Tingginya Bunga Kredit Bank Ancam Gerus Daya Saing Produk Lokal

Selasa, 28 Agustus 2018 - 14:20 WIB
Tingginya Bunga Kredit Bank Ancam Gerus Daya Saing Produk Lokal
Tingginya Bunga Kredit Bank Ancam Gerus Daya Saing Produk Lokal
A A A
JAKARTA - Tingginya suku bunga kredit perbankan yang mencapai dua digit bakal mendongkrak biaya produksi perusahaan, sehingga akibatnya akan menurunkan daya saing produk lokal di perdagangan international. Seperti diketahui Bank Indonesia (BI) belum lama ini menaikkan suku bunga acuan Indonesia.

"Tingginya suku bunga kredit membuat biaya pendanaan usaha juga meningkat. Sementara, suku bunga kredit yang ada saat ini sudah relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara lainnya," ujar Executive Director & CEO IPMI International Business School sekaligus Pengamat Ekonomi dari IPMI Jimmy Gani dalam diskusi 'Daya Tahan Perbankan di Era Suku Bunga Tinggi' yang digelar lnfobanknews di Kampus IPMI International Business School, Jakarta, Selasa (28/8/2018).

Dia menambahkan, Bank Indonesia pada Juni lalu memang menaikkan suku bunga acuannya menjadi 5,25% yang akan mendorong gairah investasi, khususnya investasi langsung. "Namun, hal ini belum terasa dampaknya terhadap sektor riil," imbuhnya.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, suku bunga kredit perbankan Indonesia berada di kisaran 11,25-13,30% untuk korporasi dan 16-23% untuk kredit mikro. Sementara rerata suku bunga kredit di Malaysia, Singapura, dan Thailand berada pada kisaran 3-7%.

"Ini berarti selisih tingkat bunga kredit perbankan Indonesia atau net interest margin (NIM) mencapai empat kali lipat lebih besar jika dibandingkan negara-negara tetangga," ungkapnya.

Dia juga menilai tingginya suku bunga kredit perbankan yang mencapai dua digit mendongkrak biaya produksi perusahaan sehingga akan menurunkan daya saing produk lokal dalam perdagangan international. "Tingginya suku bunga kredit membuat biaya pendanaan usaha juga meningkat. Sementara, suku bunga kredit yang ada saat ini sudah relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara lainnya," ujar Jimmy.

Sementara Direktur Biro Riset lnfobank, Eko B Supriyanto mengungkapkan, bank-bank akan menaikkan suku bunga sebagai antisipasi untuk mempertahankan NIM. "Tapi, tentu akan menaikkan risiko kredit bermasalah. Saya yakin credit at risk bank akan naik. Risiko terbesar ada di nasabah karena nilai tukar dan pukulan suku bunga tinggi. Salah satu cara termudah adalah meningkatkan dana murah dan meningkatkan efisiensi operasional,” papar dia.

Sementara Direktur BTN, R. Mahelan Prabantarikso memandang, industri perbankan harus mencari cara dan menyiapkan strategi dalam menjalankan bisnisnya. ”Era suku bunga tinggi mendorong bank untuk meningkatkan efisiensi sekaligus governance agar tetap dapat mencetak keuntungan,” tuturnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5742 seconds (0.1#10.140)