000," kata Vice President of Marketing Bukalapak Bayu Syerli Rachmat. Tidak tanggung-tanggung, setiap pengguna Bukalapak bisa memanfaatkan kode promo gratis ongkos kirim ini hingga tiga kali sehari.
Sementara itu, Lazada Indonesia pada Ramadan ini menggelar program promo bertajuk "Puasale". Chief Marketing Officer Lazada Indonesia Achmad Alkatiri menerangkan, berdasarkan Google Iternal Data 2017, sedikitnya ada sejumlah topik dan kategori yang paling banyak dicari konsumen Indonesia saat Ramadan. Di antaranya makanan, perawatan tubuh, travel, dan busana muslim (selengkapnya lihat info grafis).
Berdasarkan temuan atas perilaku konsumen itulah, Lazada Indonesia menghadirkan "Puasale" yang digelar 25-28 Mei 2018 dengan diskon hingga 90% dan ribuan bonus. Hari pertama diisi promo beragam produk kesehatan dan kecantikan dilanjutkan promo berbagai produk elektronik pada hari kedua. Pada hari ketiga, Lazada menggelar promo produk fashion dan hari terakhir promo aneka produk keperluan rumah tangga.
"Fokus kategori sengaja kami bedakan setiap hari agar konsumen mudah mengakses berbagai pilihan barang serta penawaran diskon dan promo yang ada," jelas Mad, sapaan Achmad Alkatiri.
Dari data yang sama, terungkap pula bahwa sepekan sebelum Ramadan dan tiga pekan sebelum Lebaran terdapat peningkatan minat pengguna internet terhadap produk fashion. Maka itu, Lazada pun menghadirkan penawaran spesial produk fashion muslim untuk pria dan wanita pada hari ini, Minggu (27/5/2018).
Data Google juga menunjukkan bahwa minat terhadap produk keperluan rumah tangga pun meningkat pada momen Ramadan, khususnya kulkas, kipas angin, dan mesin pemasak nasi. "Kemungkinan sejalan dengan persiapan sahur dan berbuka puasa," kata Mad.
Menjelang Lebaran terjadi juga peningkatan minat konsumen terhadap produk mesin cuci dan peralatan lain pendukung kebersihan rumah. Kemungkinan besar sejalan dengan mudiknya asisten rumah tangga. Yang juga menarik, pada pekan pencairan tunjangan hari raya (THR), dua pekan atau sepekan menjelang Lebaran, muncul kecenderungan konsumen mencari dan membeli gawai baru.
"Tak hanya kami yang memanfaatkan momen ini dengan mengedepankan promo barang elektronik dan gawai. Sejumlah mitra kami dari pabrikan smartphone juga menggelar penawaran khusus hingga peluncuran produk baru," terang Mad.
Berdasarkan data internal customer Lazada ID diketahui bahwa puncak jam kunjungan konsumen saat Ramadan adalah pada jam sahur, siang hari, dan setelah berbuka puasa. Tokopedia juga memiliki jurus serupa. Kamis (24/5/2018) perusahaan marketplace yang didirikan William Tanuwijaya ini menggelar malam puncak Ramadan Ekstra yang disiarkan langsung di stasiun televisi swasta. Dalam acara tersebut, Tokopedia memperkenalkan sejumlah inovasi digital yang memberi pengalaman baru kepada konsumen dalam berbelanja.
Masyarakat bisa langsung membeli aneka produk fashion hingga kosmetik yang dikenakan para model di televisi hanya dengan shake-shake atau menggoyangkan ponselnya. Jumlah pengguna fitur shake-shake Ramadan Ekstra mencapai 2 juta orang. "Apa yang ditonton bisa langsung dibeli saat itu juga. Ini menggabungkan pengalaman offline dan online dalam berbelanja," kata COO Tokopedia Melissa Siska Juminto.
Data Criteo mengungkapkan, selama Ramadan terjadi peningkatan penjualan rata-rata 24-25% dibanding bulan sebelumnya. Criteo merupakan perusahaan periklanan digital global yang bermarkas di Paris.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengatakan, pasar offline relatif tidak terpengaruh lonjakan aktivitas jual beli di pasar online. Itu lantaran sebagian pemain online merupakan reseller yang membeli barang dari pasar offline. Sisanya memang ada yang langsung mengambil barang dalam jumlah besar ke pabrik atau impor.
Menurut Tutum, penjualan di pasar offline pada Ramadan dan menjelang Lebaran tahun ini justru meningkat cukup signifikan di kisaran 50-100% tergantung jenis produknya. Khusus untuk produk fashion, peningkatan penjualan di ritel modern pada kisaran 200-300%. Dia memperkirakan puncaknya terjadi pada H-1.
