Tingkatkan Produksi, Kementan Bersama PBNU Tanam Jagung 73.000 ha
A
A
A
LAMPUNG - Kementerian Pertanian (Kementan) bersama PBNU melakukan tanam perdana jagung serentak di seluruh Indonesia yang mencakup seluas 73.051 ha yang meliputi Provinsi Lampung, Bengkulu, Kalimantan Timur, Jawa Barat, NTB dan Jawa Timur. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman melakukan tanam perdana di Kabupaten Pringsewu, Lampung, Selasa (4/9) dengan melibatkan beberapa pesantren.
Dalam kerja sama ini diberikan bantuan benih jagung di Pringsewu sebanyak 45 ton untuk 3.006 ha yang nilainya mencapai Rp1,9 miliar. Kementan pun memberikan bantuan untuk Kabupaten Pringsewu berupa padi gogo 1.050 ha, traktor 2 roda 10 unit, pompa air 10 unit, cultivator 5 unit.
Selain itu, Kementan juga memberikan bantuan untuk Provinsi Lampung berupa bibit kopi robusta 830 ha sebanyak 830.000 batang, peremajaan kakao 270 ha dengan bantuan bibit 270.000 batang, rehabilitasi lada 1.125 ha bantuan bibitnya 900.000 batang dan rehabilitasi pala 200 ha bantuan bibitnya 12.000 batang.
Amran mengatakan, tanam perdana jagung ini merupakan realisasi dari kerja sama Kementan dengan PBNU di tahun 2018 yang totalnya 100 ribu ha. Kerja sama dimaksudkan untuk mendorong peningkatan produksi jagung nasional, sehingga ekspor jagung terus ditingkatkan dan juga berdampak langsung pada perekonomian umat.
“Hal tersebut sejalan dengan apa yang diinginkan oleh Presiden Joko Widodo untuk mengentaskan kemiskinan. Kita harus menyanyangi rakyat," ucapnya dalam agenda tersebut.
Dia mengutarakan, berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) I Produksi Tanaman Pangan 2018, produksi jagung 2018 ditargetkan 30,05 juta ton atau naik 7,34% dari 2017. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi jagung dengan kontribusinya terhadap produksi nasional mencapai 8,6%.
“Target ini optimis bisa dicapai karena luas panen jagung tahun ini mencapai 5,73 juta ha. Khusus di Lampung, luas panen jagung mencapai 486.313 ha dengan produktivitasnya 5,3 ton per ha, sehingga total produksi mencapai 2,58 juta ton,” ungkapnya.
Sambung dia mengungkapkan, dalam empat tahun terakhir, produksi jagung telah meningkat secara signifikan. Lihat saja data BPS, pada tahun 2014 produksi jagung di Indonesia sebesar 19,0 juta ton. Peningkatan produksi mulai terjadi pada tahun 2015 menjadi 19,6 juta ton. Pada tahun 2016 produksi jagung masih melanjutkan tren peningkatan dengan capaian produksi 23,6 juta ton. Puncaknya, pada tahun 2017 produksi jagung sudah mencapai 28,94 juta ton.
“Produksi ini meningkat 22,4 persen dibanding tahun sebelumnya. Alhasil, Indonesia tidak mengimpor jagung pada tahun 2017, bahkan telah ekspor ke berbagai negara. Tak hanya jagung, ekspor komoditas pertanian tahun 2017 naik 24%,” jelasnya.
Padahal pada 2015, sambungnya, Indonesia impor jagung 3,5 juta ton, tapi dengan digenjot program jagungisasi, impor 2016 turun 62% dan 2017 tidak ada impor jagung pakan ternak. Di tahun 2018 ini, Indonesia sudah ekspor jagung ratusan ribu ton.
“Jika tidak ada Program Upaya Khusus, Indonesia akan impor 4 sampai 5 juta ton. Baru-baru ini, keberhasilan jagung kita diapresiasi Presiden Namibia, Hage Gottfried Geingob. Indonesia kini mampu swasembada pangan dan mengekspor jagung dengan sistem pengairan di area persawahan yang baik tanpa terpengaruh musim,” katanya.
Begitupun dengan Bupati Pringsewu, Sujadi yang mengatakan berbagai bantuan Kementan sangat bermanfaat bagi petani, sehingga Kabupaten Pringsewu sampai hari ini tetap swasembada pangan. “Mari kita sambut dan sukseskan program Kementan sehingga pangan Indonesia terus tersedia,” ucapnya dalam agenda yang sama.
Sementara itu, Ketua Bidang Ekonomi PBNU, Umarsyah mengatakan kerja sama Kementan dengan PBNU dimaksudkan untuk mendorong peningkatan produksi jagung nasional, sehingga swasembada jagung terus terjaga dan petani semakin sejahtera. Selain itu, untuk menyelesaikan segala persoalan petani.
“Misalnya kesulitan modal dan ketika panen raya, harga jatuh. Inilah tujuan PBNU berjalan bareng Kementan untuk menyelesaikan ini dengan membangun mitra kerja. BNI dan BRI kami ajak memberikan kredit usaha raykat kepada petani dengan bunga rendah,” ucapnya.
Menurutnya, program ini tidak lagi membuat petani kesulitan modal dan ketika panen Kementan diharapkan memberikan pengering jagung dan menyediakan pembeli, sehingga tidak perlu khawatir harga jatuh.
