Primadona Ekspor, Ini Keunggulan Udang Vaname

Minggu, 01 Juli 2018 - 17:09 WIB
Primadona Ekspor, Ini Keunggulan Udang Vaname
Primadona Ekspor, Ini Keunggulan Udang Vaname
A A A
JAKARTA - Udang Vaname telah menjadi primadona ekspor karena memiliki keunggulan sebagai komoditas perikanan yang bisa tahan lama dalam penyimpanan. Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Riza Damanik mengatakan, awalnya jenis ini dibawa dari luar kemudian dikembangkan di Indonesia.

"Dibawa dari luar melalui proses yang panjang sampai jadi satu komoditas karena daya kuatnya lebih tahan. Ada di seluruh Indonesia," ujarnya kepada SINDOnews di Jakarta, Minggu (1/7/2018).

Riza menyampaikan, dalam istilah ekspor di pasar internasional, udang disebut sebagai white gold atau emas putih karena pasarnya yang mengikuti perkembangan nilai tukar. "Ada dua dua porors, poros Amerika Serikat dan Jepang. Kalau dolar menguat ke Amerika Serikat, kalau yen menguat ke Jepang," katanya.

Karena itu, Ia menjelaskan, dalam situasi menjadi komoditas global itu maka udang juga akan terikat dengan standar lingkungan bila Indonesia ingin memperkuat akses ke pasar tadi.

"Ke Jepang atau Amerika Serikat maka disaat yang sama kita lakukan koreksi terhadap pelaku usaha dalam kegiatan budidaya. Jadi ini penting proses tiga aspek yakni lingkungan, keadilan, dan kesehatan harus sinergi, kita harus segera tangkap sinyal positif," katanya.

Riza yang juga sebagai Tenaga Ahli Kedeputian V Kantor Staf Presiden (KSP) mengungkapkan, pemerintah sedang mendorong keringanan akses permodalan melalui bank mikro nelayan untuk mengembangkan komoditas perikanan.

"Pak Jokowi pada Ramadhan lalu meluncurkan bank mikro nelayan, ini tepat sekali dalam jawab percepatan industri perikanan dalam negeri. Kalau bisa didorong, bisa optimal dalam membesarkan ekonomi," tutur dia.

Di sisi lain, peluang yang besar ini ditambahkan Riza jangan digarap secara serampangan, melainkan ditangkap dengan melakukan koreksi dalam pengelolaan udang pada masa lalu yang secara lingkungan tidak ramah.

"Merusak hutan mangrove, pakai obat kimia, secara sosial tidak ramah karena merugikan petambak, ini harus kita koreksi. Skema perhutanan sosial bisa dilakukan untuk membangun kemitraan yang adil, pemerintah punya lahan diberikan ke masyarakat untuk dimanfaatkan dan dipulihkan," pungkas dia.

Sebelumnya, tujuan utama pasar ekspor mengalami kenaikan ke Amerika Serikat (AS) 12,82%, Jepang naik 8,31%, Asia Tenggara naik 3,42%, China naik 11,28%, dan Uni Eropa naik 9,38%.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3360 seconds (0.1#10.140)