Nadia Yovani, staf pengajar di Departemen Sosiologi FISIP Universitas Indonesia, mengatakan, masyarakat urban semakin banyak yang berbelanja secara online karena mereka ingin segalanya lebih simpel dan instan. Itu sifat alami manusia. Tak perlu bermacet-macetan, tak perlu keluar uang untuk beli bensin atau ongkos, tak perlu berkeliling toko mencari barang paling cocok dan tak perlu berdesakan seperti orang yang berbelanja ke pasar konvensional menjelang Ramadan. Bahkan seringkali masyarakat bisa lebih berhemat karena banyak diskon dan promo.
"Masyarakat mendambakan semua lebih praktis, mudah, efektif, efisien. Intinya, semua lebih sederhana. Cukup membuka layar ponsel atau komputer," jelasnya.
Namun di sisi lain, Nadia mengakui bahwa risiko kecewa saat berbelanja secara online lebih besar ketimbang berbelanja secara offline. Terkadang barang tidak sesuai pesanan atau rusak. Sedangkan proses komplain, verifikasi, dan pengembalian uang dirasakan berbelit-belit dan perlu waktu lama. "Kepercayaan dan aturan main ini yang perlu terus dikembangkan oleh para pebisnis online," ujar Nadia.
Pengamat marketing Yuswohady menilai penjualan online tetap belum bisa mengalahkan pengalaman berbelanja konvensional. "Momen Lebaran ini akan tetap menjadi milik bisnis offline seperti mal atau pasar grosir tradisional besar seperti Tanah Abang dan lainnya. Masyarakat Indonesia masih terbiasa dengan acara jalan-jalan atau mencoba pakaian sebelum dibeli. Sudah tradisi," ucap Yuswohady.
Meski begitu, dia mengakui saat ini proses keseimbangan terus berlangsung antara penjualan online dan offline. Beberapa produk yang praktis bisa langsung dibeli secara online, namun sebagian lagi masih lebih menarik dibeli langsung.
Bukalapak, situs layanan jual beli online customer to customer (C2C), menawarkan cashback hingga 20% kepada masyarakat yang berbelanja kebutuhan Ramadan dan Lebaran dengan kode voucher khusus "BUKAYANGBAIK". Cashback diperoleh apabila konsumen melakukan transaksi minimal Rp150.000. Pembeli juga bisa mendapatkan cashback 5% dari minimum transaksi Rp500.000 dengan kode voucher "MAKINBAIK". Promo ini berlaku untuk pembelian beragam kebutuhan rumah tangga, perlengkapan dapur, hingga paket data murah dan berlangsung selama 55 hari mulai dari 7 Mei hingga 30 Juni 2018.
Bukalapak juga menjanjikan beragam hadiah istimewa kepada para konsumennya seperti mobil, smartphone, dan 100 voucher Bukalapak masing-masing senilai Rp1 juta. Tak hanya itu, perusahaan yang didirikan Achmad Zaky ini juga menggelar program gratis ongkos kirim sejak 14 Mei hingga 12 Juni 2018. Untuk program ini, Bukalapak bekerja sama dengan perusahaan logistik JNE.
"Program ini bisa dinikmati oleh konsumen yang melakukan transaksi minimum Rp80.000. Potongan ongkos kirim paling besar Rp15.000," kata Vice President of Marketing Bukalapak Bayu Syerli Rachmat. Tidak tanggung-tanggung, setiap pengguna Bukalapak bisa memanfaatkan kode promo gratis ongkos kirim ini hingga tiga kali sehari.
Sementara itu, Lazada Indonesia pada Ramadan ini menggelar program promo bertajuk "Puasale". Chief Marketing Officer Lazada Indonesia Achmad Alkatiri menerangkan, berdasarkan Google Iternal Data 2017, sedikitnya ada sejumlah topik dan kategori yang paling banyak dicari konsumen Indonesia saat Ramadan. Di antaranya makanan, perawatan tubuh, travel, dan busana muslim (selengkapnya lihat info grafis).
Berdasarkan temuan atas perilaku konsumen itulah, Lazada Indonesia menghadirkan "Puasale" yang digelar 25-28 Mei 2018 dengan diskon hingga 90% dan ribuan bonus. Hari pertama diisi promo beragam produk kesehatan dan kecantikan dilanjutkan promo berbagai produk elektronik pada hari kedua. Pada hari ketiga, Lazada menggelar promo produk fashion dan hari terakhir promo aneka produk keperluan rumah tangga.
"Fokus kategori sengaja kami bedakan setiap hari agar konsumen mudah mengakses berbagai pilihan barang serta penawaran diskon dan promo yang ada," jelas Mad, sapaan Achmad Alkatiri.
Dari data yang sama, terungkap pula bahwa sepekan sebelum Ramadan dan tiga pekan sebelum Lebaran terdapat peningkatan minat pengguna internet terhadap produk fashion. Maka itu, Lazada pun menghadirkan penawaran spesial produk fashion muslim untuk pria dan wanita pada hari ini, Minggu (27/5/2018).
