Indonesia-Selandia Baru Perluas Kemitraan Industri
A
A
A
JAKARTA - Indonesia dan Selandia Baru berkomitmen meningkatkan nilai perdagangan bilateral hingga dua kali lipat minimal dalam empat tahun ke depan, salah satunya melalui kerja sama di sektor industri.
"Yang akan kami dorong, misalnya mereka bisa membuka pasar untuk automotif dan komponen dari Indonesia, kemudian mereka mengembangkan dairy product di Indonesia. Nah, ini yang bisa dilakukan dan kami yakin trade-nya bisa naik," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto seusai bertemu dengan Wakil Perdana Menteri Selandia Baru Winston Peters di Jakarta, Kamis (4/10/2018).
Menperin menjelaskan, Indonesia tengah memacu produktivitas dan daya saing industri automotif guna memenuhi kebutuhan di pasar domestik dan ekspor. Langkah ini sesuai implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. "Kami melihat, pasar automotif di Australia dan Selandia Baru sangat bagus. Apalagi posisi lokasinya lebih dekat," ujarnya.
Kementerian Perindustrian memproyeksi, produsen automotif di Indonesia akan mengekspor kendaran dalam bentuk utuh (completely built up/CBU) hingga lebih dari 250.000 unit pada tahun 2018. "Sejumlah industri automotif dalam negeri telah menyatakan komitmennya untuk menambah investasi, tenaga kerja, dan ekspor," sebut Airlangga.
Selanjutnya, Indonesia membuka peluang bagi Negeri Kiwi untuk meningkatkan investasinya, terutama di sektor industri pengolahan susu.Pasalnya, industri pengolahan susu merupakan salah satu sektor andalan bagi Selandia Baru. Mereka menjadi investor dan pengekspor produk susu terbesar dunia, termasuk ke Indonesia.
Di samping itu, menurut Menperin, Selandia Baru memiliki kekuatan teknologi dalam pengembangan industri makanan dan minuman. Upaya yang diharapkan, yakni dapat terjadinya transfer teknologi guna mendongkrak daya saing industri makanan dan minuman nasional di era digital.
"Kedua negara berminat menjalin kemitraan di sektor industri makanan dan minuman karena sama-sama dikaruniai sumber daya alam yang melimpah," terangnya.
Apalagi, bagi Indonesia, industri makanan dan minuman konsisten memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional, tercermin dari sumbangsih terhadap PDB industri pengolahan nonmigas yang mencapai 35,87%.
Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia Trevor Matheson menyampaikan, pihaknya melihat peluang besar bagi Selandia Baru untuk berkontribusi dan mendukung Indonesia dalam pengembangan di bidang teknologi. Saat ini, Selandia Baru sedang menerapkan solusi inovatif di sektor manufaktur fast-moving consumer goods(FMCG), termasuk pembangunan dan konstruksi untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas.
"Perusahaan-perusahaan Selandia Baru serius mengembangkan kemitraan dengan Indonesia untuk mendorong penerapan teknologi di semua sektor, termasuk manufaktur. Apalagi saat ini kita berupaya masuk ke era revolusi industri 4.0 dengan peralihan teknologi inovatif sebagai hal yang vital," jelasnya.
"Yang akan kami dorong, misalnya mereka bisa membuka pasar untuk automotif dan komponen dari Indonesia, kemudian mereka mengembangkan dairy product di Indonesia. Nah, ini yang bisa dilakukan dan kami yakin trade-nya bisa naik," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto seusai bertemu dengan Wakil Perdana Menteri Selandia Baru Winston Peters di Jakarta, Kamis (4/10/2018).
Menperin menjelaskan, Indonesia tengah memacu produktivitas dan daya saing industri automotif guna memenuhi kebutuhan di pasar domestik dan ekspor. Langkah ini sesuai implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. "Kami melihat, pasar automotif di Australia dan Selandia Baru sangat bagus. Apalagi posisi lokasinya lebih dekat," ujarnya.
Kementerian Perindustrian memproyeksi, produsen automotif di Indonesia akan mengekspor kendaran dalam bentuk utuh (completely built up/CBU) hingga lebih dari 250.000 unit pada tahun 2018. "Sejumlah industri automotif dalam negeri telah menyatakan komitmennya untuk menambah investasi, tenaga kerja, dan ekspor," sebut Airlangga.
Selanjutnya, Indonesia membuka peluang bagi Negeri Kiwi untuk meningkatkan investasinya, terutama di sektor industri pengolahan susu.Pasalnya, industri pengolahan susu merupakan salah satu sektor andalan bagi Selandia Baru. Mereka menjadi investor dan pengekspor produk susu terbesar dunia, termasuk ke Indonesia.
Di samping itu, menurut Menperin, Selandia Baru memiliki kekuatan teknologi dalam pengembangan industri makanan dan minuman. Upaya yang diharapkan, yakni dapat terjadinya transfer teknologi guna mendongkrak daya saing industri makanan dan minuman nasional di era digital.
"Kedua negara berminat menjalin kemitraan di sektor industri makanan dan minuman karena sama-sama dikaruniai sumber daya alam yang melimpah," terangnya.
Apalagi, bagi Indonesia, industri makanan dan minuman konsisten memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional, tercermin dari sumbangsih terhadap PDB industri pengolahan nonmigas yang mencapai 35,87%.
Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia Trevor Matheson menyampaikan, pihaknya melihat peluang besar bagi Selandia Baru untuk berkontribusi dan mendukung Indonesia dalam pengembangan di bidang teknologi. Saat ini, Selandia Baru sedang menerapkan solusi inovatif di sektor manufaktur fast-moving consumer goods(FMCG), termasuk pembangunan dan konstruksi untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas.
"Perusahaan-perusahaan Selandia Baru serius mengembangkan kemitraan dengan Indonesia untuk mendorong penerapan teknologi di semua sektor, termasuk manufaktur. Apalagi saat ini kita berupaya masuk ke era revolusi industri 4.0 dengan peralihan teknologi inovatif sebagai hal yang vital," jelasnya.
(fjo)