Negara Maju Berebut Tahta, Jokowi Ibaratkan Seperti Game of Thrones

Jum'at, 12 Oktober 2018 - 10:37 WIB
Negara Maju Berebut...
Negara Maju Berebut Tahta, Jokowi Ibaratkan Seperti Game of Thrones
A A A
JAKARTA - Akhir-akhir ini, hubungan antar negara ekonomi maju diibaratkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) semakin lama semakin terlihat seperti film serial Game of Thrones. Lemahnya kerja sama dan koordinasi telah menyebabkan banyak masalah hingga berimbas kepada ekonomi negara-negara berkembang.

Sambung dia menjelaskan, masalah tersebut di antaranya seperti peningkatan drastis harga minyak mentah dunia. Selain itu kekacauan di pasar mata uang yang dialami negara-negara berkembang. "Keseimbangan kekuatan dan aliansi antar negara-negara ekonomi maju sepertinya tengah mengalami keretakan," ujar Jokowi di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018).

(Baca Juga: 10 Tahun Krisis Global, Jokowi Siaga Hadapi Ketidakpastian Global
Menurut Presiden, dalam serial Game of Thrones, para pemilik kekuatan bertarung untuk menahbiskan diri sebagai yang terkuat. Sama halnya seperti perang dagang saat ini. "Sejumlah Great Houses, Great Families bertarung antara satu sama lain untuk mengambil alih kendali The Iron Throne. Mother of Dragons menggambarkan siklus kehidupan," kata dia.

Persaingan semua pemilik kekuatan tersebut dinilai Jokowi tidak selalu menguntungkan. Apalagi banyak negara berkembang justru terkena dampak perang dagang. "Perebutan kekuasaan antara para Great Houses bagi kita bagai sebuah roda besar yang berputar. Seiring perputaran roda satu Great House tengah berjaya, sementara Houses yang lain mengalami kesulitan," tuturnya.

Lalu setelahnya, negara-negara dengan perekonomian kuat itu saling menjatuhkan satu sama lain. Di sisi lain semuanya justru terancam oleh pihak tersembunyi yang memantau perang dagang tersebut.

"House yang lain berjaya dengan menjatuhkan Houses yang lainnya. Namun, yang mereka lupa, tatkala Great Houses sibuk bertarung satu sama lain, mereka tidak sadar adanya bencana besar dari hutan," ujar Jokowi.

Pada akhirnya pemilik kekuatan ekonomi besar sadar tidak penting siapa yang duduk di singgasana kemenangan, yang penting kekuatan bersama untuk mengalahkan kejahatan tersembunyi di baliknya. Tujuannya agar goncangan global tidak terjadi, sehingga dunia tidak berubah menjadi tanah tandus yang porak-poranda.

"Seorang evil winter yang ingin merusak dan meliputi seluruh dunia dengan es dan kehancuran. Dengan adanya kekhawatiran ancaman evil winter tersebut," pungkasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8252 seconds (0.1#10.140)