Data Google juga menunjukkan bahwa minat terhadap produk keperluan rumah tangga pun meningkat pada momen Ramadan, khususnya kulkas, kipas angin, dan mesin pemasak nasi. "Kemungkinan sejalan dengan persiapan sahur dan berbuka puasa," kata Mad.
Menjelang Lebaran terjadi juga peningkatan minat konsumen terhadap produk mesin cuci dan peralatan lain pendukung kebersihan rumah. Kemungkinan besar sejalan dengan mudiknya asisten rumah tangga. Yang juga menarik, pada pekan pencairan tunjangan hari raya (THR), dua pekan atau sepekan menjelang Lebaran, muncul kecenderungan konsumen mencari dan membeli gawai baru.
"Tak hanya kami yang memanfaatkan momen ini dengan mengedepankan promo barang elektronik dan gawai. Sejumlah mitra kami dari pabrikan smartphone juga menggelar penawaran khusus hingga peluncuran produk baru," terang Mad.
Berdasarkan data internal customer Lazada ID diketahui bahwa puncak jam kunjungan konsumen saat Ramadan adalah pada jam sahur, siang hari, dan setelah berbuka puasa. Tokopedia juga memiliki jurus serupa. Kamis (24/5/2018) perusahaan marketplace yang didirikan William Tanuwijaya ini menggelar malam puncak Ramadan Ekstra yang disiarkan langsung di stasiun televisi swasta. Dalam acara tersebut, Tokopedia memperkenalkan sejumlah inovasi digital yang memberi pengalaman baru kepada konsumen dalam berbelanja.
Masyarakat bisa langsung membeli aneka produk fashion hingga kosmetik yang dikenakan para model di televisi hanya dengan shake-shake atau menggoyangkan ponselnya. Jumlah pengguna fitur shake-shake Ramadan Ekstra mencapai 2 juta orang. "Apa yang ditonton bisa langsung dibeli saat itu juga. Ini menggabungkan pengalaman offline dan online dalam berbelanja," kata COO Tokopedia Melissa Siska Juminto.
Data Criteo mengungkapkan, selama Ramadan terjadi peningkatan penjualan rata-rata 24-25% dibanding bulan sebelumnya. Criteo merupakan perusahaan periklanan digital global yang bermarkas di Paris.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengatakan, pasar offline relatif tidak terpengaruh lonjakan aktivitas jual beli di pasar online. Itu lantaran sebagian pemain online merupakan reseller yang membeli barang dari pasar offline. Sisanya memang ada yang langsung mengambil barang dalam jumlah besar ke pabrik atau impor.
Menurut Tutum, penjualan di pasar offline pada Ramadan dan menjelang Lebaran tahun ini justru meningkat cukup signifikan di kisaran 50-100% tergantung jenis produknya. Khusus untuk produk fashion, peningkatan penjualan di ritel modern pada kisaran 200-300%. Dia memperkirakan puncaknya terjadi pada H-1.
Nadia Yovani, staf pengajar di Departemen Sosiologi FISIP Universitas Indonesia, mengatakan, masyarakat urban semakin banyak yang berbelanja secara online karena mereka ingin segalanya lebih simpel dan instan. Itu sifat alami manusia. Tak perlu bermacet-macetan, tak perlu keluar uang untuk beli bensin atau ongkos, tak perlu berkeliling toko mencari barang paling cocok dan tak perlu berdesakan seperti orang yang berbelanja ke pasar konvensional menjelang Ramadan. Bahkan seringkali masyarakat bisa lebih berhemat karena banyak diskon dan promo.
"Masyarakat mendambakan semua lebih praktis, mudah, efektif, efisien. Intinya, semua lebih sederhana. Cukup membuka layar ponsel atau komputer," jelasnya.
Namun di sisi lain, Nadia mengakui bahwa risiko kecewa saat berbelanja secara online lebih besar ketimbang berbelanja secara offline. Terkadang barang tidak sesuai pesanan atau rusak. Sedangkan proses komplain, verifikasi, dan pengembalian uang dirasakan berbelit-belit dan perlu waktu lama. "Kepercayaan dan aturan main ini yang perlu terus dikembangkan oleh para pebisnis online," ujar Nadia.
Pengamat marketing Yuswohady menilai penjualan online tetap belum bisa mengalahkan pengalaman berbelanja konvensional. "Momen Lebaran ini akan tetap menjadi milik bisnis offline seperti mal atau pasar grosir tradisional besar seperti Tanah Abang dan lainnya. Masyarakat Indonesia masih terbiasa dengan acara jalan-jalan atau mencoba pakaian sebelum dibeli. Sudah tradisi," ucap Yuswohady.
Meski begitu, dia mengakui saat ini proses keseimbangan terus berlangsung antara penjualan online dan offline. Beberapa produk yang praktis bisa langsung dibeli secara online, namun sebagian lagi masih lebih menarik dibeli langsung.
(amm)