Perguruan Tinggi Diminta Aktif Dukung Era Revolusi Industri
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengajak perguruan tinggi di Indonesia untuk mengambil peran strategis dalam memasuki era perubahan pada revolusi industri 4.0. Langkah kolaboratif triple helix antara pemerintah dengan pelaku industri dan akademisi ini dinilai penting untuk mewujudkan ekosistem yang mendukung penerapan ekonomi digital.
"Industri 4.0 merupakan perjalanan di bidang inovasi dan teknologi. Namun, khusus di Indonesia, yang juga kita pacu adalah empowering human talents. Jadi, kunci kuncinya ada tiga, sumber daya manusia, teknologi dan inovasi," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto dalam siaran pers, Minggu (29/7/2018).
Menperin menjelaskan, pemerintah telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 guna mengimplementasikan revolusi industri generasi keempat. Hal yang sama, kata dia, telah dilakukan negara-negara Asia, seperti India dengan Made in India, dan Thailand dengan Thailand 4.0. Airlangga optimistis, melalui persiapan Making Indonesia 4.0, Indonesia akan menjadi negara 10 besar dengan ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2030.
Dalam mencapai aspirasi nasional itu, sambung dia, upaya yang perlu ditingkatkan adalah pendidikan. Salah satunya, perguruan tinggi menjadi pusat keunggulan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan. Apalagi, ke depan, Indonesia akan memasuki bonus demografi sebagai momentum masa keemasan. Saat ini, di antara negara-negara G20, Indonesia berada di posisi ke-16.
"Beberapa negara telah membuktikan saat berada di dalam golden years, ekonominya bisa lebih tinggi. Tetapi hanya bisa dilakukan apabila mengimplementasikan ekonomi digital," ungkapnya.
Menperin meyakini, penerapan ekonomi digital atau industri 4.0 bakal mampu mendongkrak hingga 1-2% pertumbuhan ekonomi, menambah hingga 10 juta lapangan kerja, dan peningkatan kontribusi industri manufaktur sebesar 25% pada tahun 2030.
Terkait dengan itu, Kemenperin memberikan apresiasi kepada IPB yang telah melahirkan banyak lulusannya dalam mendukung sektor industri. Terlebih lagi, perguruan tinggi ini juga sudah meluncurkan program IPB 4.0. Kemenperin akan mendorong alumni IPB untuk link and match dengan kebutuhan sektor industri saat ini, misalnya industri hasil pertanian, perkebunan, dan kehutanan seperti produsen kertas dan farmasi, serta makanan dan minuman.
"Kami juga minta IPB bisa menjaga sustainabilitas industri dan lingkungan. Contohnya, pengembangan new material berbasis bio, karena sumber daya alam kita cukup melimpah, dan sekarang Indonesia arahnya ke sana," tambahnya.
Menanggapi hal itu, Rektor IPB Arif Satria menyampaikan, pihaknya telah menyiapkan peta jalan pengembangan riset baru dalam rangka menemukan material baru bagi dunia industri di era revolusi industri 4.0. "Sudah banyak negara mengembangkan material baru pertanian untuk industri, seperti di China yang menjadikan rumput laut sebagai bahan baku pengganti katun. Dalam pengembangan riset ini, IPB tidak hanya terpaku pada anggaran pemerintah saja, tetapi bagaimana berkolaborasi dengan industri," ungkapnya.
"Industri 4.0 merupakan perjalanan di bidang inovasi dan teknologi. Namun, khusus di Indonesia, yang juga kita pacu adalah empowering human talents. Jadi, kunci kuncinya ada tiga, sumber daya manusia, teknologi dan inovasi," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto dalam siaran pers, Minggu (29/7/2018).
Menperin menjelaskan, pemerintah telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 guna mengimplementasikan revolusi industri generasi keempat. Hal yang sama, kata dia, telah dilakukan negara-negara Asia, seperti India dengan Made in India, dan Thailand dengan Thailand 4.0. Airlangga optimistis, melalui persiapan Making Indonesia 4.0, Indonesia akan menjadi negara 10 besar dengan ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2030.
Dalam mencapai aspirasi nasional itu, sambung dia, upaya yang perlu ditingkatkan adalah pendidikan. Salah satunya, perguruan tinggi menjadi pusat keunggulan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan. Apalagi, ke depan, Indonesia akan memasuki bonus demografi sebagai momentum masa keemasan. Saat ini, di antara negara-negara G20, Indonesia berada di posisi ke-16.
"Beberapa negara telah membuktikan saat berada di dalam golden years, ekonominya bisa lebih tinggi. Tetapi hanya bisa dilakukan apabila mengimplementasikan ekonomi digital," ungkapnya.
Menperin meyakini, penerapan ekonomi digital atau industri 4.0 bakal mampu mendongkrak hingga 1-2% pertumbuhan ekonomi, menambah hingga 10 juta lapangan kerja, dan peningkatan kontribusi industri manufaktur sebesar 25% pada tahun 2030.
Terkait dengan itu, Kemenperin memberikan apresiasi kepada IPB yang telah melahirkan banyak lulusannya dalam mendukung sektor industri. Terlebih lagi, perguruan tinggi ini juga sudah meluncurkan program IPB 4.0. Kemenperin akan mendorong alumni IPB untuk link and match dengan kebutuhan sektor industri saat ini, misalnya industri hasil pertanian, perkebunan, dan kehutanan seperti produsen kertas dan farmasi, serta makanan dan minuman.
"Kami juga minta IPB bisa menjaga sustainabilitas industri dan lingkungan. Contohnya, pengembangan new material berbasis bio, karena sumber daya alam kita cukup melimpah, dan sekarang Indonesia arahnya ke sana," tambahnya.
Menanggapi hal itu, Rektor IPB Arif Satria menyampaikan, pihaknya telah menyiapkan peta jalan pengembangan riset baru dalam rangka menemukan material baru bagi dunia industri di era revolusi industri 4.0. "Sudah banyak negara mengembangkan material baru pertanian untuk industri, seperti di China yang menjadikan rumput laut sebagai bahan baku pengganti katun. Dalam pengembangan riset ini, IPB tidak hanya terpaku pada anggaran pemerintah saja, tetapi bagaimana berkolaborasi dengan industri," ungkapnya.
(fjo)