Menjaga Industri Manufaktur Jadi Ujung Tombak Perekonomian
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah bertekad memacu sektor industri manufaktur agar terus meningkatkan nilai tambah tinggi, terutama melalui penerapan revolusi industri 4.0. Hal ini sejalan upaya untuk mentrasformasi ekonomi menuju negara yang berbasis industri.
“Aktivitas industri konsisten memberikan multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi nasional, antara lain penerimaan devisa dari eskpor, pajak, dan cukai serta penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak,” ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto di Jakarta, Sabtu (18/8/2018):
Sambung dia menjelaskan, industri pengolahan menjadi kontributor terbesar bagi Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, dengan nilai mencapai 19,83% pada triwulan II tahun 2018. Sementara untuk pertumbuhan industri pengolahan nonmigas, berada di angka 4,41% lebih tinggi dibandingkan capaian di periode yang sama tahun lalu sebesar 3,93%.
Adapun sektor-sektor yang menjadi penopang pertumbuhan industri pengolahan nonmigas di kuartal dua tahun ini, antara lain adalah industri karet, barang dari karet dan plastik yang tumbuh sebesar 11,85%. Kemudian diikuti industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki sebesar 11,38%.
Selanjutnya, pertumbuhan industri makanan dan minuman tembus 8,67 persen, serta industri tekstil dan pakaian jadi mencapai 6,39%. Kinerja dari sektor-sektor manufaktur tersebut mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.
“Tentu sekarang kita harus melihat ke depan, bahwa sektor manufaktur menjadi salah satu ujung tombak perekonomian Indonesia karena kontribusinya mencapai 18-20%. Jadi, kami tetap fokus untuk memperkuat sektor riil di dalam negeri,” paparnya.
“Aktivitas industri konsisten memberikan multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi nasional, antara lain penerimaan devisa dari eskpor, pajak, dan cukai serta penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak,” ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto di Jakarta, Sabtu (18/8/2018):
Sambung dia menjelaskan, industri pengolahan menjadi kontributor terbesar bagi Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, dengan nilai mencapai 19,83% pada triwulan II tahun 2018. Sementara untuk pertumbuhan industri pengolahan nonmigas, berada di angka 4,41% lebih tinggi dibandingkan capaian di periode yang sama tahun lalu sebesar 3,93%.
Adapun sektor-sektor yang menjadi penopang pertumbuhan industri pengolahan nonmigas di kuartal dua tahun ini, antara lain adalah industri karet, barang dari karet dan plastik yang tumbuh sebesar 11,85%. Kemudian diikuti industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki sebesar 11,38%.
Selanjutnya, pertumbuhan industri makanan dan minuman tembus 8,67 persen, serta industri tekstil dan pakaian jadi mencapai 6,39%. Kinerja dari sektor-sektor manufaktur tersebut mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.
“Tentu sekarang kita harus melihat ke depan, bahwa sektor manufaktur menjadi salah satu ujung tombak perekonomian Indonesia karena kontribusinya mencapai 18-20%. Jadi, kami tetap fokus untuk memperkuat sektor riil di dalam negeri,” paparnya.
(akr)