Langkah Mendag Tekan Defisit Neraca Perdagangan RI
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menyiapkan langkah untuk menekan defisit neraca perdagangan agar tidak terus terjadi. Terlebih lagi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China berpotensi bisa berdampak pada neraca perdagangan Indonesia.
Salah satu yang bakal dilakukan Mendag yakni mengurangi impor bahan baku yang bisa membebani neraca perdagangan. "Defisit itu kan kita lihat juga karena impor bahan baku dan barang modal, tapi jangan dihentikan karena itu meningkatkan industri. Nanti apa yang mau di ekspor kalo industrinya enggak ada," jelasnya.
Seperti diketahui, Neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami defisit, dimana data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada April 2018 mengalami defisit sebesar USD1,63 miliar. Hal ini di luar ekspektasi, lantaran pada Maret 2018 neraca perdagangan sempat mengalami surplus sebesar USD1,09 miliar.
Neraca perdagangan yang mengalami defisit pada periode ini lebih disebabkan karena kenaikan impor yang sangat tinggi pada periode tersebut. Adapun total impor pada April 2018 yakni sebesar USD16,09 miliar atau naik 11,28% dibanding Maret 2018. Sementara total ekspor Indonesia pada periode tersebut mencapai USD14,47 miliar atau turun sebesar 7,19% dibanding ekspor Maret 2018.
Sebelumnya Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah akan fokus memperbaiki defisit neraca perdagangan dibandingkan perang dagang yang terjadi secara global. Pemerintah juga fokus dalam merespons kebijakan kenaikan suku bunga Amerika Serikat.
Dia mengatakan, banyak masalah yang membuat neraca perdagangan Indonesia terganggu. Hal itu menyebabkan neraca perdagangan Indonesia menjadi negatif sejak awal tahun. "Itu berarti, satu yang harus kita urusi, neraca perdagangan itu. Kita tidak perlu fokus pada perang dagang negara-negara itu, fokus pada diri sendiri saja," ujar Menko Darmin.
Salah satu yang bakal dilakukan Mendag yakni mengurangi impor bahan baku yang bisa membebani neraca perdagangan. "Defisit itu kan kita lihat juga karena impor bahan baku dan barang modal, tapi jangan dihentikan karena itu meningkatkan industri. Nanti apa yang mau di ekspor kalo industrinya enggak ada," jelasnya.
Seperti diketahui, Neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami defisit, dimana data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada April 2018 mengalami defisit sebesar USD1,63 miliar. Hal ini di luar ekspektasi, lantaran pada Maret 2018 neraca perdagangan sempat mengalami surplus sebesar USD1,09 miliar.
Neraca perdagangan yang mengalami defisit pada periode ini lebih disebabkan karena kenaikan impor yang sangat tinggi pada periode tersebut. Adapun total impor pada April 2018 yakni sebesar USD16,09 miliar atau naik 11,28% dibanding Maret 2018. Sementara total ekspor Indonesia pada periode tersebut mencapai USD14,47 miliar atau turun sebesar 7,19% dibanding ekspor Maret 2018.
Sebelumnya Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah akan fokus memperbaiki defisit neraca perdagangan dibandingkan perang dagang yang terjadi secara global. Pemerintah juga fokus dalam merespons kebijakan kenaikan suku bunga Amerika Serikat.
Dia mengatakan, banyak masalah yang membuat neraca perdagangan Indonesia terganggu. Hal itu menyebabkan neraca perdagangan Indonesia menjadi negatif sejak awal tahun. "Itu berarti, satu yang harus kita urusi, neraca perdagangan itu. Kita tidak perlu fokus pada perang dagang negara-negara itu, fokus pada diri sendiri saja," ujar Menko Darmin.
(akr)