Tarif Pesawat Naik Bisa Jadi Bumerang
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan, naiknya beberapa komponen biaya di industri penerbangan, seperti bahan bakar avtur akan berpengaruh ke kinerja maskapai.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, pemerintah terus melakukan evaluasi dengan adanya kenaikan avtur akibat melemahnya nilai tukar rupiah.
"Satu hal yang lazim karena komponen daripada biaya penerbangan naik, khususnya avtur dan dolar Amerika Serikat, sehingga kami sedang mengevaluasi," ujarnya di Jakarta, Kamis (26/7/2018).
Namun, Budi menegaskan, pemerintah harus berhati-hati dalam melakukan revisi tarif batas bawah pesawat agar tidak memberatkan masyarakat.
"Katakan maskapai menaikan satu harga tertentu yang masyarakat tidak mampu itu malah jadi bumerang. Jadi, kita memang mesti hati-hati menetapkannya," katanya.
Budi menambahkan, Kemenhub telah melakukan konsultasi dengan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), juga akan memanggil satu per satu maskapai untuk mendengar aspirasi mereka.
"Ini kan ada dua kutub, kutub industri dan kutub masyarakat. Nah bagaimana equilibrium itu tercipta dengan baik. Ada permintaan penerbangan ke suatu daerah, tapi ada komplen (harga) penerbangan yang tinggi. Jadi, memang kita harus mengatur selama satu tahun itu seperti apa," pungkasnya.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, pemerintah terus melakukan evaluasi dengan adanya kenaikan avtur akibat melemahnya nilai tukar rupiah.
"Satu hal yang lazim karena komponen daripada biaya penerbangan naik, khususnya avtur dan dolar Amerika Serikat, sehingga kami sedang mengevaluasi," ujarnya di Jakarta, Kamis (26/7/2018).
Namun, Budi menegaskan, pemerintah harus berhati-hati dalam melakukan revisi tarif batas bawah pesawat agar tidak memberatkan masyarakat.
"Katakan maskapai menaikan satu harga tertentu yang masyarakat tidak mampu itu malah jadi bumerang. Jadi, kita memang mesti hati-hati menetapkannya," katanya.
Budi menambahkan, Kemenhub telah melakukan konsultasi dengan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), juga akan memanggil satu per satu maskapai untuk mendengar aspirasi mereka.
"Ini kan ada dua kutub, kutub industri dan kutub masyarakat. Nah bagaimana equilibrium itu tercipta dengan baik. Ada permintaan penerbangan ke suatu daerah, tapi ada komplen (harga) penerbangan yang tinggi. Jadi, memang kita harus mengatur selama satu tahun itu seperti apa," pungkasnya.
(ven)