Laba Bank Bukopin Tercatat Naik 12,96%
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Bukopin Tbk atau Bank Bukopin berhasil mencatat laba sebelum pajak pada akhir September 2018 mencapai Rp393 miliar atau naik 12,96% dibandingkan laba sebelum pajak pada akhir September 2017 sebesar Rp348miliar. Peningkatan laba tersebut didorong oleh perbaikan kualitas kredit, komposisi DPK yang sedikit lebih baik serta efisiensi rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO).
Adapun total aset mencapai Rp90,26 triliun dengan pendapatan berbasis fee sebesar Rp572 miliar. Direktur Keuangan dan Perencanaan PT Bank Bukopin Tbk M. Rachmat Kaimuddin mengatakan, peningkatan kinerja Perseroan dilakukan seiring dengan tuntasnya reorganisasi perseroan dan proses rights issue.
“Sesuai dengan rencana bisnis yang telah ditetapkan, setelah rights issue yang selesai dilakukan pada akhir Juli, maka Perseroan kini dapat fokus untuk memacu pertumbuhan kinerja,” ujar Rachmat saat Paparan Kinerja Bank Bukopin Kuartal III/2018 di Jakarta.
Sementara itu penyaluran kredit akhir September 2018 mencapai Rp66,97 triliun yang sebagian besar disalurkan ke segmen ritel, yaitu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebesar 43,39%, konsumer sebesar 23,94%, dan komersial sebesar 32,67%. Sedangkan sektor terbesar ada pada konstruksi, jasa, dan perdagangan seperti transportasi, manufaktur, pertambangan, listrik, pertanian dan konsumsi.
"Komposisi kredit berdasarkan industri itu terdiri dari 19% untuk kontruksi, 18% untuk sektor jasa, sebesar 17,55% dari sektor perdagangan dan lainnya sebesar 45,43%," imbuhnya.
Kedepan, Bank Bukopin akan fokus di segmen UMKM terutama yang dibawah Rp5 miliar. Adapun untuk kredit konsumer yakni KPR pada akhir September 2018 telah mencapai 40,95% dari keseluruhan kredit konsumer. Rachmat menuturkan, hingga akhir tahun 2018 perseroan akan terus meggenjot kinerja kredit pemilikan rumah diantaranya terus kerjasama dengan berbagai devoleper terbaik terutama untuk rumah baru.
Sedangkan untuk rumah bekas akan meningkatkan kekerjasama dengan agen properti yang lebih luas. "Sampai akhir tahun diharapkan total kredit bisa ada tambahan sekitar Rp1,5-Rp2 triliun," ujar Rachmat.
Pada periode yang sama, Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp73,97 triliun yang terdiri dari 69,14% berasal dari segmen ritel, dan sisanya sebesar 30,86% berasal dari segmen komersial. Sedangkan rasio dana murah atau current account saving account (CASA) per akhir Sepember 2018 mencapai Rp28,2 triliun dan Deposito sebesar Rp45,7 triliun. Disisi lain, rasio loan to deposit ratio (LDR) perseroan mengalami peningkatan sebesar 14,44% menjadi 89,72%.
Posisi Capital Adequacy Ratio (CAR) menjadi 13,51% serta Net interest margin (NIM) sebesar 3,14%. Dari sisi kualitas kredit, rasio Non Performing Loan (NPL) net Perseroan per September 2018 juga membaik menjadi 3,76% dibandingkan dengan posisi Desember 2017 yang mencapai 6,37%. Sementara NPL gross sebesar 5,62% lebih baik dibandingkan posisi Desember 2017 sebesar 8,54%.
Direktur Konsumer PT Bank Bukopin Tbk Rivan A Purwantono menambahkan, sampai akhir tahun NPL Gross akan di jaga dibawah 5% sementara NPL net sekitar 3%. Adapun rasio NIM akan dijaga kisaran 3,1%-3,5%. Setelah proses Penawaran Umum Terbatas III/2018 (rights issue), bank terbesar asal Korea KB Kookmin Bank saat ini masuk menjadi salah satu pemegang saham Bank Bukopin.
