Pergerakan Rupiah Diprediksi Kembali Tertekan
A
A
A
JAKARTA - Pasca sentimen pertemuan G-7 telah usai, kini rupiah dihadapkan pada sentimen potensi kembali terjadinya perang dagang antara AS dan China setelah AS berencana mengenakan tarif 10% terhadap sejumlah barang-barang impor China senilai USD200 miliar.
Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, ini sebagai lanjutan dari pengenaan barang-barang impor China senilai USD50 miliar.
"Permintaan akan sejumlah mata uang safe haven diperkirakan akan kembali meningkat, sehingga dikhawatirkan rupiah akan cenderung kembali tertekan," ujarnya di Jakarta, Rabu (20/6/2018).
Menurutnya, waspadai jika potensi pelemahan kembali terjadi. Adapun rupiah diestimasikan Reza akan bergerak dengan kisaran support Rp13.930 per USD dan resisten Rp13.914 per USD.
Sementara, laju rupiah mengakhiri pekan sebelum libur dengan pelemahan. Tampaknya pelaku pasar mencoba mengamankan posisi untuk antisipasi kondisi selama libur Lebaran.
Di sisi lain, pergerakan USD dan JPY juga sedang mengalami kenaikan seiring permintaan kedua mata uang tersebut yang sedang tinggi.
"Adanya pertemuan G-7 yang memicu kekhawatiran membuat permintaan atas mata uang safe haven meningkat setelah adanya twitter Presiden Trump yang menyerang pemimpin Kanada dan Uni Eropa sehingga berimbas pada pergerakan rupiah yang kian terdepresiasi," pungkasnya.
Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, ini sebagai lanjutan dari pengenaan barang-barang impor China senilai USD50 miliar.
"Permintaan akan sejumlah mata uang safe haven diperkirakan akan kembali meningkat, sehingga dikhawatirkan rupiah akan cenderung kembali tertekan," ujarnya di Jakarta, Rabu (20/6/2018).
Menurutnya, waspadai jika potensi pelemahan kembali terjadi. Adapun rupiah diestimasikan Reza akan bergerak dengan kisaran support Rp13.930 per USD dan resisten Rp13.914 per USD.
Sementara, laju rupiah mengakhiri pekan sebelum libur dengan pelemahan. Tampaknya pelaku pasar mencoba mengamankan posisi untuk antisipasi kondisi selama libur Lebaran.
Di sisi lain, pergerakan USD dan JPY juga sedang mengalami kenaikan seiring permintaan kedua mata uang tersebut yang sedang tinggi.
"Adanya pertemuan G-7 yang memicu kekhawatiran membuat permintaan atas mata uang safe haven meningkat setelah adanya twitter Presiden Trump yang menyerang pemimpin Kanada dan Uni Eropa sehingga berimbas pada pergerakan rupiah yang kian terdepresiasi," pungkasnya.
(ven)