Neraca Dagang Defisit, Sri Mulyani: Tak Ada Masalah di Kebijakan Makro

Senin, 24 September 2018 - 15:35 WIB
Neraca Dagang Defisit,...
Neraca Dagang Defisit, Sri Mulyani: Tak Ada Masalah di Kebijakan Makro
A A A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa pemerintah sejatinya sangat optimis dengan kondisi ekonomi Indonesia di Tahun ini. Hal ini lantaran pada semester II/2017, lalu ekonomi di Tanah Air menunjukkan pertumbuhan signifikan baik dilihat dari sisi agregat demand maupun agregat supply.

Dia menyebutkan, pada periode tahun lalu baik ekspor maupun impor tumbuh cukup baik. Hal ini pun terlihat dari pertumbuhan kredit perbankan yang mulai meningkat di semester II/2017.

"External balance kita terlihat ekspor tumbuh positif dan itu suatu perubahan. Kalau bicara siklus, ini sudah mencapai lowest kemudian naik," jelas Sri Mulyani dalam acara Indonesia Economic Forum (IEO19 Forum) di Gedung BKF, Jakarta, Senin (24/9/2018).

Namun, lanjut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, dinamika ekonomi di tahun ini mulai muncul ketika melihat kenyataan bahwa pertumbuhan impor ternyata jauh lebih cepat dibanding ekspor. Sehingga, current account deficit (CAD) pun sudah mencapai USD13,5 miliar di semester I/2018.

"Kita bertanya why? Apa pemerintah buat policy yang membuat capitalnya tidak inflowing. Tapi yang malah justru dilakukan pemerintah adalah melakukan OSS, Kita simplify. Berarti dalam hal investment policy, justru kita makin mudah. EODB dari 110 menjadi 70 itu lompatan signifikan," imbuh dia.

Tak hanya itu, kebijakan makro yang diambil otoritas di Tanah Air pun semakin kredibel. Misalnya, Bank Indonesia (BI) hingga saat ini senantiasa menjaga inflasi di level yang rendah yaitu 3,5%. Kemudian, pemerintah pun juga menjaga defisit di bawah 3%, serta infrastruktur yang dibangun pemerintah pun sudah mulai menunjukkan hasil.

"So nothing things in macro policy (tidak ada masalah dalam kebijakan makro), dan infrastruktur yang dibangun pemerintah sudah mulai pickup," tuturnya.

Masih menurut Sri Mulyani, pemerintah pun mengidentifikasi penyebab neraca pembayaran Indonesia yang masih defisit di tengah kebijakan fiskal dan makro yang semakin kredibel. Menurutnya, hal ini salah satunya karena kebijakan Amerika Serikat (AS) yang menaikkan tingkat suku bunganya dan memutuskan untuk mengambil kebijakan yang proteksionis.

"Waktu kemudian interest rate Fed naik, ditambah dengan policy AS yang very protective, itu membuat dan memunculkan dinamika capital flow. Maka kita lihat neraca pembayaran kita kayak episode film bergerak dari satu line ke another line. Kita lihat capital flow banyak kembali ke AS, mencari tempat yang lebih save. Ini yang kemudian banyak negara merasa big surprise," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6573 seconds (0.1#10.140)