Tetra Pak Index 2018 Paparkan Tren Belanja Konsumen di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa teknologi telah menjadi bagian penting dalam aktivitas sehari-hari, termasuk mempengaruhi pengalaman berbelanja seseorang. Konsumen kini kian beralih dari aktivitas belanja konvensional dengan cara mendatangi toko fisik di beragam lokasi (offline) ke belanja secara digital (online). Kini, konsumen dapat membeli apa pun, kapan pun, dan di mana pun langsung dari genggaman tangan mereka. Laju pertumbuhan industri e-commerce di Indonesia pun kian meningkat.
Di tahun 2015 lalu, Indonesia memiliki 18 juta konsumen yang berbelanja secara online dan diharapkan untuk terus tumbuh hingga 119 juta pada tahun 2020 berkat populasi muda yang besar. Ditambah efek lainnya penetrasi perangkat-perangkat mobile dengan harga yang terjangkau, investasi besar (termasuk kerja sama) dari para investor asing.
Selanjutnya evolusi infrastruktur pembayaran yang memungkinkan pelanggan untuk melakukan pembelanjaan secara online tanpa rekening bank serta pertumbuhan ekonomi yang semakin kuat. Selain itu, konsumen di Indonesia semakin lebih akrab dengan dunia e-commerce, dilihat dari hasil pencarian kata kunci yang semakin spesifik.
Berangkat dari pemahaman inilah, perusahaan pemrosesan dan pengemasan makanan serta minuman terdepan di dunia, Tetra Pak, merilis ‘Tetra Pak Index’, sebuah riset tahunan yang diadakan di beberapa negara termasuk Indonesia. Hal itu guna mempelajari tren belanja pangan di era omnichannel serta bagaimana pengalaman tersebut dapat menghadirkan kesempatan unik bagi industri makanan dan minuman.
Riset yang memasuki tahun kesebelas ini juga menjelaskan pentingnya peranan kemasan produk dalam perjalanan belanja konsumen di era pemasaran berbasis omnichannel ini. Untuk mampu bersaing di era omnichannel, para pengusaha harus berusaha untuk menawarkan pengalaman berbelanja secara online yang dipersonalisasi untuk para konsumennya.
Salah satu aktivitas belanja online yaitu belanja makanan dan minuman secara online (e-grocery), kini dipandang sebagai katalis untuk transformasi e-commerce yang lebih luas. Cara belanja e-grocery pun kian digemari di seluruh dunia sesuai dengan hasil riset Tetra Pak Index 2018. E-grocery telah dipandang sebagai sebagai cara belanja baru yang menyegarkan bagi konsumen, terutama bagi mereka yang terbiasa dengan belanja pangan secara offline.
Jenis produk tersedia dan dapat diakses secara online kurang lebih sama dengan yang ditawarkan di toko-toko, termasuk makanan dan minuman dalam kemasan. “Berdasarkan riset Tetra Pak Index di Indonesia, sebanyak 1,2% konsumen di Jakarta telah berbelanja pangan secara online pada tahun 2016 dan angka ini diharapkan untuk terus tumbuh hingga 5,4% pada tahun 2030,” ujar Communications Manager Tetra Pak Indonesia Gabrielle Angriani di Jakarta, Rabu (5/9/2018).
Sementara itu kegiatan belanja di pasar tradisonal mungkin akan menurun pada tahun 2030 menjadi 46,6% dari sebelumnya di angka 56,3% pada tahun 2016.
Tren belanja konsumen Indonesia yang perlahan beralih ke e-grocery disambut dengan sangat baik oleh para e-commerce, khususnya Bukalapak. Di Jakarta sendiri, e-grocery berkompetisi langsung dengan minimarket dan supermarket karena permintaan konsumen akan pengalaman belanja yang mudah dan cepat, serta akses internet yang membaik.” ujar Rahmat Danu Andika, Associate Vice President of O2O Business Bukalapak.
Sebagai contoh, di Bukalapak, untuk kategori RTD saja tercatat puluhan juta minuman terjual di semester 1 2018 melalui marketplace dan melalui distribusi ke UKM Warung di seluruh Indonesia,
Selain membahas tentang tren e-grocery, hasil riset Tetra Pak Index juga memberikan wawasan tentang empat faktor utama yang mempengaruhi pasar e-grocery, yaitu: 1) Kemudahan, penentu utama dalam aktivitas belanja online akibat meningkatnya permintaan konsumen akan produk yang mudah dan nyaman di dapat serta kemasan yang praktis.
2) Teknologi dan Kinerja yang terus mengubah rantai pasokan (supply chain), terutama dalam hal kecepatan pengiriman barang yang diprediksikan dapat dikirimkan dalam waktu 10 menit pada tahun 2025 serta perilaku belanja konsumen secara menyeluruh, contohnya pola belanja konsumen dengan jumlah sedikit namun dengan frekuensi yang lebih sering;
3) Keberlanjutan, dimana konsumen mulai peduli akan pentingnya menggunakan produk dari perusahaan yang peduli akan isu lingkungan hidup, termasuk isu penggunaan plastik, daur ulang serta ekonomi melingkar (circular economy) yang menjadi sorotan utama belakangan ini.
