Gubernur BI Paparkan Tantangan Tiga Ketidakpastian Global
A
A
A
BALI - Bank Indonesia (BI) menyatakan, ada tantangan dari tiap bank sentral di negara berkembang untuk merespons ketidakpastian global yang terdiri atas tiga poin, mulai dari suku bunga Amerika Serikat (AS) hingga perang dagang antara AS dengan China.
(Baca Juga: Kebijakan BI Didasari Riset Skala InternasionalGubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, ketidakpastian dalam menghadapi ekonomi global yang pertama berkaitan dengan pola pertumbuhan ekonomi global yang diprediksi 3,8% tahun ini dan 3,6% tahun depan banyak bertumpu ke AS.
"Ini pertumbuhan ekonomi kuat itu AS, sejumlah negara alami penurunan pertumbuhan ekonomi. Disini kita sebut pertumbuhan ekonomi dunia tidak didukung dari berbagai belahan yang merata," ujarnya di Bali, Kamis (30/8/2018).
Menguatnya ekonomi AS berdampak terhadap perekonomian China dari perkiraan 6,7% tahun ini, menurun jadi 6,5% tahun depan, serta di Eropa dan Jepang yang tahun ini bagus, kemungkinan juga akan turun tahun depan. "Ekonomi global itu lebih bertumpu ke sumber ekonomi (AS). Kemungkinan (pertumbuhan) enggak bisa lanjut kalau bertumpu ke AS, mestinya yang lain tumbuh," kata Perry
Sementara ketidakpastian kedua yakni suku bunga AS yang kemungkinan naik tahun ini sebanyak empat kali dengan sudah dua kali dilakukan dengan disusul dua kali lagi pada September dan Desember 2018. Menurut Perry ini yang membuat banyak investor menarik dananya dari negara berkembang atau disebut capital outflow karena suku bunga AS naik.
"Investor tarik dananya dari negara berkembang, ingin menanamkan di AS. Ini jadi salah satu sumber tekanan nilai tukar di berbagai dunia, tahun ini banyak negara alami tekanan nilai tukar," katanya.
Selanjutnya ketidakpastian ketiga datang dari perang dagang antara AS dengan China yang menimbulkan ketegangan, sehingga banyak investor menarik dananya. "Ini timbulkan ketegangan perdagangan, membuat ketidakpastian investor. Ini timbulkan tekanan di berbagai dunia dengan keluarnya modal asing di berbagai negara," pungkasnya.
(Baca Juga: Kebijakan BI Didasari Riset Skala InternasionalGubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, ketidakpastian dalam menghadapi ekonomi global yang pertama berkaitan dengan pola pertumbuhan ekonomi global yang diprediksi 3,8% tahun ini dan 3,6% tahun depan banyak bertumpu ke AS.
"Ini pertumbuhan ekonomi kuat itu AS, sejumlah negara alami penurunan pertumbuhan ekonomi. Disini kita sebut pertumbuhan ekonomi dunia tidak didukung dari berbagai belahan yang merata," ujarnya di Bali, Kamis (30/8/2018).
Menguatnya ekonomi AS berdampak terhadap perekonomian China dari perkiraan 6,7% tahun ini, menurun jadi 6,5% tahun depan, serta di Eropa dan Jepang yang tahun ini bagus, kemungkinan juga akan turun tahun depan. "Ekonomi global itu lebih bertumpu ke sumber ekonomi (AS). Kemungkinan (pertumbuhan) enggak bisa lanjut kalau bertumpu ke AS, mestinya yang lain tumbuh," kata Perry
Sementara ketidakpastian kedua yakni suku bunga AS yang kemungkinan naik tahun ini sebanyak empat kali dengan sudah dua kali dilakukan dengan disusul dua kali lagi pada September dan Desember 2018. Menurut Perry ini yang membuat banyak investor menarik dananya dari negara berkembang atau disebut capital outflow karena suku bunga AS naik.
"Investor tarik dananya dari negara berkembang, ingin menanamkan di AS. Ini jadi salah satu sumber tekanan nilai tukar di berbagai dunia, tahun ini banyak negara alami tekanan nilai tukar," katanya.
Selanjutnya ketidakpastian ketiga datang dari perang dagang antara AS dengan China yang menimbulkan ketegangan, sehingga banyak investor menarik dananya. "Ini timbulkan ketegangan perdagangan, membuat ketidakpastian investor. Ini timbulkan tekanan di berbagai dunia dengan keluarnya modal asing di berbagai negara," pungkasnya.
(akr)