Bukopin Dorong Penetrasi Produk dan Layanan Perbankan Digital
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Bukopin Tbk (Bank Bukopin) akan terus memacu penetrasi produk dan layanan berbasis perbankan digital. Perseroan akan mendorong penetrasi aplikasi perbankan digital Wokee untuk memperkuat basis nasabah di segmen generasi milenial dan untuk mengantisipasi meningkatnya kebutuhan nasabah terhadap layanan perbankan digital.
Direktur Konsumer PT Bank Bukopin Tbk Rivan A Purwantono mengatakan aplikasi perbankan digital saat ini telah menjadi kebutuhan pada sebagian besar nasabah. "Kami terus berupaya memacu penetrasi Wokee dan menyasar generasi milenial sebagai target pasar utama,” ujar Rivan saat buka puasa bersama media di Jakarta Selasa malam.
Wokee merupakan produk perbankan tabungan digital Bank Bukopin. Layanan tersebut menyediakan sejumlah fitur berbasis digital, mulai dari pembukaan rekening hingga transaksi perbankan secara online.
Langkah efisiensi juga dilakukan perseroan melalui evaluasi atas sejumlah biaya rutin perusahaan. "Melalui langkah tersebut, selama empat bulan pertama tahun ini kami berhasil menekan biaya rutin. Kami menargetkan penurunan biaya rutin sebesar 10% hingga akhir tahun 2018," jelasnya.
Dia menjelaskan bahwa peluncuran aplikasi perbankan digital Wokee merupakan bagian dari strategi Perseroan untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap layanan berbasis teknologi finansial (fintech). "Banyak yang mengkhawatirkan fintech akan menjadi ancaman bagi industri perbankan. Namun Bank Bukopin justru melihat industri fintech sebagai mitra yang andal untuk berkolaborasi, “ jelasnya.
Sementara itu, kolaborasi dengan fintech juga dibangun oleh Bank Bukopin melalui BNVLabs dengan menggandeng pelaku startup di bidang fintech untuk bersama-sama membangun ekosistem teknologi finansial di Tanah Air. BNVLabs merupakan inkubator startup di bidang fintech yang dikembangkan oleh Bank Bukopin.
“Di BNVLabs, kami berupaya menyediakan kebutuhan bagi para startup fintech untuk mengembangkan bisnisnya,” tambah Direktur Operasi dan Teknologi Informasi PT Bank Bukopin, Tbk, Adhi Brahmantya.
Melalui BNVLabs, para startup akan dibantu untuk mendapatkan akses pasar, business support, program pengembangan kapasitas, end to end ecosystem connection hingga fasilitas co-working space. Untuk mengantisipasi perkembangan kebutuhan nasabah dan agar tidak tertinggal dalam menghadapi persaingan industri perbankan, Bukopin juga senantiasa meng-update aspek teknologi informasi dalam lini bisnisnya. Disamping itu, perseroan juga akan memacu pendapatan dari fee based income.
Langkah ini dilakukan dengan melakukan ekspansi ke bisnis dengan ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) rendah. "Ini menjadi kunci bagi Bank Bukopin untuk memastikan kualitas pelayanan yang prima dan up to date ke seluruh nasabah, serta untuk memacu pertumbuhan bisnis Perseroan,” pungkasnya.
Disisi lai, perseroan juga telah melakukan diversifikasi pendapatan secara bertahap melalui peningkatan fee based income. Upaya untuk memacu pendapatan non bunga dilakukan melalui peluncuran produk Flexy Bill, peningkatan volume bank garansi, transaksi public service, wealth management, serta program peningkatan usage kartu kredit.
Sejumlah langkah tersebut, kata Adhi, akan berdampak pada peningkatan fee based income perseroan yang mencapai sebesar 41% dari Rp252 miliar per April 2017 menjadi Rp354 miliar pada April 2018. "Sebagai dampak dari penurunan biaya operasional dan peningkatan fee based income, hingga April 2018 telah terjadi peningkatan laba sebelum CKPN perseroan sebesar 33% (year on year/yoy), yaitu dari Rp268 miliar pada April 2017 menjadi Rp355 miliar per April 2018," ungkap dia.
