Wall Street Jatuh Karena Kekhawatiran Pertumbuhan Ekonomi Global
A
A
A
NEW YORK - Pasar saham Amerika Serikat (Wall Street) mengalami kerugian pada penutupan perdagangan Jumat waktu setempat, imbas jatuhnya harga minyak mentah berjangka AS dan kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Melansir dari CNBC, Sabtu (10/11/2018), Dow Jones Industrial Average turun 201,92 poin menjadi 25.989,30 karena kerugian di saham Caterpillar dan Goldman Sachs. Indeks S&P 500 turun 0,9% menjadi 2.781,01, karena rendahnya saham teknologi. Nasdaq tertinggal 1,7% menjadi 7.406,90 karena saham Facebook, Amazon, Netflix dan Alphabet semuanya diperdagangkan lebih rendah.
Wall Street merugi karena harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate turun 0,8% menjadi USD60,19 per barel, setelah sempat jatuh di bawah USD60 per barel untuk pertama kalinya sejak Maret 2018. WTI telah jatuh lebih dari 20% di bawah 52 minggu, saat level tertinggi mereka.
Selain itu, data yang mengecewakan dari China juga mengurangi sentimen di Wall Street. Asosiasi industri otomotif di China mengatakan penjualan mobil di negaranya turun 11,7% pada bulan lalu, merupakan penurunan empat bulan secara beruntun.
Data ekonomi China yang lemah datang karena Presiden AS Donald Trump melakukan tamparan tarif miliaran dolar terhadap produk impor asal China sejak Maret lalu. Dan China berusaha membalas sehingga terjadai percekcokan perdagangan.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global. Pasalnya, China banyak memberi pinjaman pada banyak negara, jika ekonomi mereka terganggu akan berdampak pada negara lainnya.
"Kami melibat bahwa ekonomi global melemah dari ujung atas ke ujung bawah. Dan tren keseluruhan jelas melemah," ujar Benjamin Lau, kepala investasi Apriem Advisors.
Melansir dari CNBC, Sabtu (10/11/2018), Dow Jones Industrial Average turun 201,92 poin menjadi 25.989,30 karena kerugian di saham Caterpillar dan Goldman Sachs. Indeks S&P 500 turun 0,9% menjadi 2.781,01, karena rendahnya saham teknologi. Nasdaq tertinggal 1,7% menjadi 7.406,90 karena saham Facebook, Amazon, Netflix dan Alphabet semuanya diperdagangkan lebih rendah.
Wall Street merugi karena harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate turun 0,8% menjadi USD60,19 per barel, setelah sempat jatuh di bawah USD60 per barel untuk pertama kalinya sejak Maret 2018. WTI telah jatuh lebih dari 20% di bawah 52 minggu, saat level tertinggi mereka.
Selain itu, data yang mengecewakan dari China juga mengurangi sentimen di Wall Street. Asosiasi industri otomotif di China mengatakan penjualan mobil di negaranya turun 11,7% pada bulan lalu, merupakan penurunan empat bulan secara beruntun.
Data ekonomi China yang lemah datang karena Presiden AS Donald Trump melakukan tamparan tarif miliaran dolar terhadap produk impor asal China sejak Maret lalu. Dan China berusaha membalas sehingga terjadai percekcokan perdagangan.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global. Pasalnya, China banyak memberi pinjaman pada banyak negara, jika ekonomi mereka terganggu akan berdampak pada negara lainnya.
"Kami melibat bahwa ekonomi global melemah dari ujung atas ke ujung bawah. Dan tren keseluruhan jelas melemah," ujar Benjamin Lau, kepala investasi Apriem Advisors.
(ven)