Luhut Luncurkan Obligasi Berkelanjutan Demi Biayai Perkebunan Karet
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan memperkenalkan Tropical Landscapes Finance Facility (TLFF) yakni, Obligasi Berkelanjutan (Sustainable bond) dengan jumlah senilai USD95 juta. Hal ini sebuah inisiatif yang didukung oleh pemerintah dan difasilitasi oleh UN Environment, World Agroforestry Centre, ADM Capital, dan BNP Paribas. Apalagi, obligasi ini bakal membiayai perkebunanan karet secara berkelanjutan.
“Ini akan digunakan untuk membiayai perkebunan karet secara berkelanjutan di lahan terdegradasi di Provinsi Jambi dan Kalimantan Timur. Area yang ditanami akan berfungsi sebagai zona penyangga untuk melindungi taman nasional yang terancam oleh perambahan,” ujar Menko Luhut dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa (25/9/2018).
Sambung dia menambahkan, ada sekitar 45.000 dari 88.000 hektar akan dicadangkan untuk mata pencaharian masyarakat lokal dan kegiatan konservasi. Dari kegiatan ini diharapkan dapat membuka 16.000 lapangan pekerjaan Tujuan dari kegiatan seperti ini, lanjutnya untuk menjaga keseimbangan antara kewajiban pemerintah dalam memberi lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya sambil melakukan perlindungan terhadap lingkungan. Cerita lainnya adalah perkebunan kelapa sawit.
“Pembangunan industri sawit berkelanjutan dapat memainkan peran besar dalam mencapai SDGs, terutama dalam pengentasan kemiskinan. Di Indonesia, sektor minyak sawit mempekerjakan sekitar 17,5 juta orang muda dan tua secara langsung atau tidak langsung. Melalui TLFF kami berharap tahun depan kami bisa mendapat satu miliar dolar AS untuk membiayai penanaman kembali perkebunan kelapa sawit skala kecil (petani),” paparnya.
Pemerintah, kata Menko Luhut, memahami ada beberapa kekhawatiran tentang dampak lingkungan, namun Indonesia terus mendorong sektor industrinya untuk menerapkan produksi minyak sawit berkelanjutan yang sesuai dengan SDGs. “Platform kolaborasi publik-swasta seperti fasilitas pembiayaan TLFF ini membantu menerjemahkan komitmen politik untuk mencapai SDGs," ungkap dia.
"Banyak instrumen dan mekanisme keuangan inovatif telah menghasilkan dampak luar biasa dengan mengintegrasikan isu-isu sosial ke dalam sistem keuangan. Namun, inovasi harus didasarkan pada tiga tujuan utama yaitu menjaga stabilitas sistem keuangan, kesejahteraan masyarakat, dan memberikan generasi muda kita sebuah lingkungan dan alam yang bersih,” tandasnya.
“Ini akan digunakan untuk membiayai perkebunan karet secara berkelanjutan di lahan terdegradasi di Provinsi Jambi dan Kalimantan Timur. Area yang ditanami akan berfungsi sebagai zona penyangga untuk melindungi taman nasional yang terancam oleh perambahan,” ujar Menko Luhut dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa (25/9/2018).
Sambung dia menambahkan, ada sekitar 45.000 dari 88.000 hektar akan dicadangkan untuk mata pencaharian masyarakat lokal dan kegiatan konservasi. Dari kegiatan ini diharapkan dapat membuka 16.000 lapangan pekerjaan Tujuan dari kegiatan seperti ini, lanjutnya untuk menjaga keseimbangan antara kewajiban pemerintah dalam memberi lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya sambil melakukan perlindungan terhadap lingkungan. Cerita lainnya adalah perkebunan kelapa sawit.
“Pembangunan industri sawit berkelanjutan dapat memainkan peran besar dalam mencapai SDGs, terutama dalam pengentasan kemiskinan. Di Indonesia, sektor minyak sawit mempekerjakan sekitar 17,5 juta orang muda dan tua secara langsung atau tidak langsung. Melalui TLFF kami berharap tahun depan kami bisa mendapat satu miliar dolar AS untuk membiayai penanaman kembali perkebunan kelapa sawit skala kecil (petani),” paparnya.
Pemerintah, kata Menko Luhut, memahami ada beberapa kekhawatiran tentang dampak lingkungan, namun Indonesia terus mendorong sektor industrinya untuk menerapkan produksi minyak sawit berkelanjutan yang sesuai dengan SDGs. “Platform kolaborasi publik-swasta seperti fasilitas pembiayaan TLFF ini membantu menerjemahkan komitmen politik untuk mencapai SDGs," ungkap dia.
"Banyak instrumen dan mekanisme keuangan inovatif telah menghasilkan dampak luar biasa dengan mengintegrasikan isu-isu sosial ke dalam sistem keuangan. Namun, inovasi harus didasarkan pada tiga tujuan utama yaitu menjaga stabilitas sistem keuangan, kesejahteraan masyarakat, dan memberikan generasi muda kita sebuah lingkungan dan alam yang bersih,” tandasnya.
(akr)