Dia pun optimistis dengan dukungan pemegang saham yang andal dan beragam, yaitu PT Bosowa Corporindo, KB Kookmin Bank, KOPELINDO, dan Negara Republik Indonesia, Bank Bukopin akan dapat meningkatkan daya saing di tengah kompetisi era fintech dan situasi ekonomi global yang menantang.
Rivan melnjutkan, untuk semester II ini perseroan akan berkonsentrasi memperkuat bisnis di segmen ritel, termasuk dengan meningkatkan penetrasi pada bisnis perbakan digital, pembiayaan perumahan, dan memacu pendapatan dari fee based income. Sementara itu, Bank Bukopin dan KB Kookmin Bank terus membangun sinergi menyusul masuknya bank terbesar di Korea itu sebagai salah satu pemegang saham Bank Bukopin.
"Pekan lalu, Manajemen KB Kookmin Bank dan Bank Bukopin menyelenggarakan sharing session untuk meningkatkan kapasitas pada bidang perbankan digital dan TI, proses bisnis ritel, dan manajemen risiko," terang dia.
Menurut dia, proses transfer pengetahun ini merupakan salah satu tahapan dalam memperkuat sinergi antara Bank Bukopin dengan KB Kookmin Bank. Sebagai bank terbesar di Korea, KB Kookmin Bank mempunyai basis kekuatan pada sejumlah produk, layanan dan infrastruktur.
Perseroan pun menargetkan dapat melakukan sinergi dalam jangka pendek dengan KB Kookmin Bank dalam empat bidang, yaitu pengembangan sistem untuk produk dan layanan kredit konsumer dan UMKM, perbankan digital dan teknologi informasi, bisnis perbankan internasional, serta penyempurnaan manajemen risiko dan kepatuhan.
"Fokus utama dari sinergi dibidang ini diantaranya adalah untuk memacu pertumbuhan pembiayaan perumahan, kendaraan bermotor dan UMKM di Bank Bukopin," pungkasnya.
Adapun total aset mencapai Rp90,26 triliun dengan pendapatan berbasis fee sebesar Rp572 miliar. Direktur Keuangan dan Perencanaan PT Bank Bukopin Tbk M. Rachmat Kaimuddin mengatakan, peningkatan kinerja Perseroan dilakukan seiring dengan tuntasnya reorganisasi perseroan dan proses rights issue.
“Sesuai dengan rencana bisnis yang telah ditetapkan, setelah rights issue yang selesai dilakukan pada akhir Juli, maka Perseroan kini dapat fokus untuk memacu pertumbuhan kinerja,” ujar Rachmat saat Paparan Kinerja Bank Bukopin Kuartal III/2018 di Jakarta.
Sementara itu penyaluran kredit akhir September 2018 mencapai Rp66,97 triliun yang sebagian besar disalurkan ke segmen ritel, yaitu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebesar 43,39%, konsumer sebesar 23,94%, dan komersial sebesar 32,67%. Sedangkan sektor terbesar ada pada konstruksi, jasa, dan perdagangan seperti transportasi, manufaktur, pertambangan, listrik, pertanian dan konsumsi.
"Komposisi kredit berdasarkan industri itu terdiri dari 19% untuk kontruksi, 18% untuk sektor jasa, sebesar 17,55% dari sektor perdagangan dan lainnya sebesar 45,43%," imbuhnya.
Kedepan, Bank Bukopin akan fokus di segmen UMKM terutama yang dibawah Rp5 miliar. Adapun untuk kredit konsumer yakni KPR pada akhir September 2018 telah mencapai 40,95% dari keseluruhan kredit konsumer. Rachmat menuturkan, hingga akhir tahun 2018 perseroan akan terus meggenjot kinerja kredit pemilikan rumah diantaranya terus kerjasama dengan berbagai devoleper terbaik terutama untuk rumah baru.