Serta 4) Personal dan Unik, brand berupaya menghadirkan produk yang dapat dipersonalisasi bagi pembeli sebagai pembeda dari produk lainnya di pasaran, serta untuk meningkatkan loyalitas dan penjualan.
“Riset kami membuktikan bahwa daya tahan dan efisiensi kemasan menjadi persyaratan penting dalam kegiatan belanja online. Bahkan hasil riset pun menunjukkan bahwa kemasan yang efisien secara berat maupun ruang dapat memberikan pengurangan volume transportasi sebesar 30-50%,” tambah Gabrielle.
Keempat faktor di atas mempengaruhi cara pengusaha dan perusahaan melakukan bisnis, khususnya proses dalam pengemasan produk untuk para konsumen. "Sebagai pelopor di kategori e-grocery, kami berkomitmen untuk menjaga kualitas produk dari pembelian hingga sampai ke tangan konsumen,” ujar Managing Director HappyFresh Indonesia Filippo Candrini.
"Kami mempekerjakan personal shopper yang telah diberikan pelatihan khusus untuk dapat memilih produk berkualitas serta mengemasnya dengan aman sebelum menyampaikannya ke tangan kurir untuk diantarkan dalam box tertutup. Konsumen telah memberikan kepercayaannya kepada kami untuk memilih serta menjaga produk-produk yang nantinya akan dinikmati oleh seluruh keluarga," jelasnya.
Dia menegaskan, memastikan produk yang diterima memiliki kualitas yang sama seperti pada saat konsumen memilihnya secara langsung di supermarket merupakan prioritas utama HappyFresh.
Sebagai perusahaan yang menawarkan solusi pemrosesan serta pengemasan bagi makanan dan minuman, Tetra Pak menawarkan inovasi terbaru dalam era omnichannel ini melalui teknologi Kemasan menggunakan QR Code unik dan Radio-Frequency Identification (RFID). Teknologi pengemasan cerdas dengan QR Code unik memungkinkan setiap paket produk untuk diberikan tanda pengenal yang unik/berbeda.
Kode-kode ini dapat dibaca oleh perangkat pemindaian data atau smartphone biasa. Inovasi tersebut memungkinkan adanya interaksi antara produk dengan konsumen untuk berbagi informasi seputar sumber bahan dasar, fakta nutrisi, maupun aktivitas promosi dan informasi lingkungan.Di saat yang sama, dengan wawasan yang ditangkap melalui kode-kode digital ini, brand dapat terus meningkatkan pengalaman belanja dan membuatnya lebih personal bagi konsumen. Dengan mengaplikasikan teknologi QR Code unik dan RFID, pengusaha serta perusahaan akan terbantukan dalam memenangkan era omnichannel.
Di tahun 2015 lalu, Indonesia memiliki 18 juta konsumen yang berbelanja secara online dan diharapkan untuk terus tumbuh hingga 119 juta pada tahun 2020 berkat populasi muda yang besar. Ditambah efek lainnya penetrasi perangkat-perangkat mobile dengan harga yang terjangkau, investasi besar (termasuk kerja sama) dari para investor asing.
Selanjutnya evolusi infrastruktur pembayaran yang memungkinkan pelanggan untuk melakukan pembelanjaan secara online tanpa rekening bank serta pertumbuhan ekonomi yang semakin kuat. Selain itu, konsumen di Indonesia semakin lebih akrab dengan dunia e-commerce, dilihat dari hasil pencarian kata kunci yang semakin spesifik.
Berangkat dari pemahaman inilah, perusahaan pemrosesan dan pengemasan makanan serta minuman terdepan di dunia, Tetra Pak, merilis ‘Tetra Pak Index’, sebuah riset tahunan yang diadakan di beberapa negara termasuk Indonesia. Hal itu guna mempelajari tren belanja pangan di era omnichannel serta bagaimana pengalaman tersebut dapat menghadirkan kesempatan unik bagi industri makanan dan minuman.
Riset yang memasuki tahun kesebelas ini juga menjelaskan pentingnya peranan kemasan produk dalam perjalanan belanja konsumen di era pemasaran berbasis omnichannel ini. Untuk mampu bersaing di era omnichannel, para pengusaha harus berusaha untuk menawarkan pengalaman berbelanja secara online yang dipersonalisasi untuk para konsumennya.
Salah satu aktivitas belanja online yaitu belanja makanan dan minuman secara online (e-grocery), kini dipandang sebagai katalis untuk transformasi e-commerce yang lebih luas. Cara belanja e-grocery pun kian digemari di seluruh dunia sesuai dengan hasil riset Tetra Pak Index 2018. E-grocery telah dipandang sebagai sebagai cara belanja baru yang menyegarkan bagi konsumen, terutama bagi mereka yang terbiasa dengan belanja pangan secara offline.
