Kekhawatiran Perang Dagang Berlanjut, Bursa Asia Tertekan
A
A
A
TOKYO - Saham-saham di bursa Asia pada sesi perdagangan pagi berguguran di tengah rapuhnya sentimen pasar akibat kekhawatiran mengenai dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan sejumlah China dan Eropa.
Para investor yang khawatir perang dagang akan mengganggu pertumbuhan ekonomi global sejak sebulan terakhir memilih untuk keluar dari aset yang dinilai berisiko.
Asia Pacific MSCI index ex-Japan pagi ini turun 0,66%, meski indeks Nikkei hampir tak berubah. Sementara di China, Shanghai Composite Index terpangkas 0,23%.
Bursa Shanghai di awal pekan ini merosot ke titik terendah dalam dua tahun, dan nilai tukar yuan ikut terpuruk menjelang diberlakukannya tarif oleh AS atas barang-barang impor dari China senilai USD34 miliar 6 Juli mendatang.
Beijing diketahui menyiapkan respons serupa dengan mengenakan tarif atas barang-barang impor dari AS. Perang dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu dikhawatirkan pasar akan merusak pertumbuhan iklim perdagangan dan investasi global.
"Saya mendeteksi peningkatan kecemasan atas tensi perdagangan serta kekhawatiran akan pecahnya perang dagang terbuka, yang datang di saat buruk yaitu ketika ekonomi China tengah menurun dan pada saat yang sama ekonomi AS tengah meningkat," ujar Aninda Mitra, analis BNY Mellon Investment Management yang berbasis di Singapura seperti dikutip Reuters, elasa (3/7/2018).
Di awal pekan ini, yuan yang baru saja mengalami rekor terburuknya selama sebulan terakhir kembali kehilangan posisi terhadap dolar AS. Di perdagangan awal hari ini, tekanan terhadap yuan masih berlanjut.
Sementara di dalam negeri, berdasarkan data dari Limas, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada perdagangan kemarin berakhir di zona merah, kembali melemah di sesi awal perdagangan sebesar 90,83 poin atau 1,58% ke posisi 5.655,94. Sementara rupiah diperdagangkan di Rp14.428 per dolar AS.
Para investor yang khawatir perang dagang akan mengganggu pertumbuhan ekonomi global sejak sebulan terakhir memilih untuk keluar dari aset yang dinilai berisiko.
Asia Pacific MSCI index ex-Japan pagi ini turun 0,66%, meski indeks Nikkei hampir tak berubah. Sementara di China, Shanghai Composite Index terpangkas 0,23%.
Bursa Shanghai di awal pekan ini merosot ke titik terendah dalam dua tahun, dan nilai tukar yuan ikut terpuruk menjelang diberlakukannya tarif oleh AS atas barang-barang impor dari China senilai USD34 miliar 6 Juli mendatang.
Beijing diketahui menyiapkan respons serupa dengan mengenakan tarif atas barang-barang impor dari AS. Perang dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu dikhawatirkan pasar akan merusak pertumbuhan iklim perdagangan dan investasi global.
"Saya mendeteksi peningkatan kecemasan atas tensi perdagangan serta kekhawatiran akan pecahnya perang dagang terbuka, yang datang di saat buruk yaitu ketika ekonomi China tengah menurun dan pada saat yang sama ekonomi AS tengah meningkat," ujar Aninda Mitra, analis BNY Mellon Investment Management yang berbasis di Singapura seperti dikutip Reuters, elasa (3/7/2018).
Di awal pekan ini, yuan yang baru saja mengalami rekor terburuknya selama sebulan terakhir kembali kehilangan posisi terhadap dolar AS. Di perdagangan awal hari ini, tekanan terhadap yuan masih berlanjut.
Sementara di dalam negeri, berdasarkan data dari Limas, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada perdagangan kemarin berakhir di zona merah, kembali melemah di sesi awal perdagangan sebesar 90,83 poin atau 1,58% ke posisi 5.655,94. Sementara rupiah diperdagangkan di Rp14.428 per dolar AS.
(fjo)