Direktur Konsumer PT Bank Bukopin Tbk Rivan A Purwantono mengatakan aplikasi perbankan digital saat ini telah menjadi kebutuhan pada sebagian besar nasabah. "Kami terus berupaya memacu penetrasi Wokee dan menyasar generasi milenial sebagai target pasar utama,” ujar Rivan saat buka puasa bersama media di Jakarta Selasa malam.
Wokee merupakan produk perbankan tabungan digital Bank Bukopin. Layanan tersebut menyediakan sejumlah fitur berbasis digital, mulai dari pembukaan rekening hingga transaksi perbankan secara online.
Langkah efisiensi juga dilakukan perseroan melalui evaluasi atas sejumlah biaya rutin perusahaan. "Melalui langkah tersebut, selama empat bulan pertama tahun ini kami berhasil menekan biaya rutin. Kami menargetkan penurunan biaya rutin sebesar 10% hingga akhir tahun 2018," jelasnya.
Dia menjelaskan bahwa peluncuran aplikasi perbankan digital Wokee merupakan bagian dari strategi Perseroan untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap layanan berbasis teknologi finansial (fintech). "Banyak yang mengkhawatirkan fintech akan menjadi ancaman bagi industri perbankan. Namun Bank Bukopin justru melihat industri fintech sebagai mitra yang andal untuk berkolaborasi, “ jelasnya.
Sementara itu, kolaborasi dengan fintech juga dibangun oleh Bank Bukopin melalui BNVLabs dengan menggandeng pelaku startup di bidang fintech untuk bersama-sama membangun ekosistem teknologi finansial di Tanah Air. BNVLabs merupakan inkubator startup di bidang fintech yang dikembangkan oleh Bank Bukopin.
“Di BNVLabs, kami berupaya menyediakan kebutuhan bagi para startup fintech untuk mengembangkan bisnisnya,” tambah Direktur Operasi dan Teknologi Informasi PT Bank Bukopin, Tbk, Adhi Brahmantya.
Melalui BNVLabs, para startup akan dibantu untuk mendapatkan akses pasar, business support, program pengembangan kapasitas, end to end ecosystem connection hingga fasilitas co-working space. Untuk mengantisipasi perkembangan kebutuhan nasabah dan agar tidak tertinggal dalam menghadapi persaingan industri perbankan, Bukopin juga senantiasa meng-update aspek teknologi informasi dalam lini bisnisnya. Disamping itu, perseroan juga akan memacu pendapatan dari fee based income.
Langkah ini dilakukan dengan melakukan ekspansi ke bisnis dengan ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) rendah. "Ini menjadi kunci bagi Bank Bukopin untuk memastikan kualitas pelayanan yang prima dan up to date ke seluruh nasabah, serta untuk memacu pertumbuhan bisnis Perseroan,” pungkasnya.
Disisi lai, perseroan juga telah melakukan diversifikasi pendapatan secara bertahap melalui peningkatan fee based income. Upaya untuk memacu pendapatan non bunga dilakukan melalui peluncuran produk Flexy Bill, peningkatan volume bank garansi, transaksi public service, wealth management, serta program peningkatan usage kartu kredit.
Sejumlah langkah tersebut, kata Adhi, akan berdampak pada peningkatan fee based income perseroan yang mencapai sebesar 41% dari Rp252 miliar per April 2017 menjadi Rp354 miliar pada April 2018. "Sebagai dampak dari penurunan biaya operasional dan peningkatan fee based income, hingga April 2018 telah terjadi peningkatan laba sebelum CKPN perseroan sebesar 33% (year on year/yoy), yaitu dari Rp268 miliar pada April 2017 menjadi Rp355 miliar per April 2018," ungkap dia.
(akr)