Pengembangan Energi Nuklir di Indonesia Butuh 10 Tahun
A
A
A
JAKARTA - Dewan Energi Nasional (DEN) menyatakan, roadmap pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia telah disiapkan sesuai dengan hasil Rapat Paripurna lembaga tersebut. Kendati demikian, anggota DEN Abadi Poernomo mengatakan, pengembangan PLTN butuh waktu tidak sedikit.
"Bukan berarti sampai dengan energi terbarukan dan fosil habis kemudian baru kita pakai nuklir, tapi kita membuat suatu perencanaan yang bagus. Ini karena membangun nuklir itu tidak setahun atau dua tahun, membangun nuklir itu mungkin butuh 7 sampai 10 tahun," ujarnya di Diskusi Weekly Forum bertajuk "Sejahterakan Masyarakat Lewat Energi Baru dan Terbarukan, Bisakah?" di Jakarta, Kamis (28/6/2018).
Abadi menjelaskan, energi nuklir saat ini sudah pada tahapan yang mungkin dimanfaatkan dengan aman. Namun, biaya pembangunannya menjadi sangat mahal.
"Sekarang sudah pada stage 3 sampai 3,5. Ini sangat mahal sekali. Kemarin saya sempat nengok ke Fukushima dan di situ (melihat) bagaimana membuat pembangkit nuklir itu aman," tuturnya.
Karena pertimbangan biaya tersebut, lanjut Abadi, pengembangan pembangkit nuklir di Indonesia masih diperhitungkan dengan kemampuan negara ini dalam menyediakan energi yang lebih murah.
"Apakah ini benar-benar sesuai dengan kebutuhan kita? Pembangkit nuklir itu kalau sekali dibangun kan (kapasitasnya) bisa 1.000 megawatt sampai 2.000 megawatt, besar-besar," jelasnya.
"Bukan berarti sampai dengan energi terbarukan dan fosil habis kemudian baru kita pakai nuklir, tapi kita membuat suatu perencanaan yang bagus. Ini karena membangun nuklir itu tidak setahun atau dua tahun, membangun nuklir itu mungkin butuh 7 sampai 10 tahun," ujarnya di Diskusi Weekly Forum bertajuk "Sejahterakan Masyarakat Lewat Energi Baru dan Terbarukan, Bisakah?" di Jakarta, Kamis (28/6/2018).
Abadi menjelaskan, energi nuklir saat ini sudah pada tahapan yang mungkin dimanfaatkan dengan aman. Namun, biaya pembangunannya menjadi sangat mahal.
"Sekarang sudah pada stage 3 sampai 3,5. Ini sangat mahal sekali. Kemarin saya sempat nengok ke Fukushima dan di situ (melihat) bagaimana membuat pembangkit nuklir itu aman," tuturnya.
Karena pertimbangan biaya tersebut, lanjut Abadi, pengembangan pembangkit nuklir di Indonesia masih diperhitungkan dengan kemampuan negara ini dalam menyediakan energi yang lebih murah.
"Apakah ini benar-benar sesuai dengan kebutuhan kita? Pembangkit nuklir itu kalau sekali dibangun kan (kapasitasnya) bisa 1.000 megawatt sampai 2.000 megawatt, besar-besar," jelasnya.
(fjo)