Semester I/2018, Laba Bersih Pertamina EP Tumbuh 124,76%
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina EP pada paruh pertama tahun ini mencatatkan kinerja positif dari sisi keuangan maupun produksi. Selain efisiensi, kinerja positif tersebut ditopang oleh meningkatnya harga minyak dan gas belakangan ini.
Anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut hingga Juni 2018 membukukan laba bersih sebesar USD361 juta atau sekitar 65,95% dari target tahun ini, sebesar USD547 juta. Perolehan laba tersebut tumbuh 124,76% jika dibandingkan realisasi laba pada periode yang sama tahun 2017 yang sebesar USD289,4 juta.
"Kenaikan itu ditopang oleh kenaikan harga minyak, yang sekarang rata-rata USD66,28 per barel dari sebelumnya USD48,48 per barel pada periode sama tahun lalu. Kemudian juga oleh harga gas yang rata-rata USD6,07 per MSCF, naik dari USD5,92 tahun lalu," ujar Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf di Jakarta, Jumat (10/8/2018).
Kenaikan harga minyak dan gas tersebut, jelas dia, mendongkrak penjualan Pertamina EP, di mana pada periode tersebut mencapai USD1,458 miliar, naik 118% dari USD1,234 miliar pada periode yang sama tahun 2017. Secara terinci, Pertamina EP mencatat penjualan dalam negeri non-BBM sebesar USD1,442 miliar serta ekspor minyak mentah dan gas USD16,4 juta.
"Realisasi produksi migas Pertamina EP juga naik 101,76% menjadi 252.529 BOEPD (barel setara minyak per hari) pada periode ini dari 248.161 BOEPD di tahun 2017," imbuhnya.
Hingga akhir Juni 2018, lanjut dia, realisasi produksi harian minyak Pertamina EP adalah 76.000 barel per hari (bph) atau 91,65% dari angka RKAP 2018 sebesar 83.000 bph. Sementara produksi gas hingga Juni 2018 mencapai 1.022,4 MMSCFD, di atas target RKAP sebesar 986,110 MMSCFD.
"Secara total produksi migas Pertamina EP sampai akhir Juni 2018 sebesar 252.529 BOEPD atau 99,73% dibandingkan RKAP 2018 sebesar 253.203 BOEPD," paparnya.
Lebih lanjut, Nanang menyebutkan bahwa dari lima aset dan kemitraan, kontributor terbesar produksi minyak adalah Asset 5 di Kalimantan dengan produksi rata-rata 18.530 bph atau sekitar 24% dari total produksi minyak perusahaan.
Sedangkan produksi gas terbesar disumbangkan Asset 2 di Sumatera Selatan sebesar 437,4 MMSCFD atau 43% dari total produksi gas Pertamina EP. "Untuk total produksi migas, ada di Asset 2, yaitu 92.424 BOEPD atau sekitar 37%," imbuhnya.
Nanang menambahkan, Pertamina EP terus aktif melakukan eksplorasi guna meningkatkan cadangan migas. Untuk kegiatan eksplorasi, kata dia, pada periode ini mencapai tujuh sumur di mana tiga di antaranya sudah selesai dan empat lainnya dalam pelaksanaan pemboran. Untuk seismic 2D, sambung dia, telah dilakukan sepanjang 153 km dan 3D seluas 344 km2.
"Pada semester II kami proyeksikan realisasi pemboran mencapai 13 sumur, seismic 2D sepanjang 1.190 km dan 3D seluas 444 km2. Pemboran dilakukan pada beberapa area potensial seperti Akasia Maju dan Pinus Harum di Jawa Barat, Sekarwangi di Sumbagsel dan Wolai di Sulawesi Tengah," ujarnya.
Melalui program-program kerja yang telah dilaksanakan, Nanang optimistis Pertamina EP mampu memenuhi, atau bahkan melampaui target-target yang telah ditetapkan dalam RKAP tahun ini. "Kami juga akan tetap agresif melakukan investasi untuk meningkatkan cadangan di masa mendatang," pungkasnya.
Anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut hingga Juni 2018 membukukan laba bersih sebesar USD361 juta atau sekitar 65,95% dari target tahun ini, sebesar USD547 juta. Perolehan laba tersebut tumbuh 124,76% jika dibandingkan realisasi laba pada periode yang sama tahun 2017 yang sebesar USD289,4 juta.
"Kenaikan itu ditopang oleh kenaikan harga minyak, yang sekarang rata-rata USD66,28 per barel dari sebelumnya USD48,48 per barel pada periode sama tahun lalu. Kemudian juga oleh harga gas yang rata-rata USD6,07 per MSCF, naik dari USD5,92 tahun lalu," ujar Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf di Jakarta, Jumat (10/8/2018).
Kenaikan harga minyak dan gas tersebut, jelas dia, mendongkrak penjualan Pertamina EP, di mana pada periode tersebut mencapai USD1,458 miliar, naik 118% dari USD1,234 miliar pada periode yang sama tahun 2017. Secara terinci, Pertamina EP mencatat penjualan dalam negeri non-BBM sebesar USD1,442 miliar serta ekspor minyak mentah dan gas USD16,4 juta.
"Realisasi produksi migas Pertamina EP juga naik 101,76% menjadi 252.529 BOEPD (barel setara minyak per hari) pada periode ini dari 248.161 BOEPD di tahun 2017," imbuhnya.
Hingga akhir Juni 2018, lanjut dia, realisasi produksi harian minyak Pertamina EP adalah 76.000 barel per hari (bph) atau 91,65% dari angka RKAP 2018 sebesar 83.000 bph. Sementara produksi gas hingga Juni 2018 mencapai 1.022,4 MMSCFD, di atas target RKAP sebesar 986,110 MMSCFD.
"Secara total produksi migas Pertamina EP sampai akhir Juni 2018 sebesar 252.529 BOEPD atau 99,73% dibandingkan RKAP 2018 sebesar 253.203 BOEPD," paparnya.
Lebih lanjut, Nanang menyebutkan bahwa dari lima aset dan kemitraan, kontributor terbesar produksi minyak adalah Asset 5 di Kalimantan dengan produksi rata-rata 18.530 bph atau sekitar 24% dari total produksi minyak perusahaan.
Sedangkan produksi gas terbesar disumbangkan Asset 2 di Sumatera Selatan sebesar 437,4 MMSCFD atau 43% dari total produksi gas Pertamina EP. "Untuk total produksi migas, ada di Asset 2, yaitu 92.424 BOEPD atau sekitar 37%," imbuhnya.
Nanang menambahkan, Pertamina EP terus aktif melakukan eksplorasi guna meningkatkan cadangan migas. Untuk kegiatan eksplorasi, kata dia, pada periode ini mencapai tujuh sumur di mana tiga di antaranya sudah selesai dan empat lainnya dalam pelaksanaan pemboran. Untuk seismic 2D, sambung dia, telah dilakukan sepanjang 153 km dan 3D seluas 344 km2.
"Pada semester II kami proyeksikan realisasi pemboran mencapai 13 sumur, seismic 2D sepanjang 1.190 km dan 3D seluas 444 km2. Pemboran dilakukan pada beberapa area potensial seperti Akasia Maju dan Pinus Harum di Jawa Barat, Sekarwangi di Sumbagsel dan Wolai di Sulawesi Tengah," ujarnya.
Melalui program-program kerja yang telah dilaksanakan, Nanang optimistis Pertamina EP mampu memenuhi, atau bahkan melampaui target-target yang telah ditetapkan dalam RKAP tahun ini. "Kami juga akan tetap agresif melakukan investasi untuk meningkatkan cadangan di masa mendatang," pungkasnya.
(fjo)