Sedangkan untuk rumah bekas akan meningkatkan kekerjasama dengan agen properti yang lebih luas. "Sampai akhir tahun diharapkan total kredit bisa ada tambahan sekitar Rp1,5-Rp2 triliun," ujar Rachmat.
Pada periode yang sama, Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp73,97 triliun yang terdiri dari 69,14% berasal dari segmen ritel, dan sisanya sebesar 30,86% berasal dari segmen komersial. Sedangkan rasio dana murah atau current account saving account (CASA) per akhir Sepember 2018 mencapai Rp28,2 triliun dan Deposito sebesar Rp45,7 triliun. Disisi lain, rasio loan to deposit ratio (LDR) perseroan mengalami peningkatan sebesar 14,44% menjadi 89,72%.
Posisi Capital Adequacy Ratio (CAR) menjadi 13,51% serta Net interest margin (NIM) sebesar 3,14%. Dari sisi kualitas kredit, rasio Non Performing Loan (NPL) net Perseroan per September 2018 juga membaik menjadi 3,76% dibandingkan dengan posisi Desember 2017 yang mencapai 6,37%. Sementara NPL gross sebesar 5,62% lebih baik dibandingkan posisi Desember 2017 sebesar 8,54%.
Direktur Konsumer PT Bank Bukopin Tbk Rivan A Purwantono menambahkan, sampai akhir tahun NPL Gross akan di jaga dibawah 5% sementara NPL net sekitar 3%. Adapun rasio NIM akan dijaga kisaran 3,1%-3,5%. Setelah proses Penawaran Umum Terbatas III/2018 (rights issue), bank terbesar asal Korea KB Kookmin Bank saat ini masuk menjadi salah satu pemegang saham Bank Bukopin.
Dia pun optimistis dengan dukungan pemegang saham yang andal dan beragam, yaitu PT Bosowa Corporindo, KB Kookmin Bank, KOPELINDO, dan Negara Republik Indonesia, Bank Bukopin akan dapat meningkatkan daya saing di tengah kompetisi era fintech dan situasi ekonomi global yang menantang.
Rivan melnjutkan, untuk semester II ini perseroan akan berkonsentrasi memperkuat bisnis di segmen ritel, termasuk dengan meningkatkan penetrasi pada bisnis perbakan digital, pembiayaan perumahan, dan memacu pendapatan dari fee based income. Sementara itu, Bank Bukopin dan KB Kookmin Bank terus membangun sinergi menyusul masuknya bank terbesar di Korea itu sebagai salah satu pemegang saham Bank Bukopin.
"Pekan lalu, Manajemen KB Kookmin Bank dan Bank Bukopin menyelenggarakan sharing session untuk meningkatkan kapasitas pada bidang perbankan digital dan TI, proses bisnis ritel, dan manajemen risiko," terang dia.
Menurut dia, proses transfer pengetahun ini merupakan salah satu tahapan dalam memperkuat sinergi antara Bank Bukopin dengan KB Kookmin Bank. Sebagai bank terbesar di Korea, KB Kookmin Bank mempunyai basis kekuatan pada sejumlah produk, layanan dan infrastruktur.
Perseroan pun menargetkan dapat melakukan sinergi dalam jangka pendek dengan KB Kookmin Bank dalam empat bidang, yaitu pengembangan sistem untuk produk dan layanan kredit konsumer dan UMKM, perbankan digital dan teknologi informasi, bisnis perbankan internasional, serta penyempurnaan manajemen risiko dan kepatuhan.
"Fokus utama dari sinergi dibidang ini diantaranya adalah untuk memacu pertumbuhan pembiayaan perumahan, kendaraan bermotor dan UMKM di Bank Bukopin," pungkasnya.
(akr)