Ke depan, lanjut Umarsyah, kerja sama Kementan dengan PBNU tidak hanya budidaya jagung, tetapi juga pada budidaya padi dan kedelai. Dengan begitu, swasembada padi, jagung dan kedelai bisa diwujudkan. “Ini penting agar keanehan negara kita yang subur yaitu impor bisa terhapuskan. Indonesia tidak lagi sedikit-sedikit impor. Kita harus kita hentikan,” tegasnya.
Dalam kerja sama ini diberikan bantuan benih jagung di Pringsewu sebanyak 45 ton untuk 3.006 ha yang nilainya mencapai Rp1,9 miliar. Kementan pun memberikan bantuan untuk Kabupaten Pringsewu berupa padi gogo 1.050 ha, traktor 2 roda 10 unit, pompa air 10 unit, cultivator 5 unit.
Selain itu, Kementan juga memberikan bantuan untuk Provinsi Lampung berupa bibit kopi robusta 830 ha sebanyak 830.000 batang, peremajaan kakao 270 ha dengan bantuan bibit 270.000 batang, rehabilitasi lada 1.125 ha bantuan bibitnya 900.000 batang dan rehabilitasi pala 200 ha bantuan bibitnya 12.000 batang.
Amran mengatakan, tanam perdana jagung ini merupakan realisasi dari kerja sama Kementan dengan PBNU di tahun 2018 yang totalnya 100 ribu ha. Kerja sama dimaksudkan untuk mendorong peningkatan produksi jagung nasional, sehingga ekspor jagung terus ditingkatkan dan juga berdampak langsung pada perekonomian umat.
“Hal tersebut sejalan dengan apa yang diinginkan oleh Presiden Joko Widodo untuk mengentaskan kemiskinan. Kita harus menyanyangi rakyat," ucapnya dalam agenda tersebut.
Dia mengutarakan, berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) I Produksi Tanaman Pangan 2018, produksi jagung 2018 ditargetkan 30,05 juta ton atau naik 7,34% dari 2017. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi jagung dengan kontribusinya terhadap produksi nasional mencapai 8,6%.
“Target ini optimis bisa dicapai karena luas panen jagung tahun ini mencapai 5,73 juta ha. Khusus di Lampung, luas panen jagung mencapai 486.313 ha dengan produktivitasnya 5,3 ton per ha, sehingga total produksi mencapai 2,58 juta ton,” ungkapnya.
Sambung dia mengungkapkan, dalam empat tahun terakhir, produksi jagung telah meningkat secara signifikan. Lihat saja data BPS, pada tahun 2014 produksi jagung di Indonesia sebesar 19,0 juta ton. Peningkatan produksi mulai terjadi pada tahun 2015 menjadi 19,6 juta ton. Pada tahun 2016 produksi jagung masih melanjutkan tren peningkatan dengan capaian produksi 23,6 juta ton. Puncaknya, pada tahun 2017 produksi jagung sudah mencapai 28,94 juta ton.
“Produksi ini meningkat 22,4 persen dibanding tahun sebelumnya. Alhasil, Indonesia tidak mengimpor jagung pada tahun 2017, bahkan telah ekspor ke berbagai negara. Tak hanya jagung, ekspor komoditas pertanian tahun 2017 naik 24%,” jelasnya.
Padahal pada 2015, sambungnya, Indonesia impor jagung 3,5 juta ton, tapi dengan digenjot program jagungisasi, impor 2016 turun 62% dan 2017 tidak ada impor jagung pakan ternak. Di tahun 2018 ini, Indonesia sudah ekspor jagung ratusan ribu ton.
“Jika tidak ada Program Upaya Khusus, Indonesia akan impor 4 sampai 5 juta ton. Baru-baru ini, keberhasilan jagung kita diapresiasi Presiden Namibia, Hage Gottfried Geingob. Indonesia kini mampu swasembada pangan dan mengekspor jagung dengan sistem pengairan di area persawahan yang baik tanpa terpengaruh musim,” katanya.
Begitupun dengan Bupati Pringsewu, Sujadi yang mengatakan berbagai bantuan Kementan sangat bermanfaat bagi petani, sehingga Kabupaten Pringsewu sampai hari ini tetap swasembada pangan. “Mari kita sambut dan sukseskan program Kementan sehingga pangan Indonesia terus tersedia,” ucapnya dalam agenda yang sama.
Sementara itu, Ketua Bidang Ekonomi PBNU, Umarsyah mengatakan kerja sama Kementan dengan PBNU dimaksudkan untuk mendorong peningkatan produksi jagung nasional, sehingga swasembada jagung terus terjaga dan petani semakin sejahtera. Selain itu, untuk menyelesaikan segala persoalan petani.
“Misalnya kesulitan modal dan ketika panen raya, harga jatuh. Inilah tujuan PBNU berjalan bareng Kementan untuk menyelesaikan ini dengan membangun mitra kerja. BNI dan BRI kami ajak memberikan kredit usaha raykat kepada petani dengan bunga rendah,” ucapnya.
Menurutnya, program ini tidak lagi membuat petani kesulitan modal dan ketika panen Kementan diharapkan memberikan pengering jagung dan menyediakan pembeli, sehingga tidak perlu khawatir harga jatuh.
Ke depan, lanjut Umarsyah, kerja sama Kementan dengan PBNU tidak hanya budidaya jagung, tetapi juga pada budidaya padi dan kedelai. Dengan begitu, swasembada padi, jagung dan kedelai bisa diwujudkan. “Ini penting agar keanehan negara kita yang subur yaitu impor bisa terhapuskan. Indonesia tidak lagi sedikit-sedikit impor. Kita harus kita hentikan,” tegasnya.
(akr)