Realisasi Investasi Sektor Energi di Kuartal III Capai USD15,2 Miliar

Kamis, 25 Oktober 2018 - 15:49 WIB
Realisasi Investasi...
Realisasi Investasi Sektor Energi di Kuartal III Capai USD15,2 Miliar
A A A
JAKARTA - Realisasi investasi di sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) hingga kuartal ketiga 2018 mencapai USD15,2 miliar. Angka ini terdiri dari USD8 miliar di sektor minyak dan gas bumi, USD4,8 miliar di sektor ketenagalistrikan, USD1,6 miliar di sektor mineral dan batu bara dan USD0,8 miliar di sektor energi baru, terbarukan, dan konservasi energi (EBTKE).

Investasi, terutama di hulu migas, dipengaruhi oleh harga minyak mentah dunia. Jumlah investasi di hulu migas saat ini, menurut Jonan dipicu dari tahun 2011-2012, dimana harga minyak mentah mencapai lebih dari USD100 perbarel.

"Kalau kita lihat tahun-tahun sebelumnya, itu dipicu dari tahun 2011-2012 di mana harga minyak mentah mencapai USD100 per barel atau lebih. Akhirnya keputusan investasinya mengikuti. Refleksinya di tahun 2014-2015, begitu harga minyak turun di tahun 2016, dan 2017 naik lagi, kebutuhan investasinya mulai bangkit lagi, nantinya refleksinya di tahun 2019 atau 2020," ujar Jonan di Jakarta, Kamis (25/10/2018).

Jonan juga menyampaikan bahwa investasi besar, terutama eksplorasi, jika dilihat dari siklusnya, dilakukan di periode setelah harga minyak mengalami kenaikan. "Jadi ini tidak bisa, ini sering terlambat. Kalau lihat siklusnya itu semua investasi besar, eksplorasi terutama, itu dilakukan di periode di mana setelah harga minyak tinggi. Jadi karena tidak ada yang bisa memprediksi harga minyak berapa, ya kira-kira saja," kata Jonan.

Investasi di sektor migas memang tergantung pada harga minyak mentah dunia, namun komitmen untuk eksplorasi migas sekarang sudah besar. Pemerintah pun, tambah Jonan, mendapatkan komitmen eksplorasi hingga USD2 miliar.

"Kalau migas, ya tergantung harga dunia, semata-mata ini kita tidak bisa kendalikan, terserah saja investasinya bagaimana. Namun, komitmen untuk eksplorasi sekarang sudah besar. Pemerintah mendapatkan komitmen eksplorasi dengan perpanjangan blok migas termasuk Blok Rokan dan blok lain kira-kira USD2 miliar, ini seharusnya bisa digunakan untuk memicu eksplorasi," ujar Jonan.

Selain sektor migas, Jonan juga menyampaikan bahwa angka investasi di sektor ketenagalistrikan menyesuaikan dengan pertumbuhan ekonomi dan penggunaan listrik.

"Listrik investasinya pasti turun, kalau diharapkan meningkat terus, itu membangun (pembangkit) berapa besar, kan tidak mungkin itu. Jadi listrik 35.000 megawatt tidak mungkin semua diinvestasikan sampai 2019, karena pertumbuhan ekonomi sebesar 5%. Kalau dulu waktu 35.000 MW harus selesai 5 tahun itu pertumbuhan ekonominya 7-8%," terang Jonan.

Maka dari itu, lanjut Jonan, pembangunan pembangkit listrik yang termasuk dalam program 35.000 MW akan diteruskan hingga tahun 2024-2025.

"Penggunaan listrik rata-rata setiap daerah sekitar 1,5 kali pertumbuhan ekonomi. Kalau misalnya pertumbuhan ekonomi 7% ya penggunaan listrik 10,5%, kalau (pertumbuhan ekonomi) 8% ya (penggunaan listrik) 12%, tetapi kalau pertumbuhan ekonomi 5% maksimum penggunaan listrik 7,5%. Kalau dibandingkan beda 3%, itu besar sekali. Kalau kapasitas terpasang 60 gigawatt, 3% itu 1.800 MW, besar sekali. Jadi ini kita geser sampai 2024 2025, jadi makanya setelah ini akan flat," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6154 seconds (0.1#10.140)