Jenis produk tersedia dan dapat diakses secara online kurang lebih sama dengan yang ditawarkan di toko-toko, termasuk makanan dan minuman dalam kemasan. “Berdasarkan riset Tetra Pak Index di Indonesia, sebanyak 1,2% konsumen di Jakarta telah berbelanja pangan secara online pada tahun 2016 dan angka ini diharapkan untuk terus tumbuh hingga 5,4% pada tahun 2030,” ujar Communications Manager Tetra Pak Indonesia Gabrielle Angriani di Jakarta, Rabu (5/9/2018).
Sementara itu kegiatan belanja di pasar tradisonal mungkin akan menurun pada tahun 2030 menjadi 46,6% dari sebelumnya di angka 56,3% pada tahun 2016.
Tren belanja konsumen Indonesia yang perlahan beralih ke e-grocery disambut dengan sangat baik oleh para e-commerce, khususnya Bukalapak. Di Jakarta sendiri, e-grocery berkompetisi langsung dengan minimarket dan supermarket karena permintaan konsumen akan pengalaman belanja yang mudah dan cepat, serta akses internet yang membaik.” ujar Rahmat Danu Andika, Associate Vice President of O2O Business Bukalapak.
Sebagai contoh, di Bukalapak, untuk kategori RTD saja tercatat puluhan juta minuman terjual di semester 1 2018 melalui marketplace dan melalui distribusi ke UKM Warung di seluruh Indonesia,
Selain membahas tentang tren e-grocery, hasil riset Tetra Pak Index juga memberikan wawasan tentang empat faktor utama yang mempengaruhi pasar e-grocery, yaitu: 1) Kemudahan, penentu utama dalam aktivitas belanja online akibat meningkatnya permintaan konsumen akan produk yang mudah dan nyaman di dapat serta kemasan yang praktis.
2) Teknologi dan Kinerja yang terus mengubah rantai pasokan (supply chain), terutama dalam hal kecepatan pengiriman barang yang diprediksikan dapat dikirimkan dalam waktu 10 menit pada tahun 2025 serta perilaku belanja konsumen secara menyeluruh, contohnya pola belanja konsumen dengan jumlah sedikit namun dengan frekuensi yang lebih sering;
3) Keberlanjutan, dimana konsumen mulai peduli akan pentingnya menggunakan produk dari perusahaan yang peduli akan isu lingkungan hidup, termasuk isu penggunaan plastik, daur ulang serta ekonomi melingkar (circular economy) yang menjadi sorotan utama belakangan ini.
Serta 4) Personal dan Unik, brand berupaya menghadirkan produk yang dapat dipersonalisasi bagi pembeli sebagai pembeda dari produk lainnya di pasaran, serta untuk meningkatkan loyalitas dan penjualan.
“Riset kami membuktikan bahwa daya tahan dan efisiensi kemasan menjadi persyaratan penting dalam kegiatan belanja online. Bahkan hasil riset pun menunjukkan bahwa kemasan yang efisien secara berat maupun ruang dapat memberikan pengurangan volume transportasi sebesar 30-50%,” tambah Gabrielle.
Keempat faktor di atas mempengaruhi cara pengusaha dan perusahaan melakukan bisnis, khususnya proses dalam pengemasan produk untuk para konsumen. "Sebagai pelopor di kategori e-grocery, kami berkomitmen untuk menjaga kualitas produk dari pembelian hingga sampai ke tangan konsumen,” ujar Managing Director HappyFresh Indonesia Filippo Candrini.
"Kami mempekerjakan personal shopper yang telah diberikan pelatihan khusus untuk dapat memilih produk berkualitas serta mengemasnya dengan aman sebelum menyampaikannya ke tangan kurir untuk diantarkan dalam box tertutup. Konsumen telah memberikan kepercayaannya kepada kami untuk memilih serta menjaga produk-produk yang nantinya akan dinikmati oleh seluruh keluarga," jelasnya.
Dia menegaskan, memastikan produk yang diterima memiliki kualitas yang sama seperti pada saat konsumen memilihnya secara langsung di supermarket merupakan prioritas utama HappyFresh.
Sebagai perusahaan yang menawarkan solusi pemrosesan serta pengemasan bagi makanan dan minuman, Tetra Pak menawarkan inovasi terbaru dalam era omnichannel ini melalui teknologi Kemasan menggunakan QR Code unik dan Radio-Frequency Identification (RFID). Teknologi pengemasan cerdas dengan QR Code unik memungkinkan setiap paket produk untuk diberikan tanda pengenal yang unik/berbeda.
Kode-kode ini dapat dibaca oleh perangkat pemindaian data atau smartphone biasa. Inovasi tersebut memungkinkan adanya interaksi antara produk dengan konsumen untuk berbagi informasi seputar sumber bahan dasar, fakta nutrisi, maupun aktivitas promosi dan informasi lingkungan.Di saat yang sama, dengan wawasan yang ditangkap melalui kode-kode digital ini, brand dapat terus meningkatkan pengalaman belanja dan membuatnya lebih personal bagi konsumen. Dengan mengaplikasikan teknologi QR Code unik dan RFID, pengusaha serta perusahaan akan terbantukan dalam memenangkan era omnichannel.
(akr)